yoldash.net

Pakar dari Turki Bahas soal Spekulasi Sabotase Heli Presiden Raisi

Iran digegerkan dengan kabar duka kematian Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter di Provinsi Azerbaijan Timur.
Iran digegerkan dengan kabar duka kematian Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter di Provinsi Azerbaijan Timur. (AP/Ata Dadashi)

Jakarta, Indonesia --

Pakar studi Iran dari Turki membahas soal spekulasi sabotase helikopter yang ditumpangi rombongan Presiden Iran Ebrahim Raisi hingga jatuh.

Iran masih digegerkan dengan kabar duka kematian Raisi yang meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter di Provinsi Azerbaijan Timur pada Minggu (19/5).

Seluruh sembilan penumpang termasuk Raisi dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Abdollahian tewas dalam kecelakaan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu pejabat Iran menyebut helikopter menabrak perbukitan dan terbakar. Insiden ini lantas memicu pertanyaan apakah helikopter betul-betul mengalami kecelakaan atau disabotase?

ADVERTISEMENT

Koran yang berbasis di Inggris, The Guardian, melaporkan sejauh ini tak ada dugaan sabotase terkait helikopter itu.

Meskipun bukti nyata masih kurang, spekulasi sabotase tetap bermunculan di tengah ketegangan antara Israel dan Iran yang memang meningkat belakangan, terutama sejak agresi Tel Aviv ke Jalur Gaza Palestina 7 Oktober 2023.

Menurut Pakar dari Pusat Kajian Studi Iran di Turki, Hakki Uygur, Israel juga terlihat belum mengambil langkah signifikan merespons serangan rudal dan drone Iran ke wilayahnya pada 13 April lalu.

Sikap Israel yang tak langsung melancarkan 'serangan balasan' ke Iran juga sebagian besar terjadi karena tekanan Amerika Serikat.

Dalam kolomnya yang berjudul "3 Questions - Iranian President Raisi's helicopter crash and its aftermath" yang rilis di Anadolu Agency, Uygur tak menampik kecelakaan yang dialami Raisi terjadi karena dugaan sabotase.

"Jika penyabotase Israel ada di balik kecelakaan ini, akan sangat mudah bagi Tel Aviv untuk menyangkalnya," kata Uygur.

Dia lalu berujar, "Hanya kedua belah pihak yang menyadari apa yang telah terjadi, yang berpotensi meredakan ketegangan untuk sementara waktu.

Selama ini, Israel dan Iran memang musuh bebuyutan dan kerap saling melancarkan serangan sabotase. Karena itu, banyak pihak yang menduga kecelakaan Raisi ada campur tangan dari Israel, meski Tel Aviv telah dengan tegas membantahnya.

Spekulasi soal kemungkinan sabotase 'orang dalam'

Uygur menuturkan konflik internal antara faksi politik dalam negeri Iran juga tidak bisa dikesampingkan terkait kecelakaan ini.

Sebab, rombongan Raisi tetap terbang dari wilayah pegunungan dalam kondisi cuaca buruk dengan tiga helikopter yang sangat tua buatan Amerika Serikat menambah kepercayaan soal spekulasi sabotase.

Uygur berspekulasi, kepergian Raisi memberikan keuntungan sejumlah pihak, termasuk memperbesar peluang putra Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Mojtaba Khamenei, untuk menggantikan sang ayahnya.

Sebab, selama ini, Raisi dianggap 'anak didik kesayangan' Khamenei dan digadang kuat menjadi suksesinya kelak sebagai Pemimpin Tertinggi Iran.

Selain itu, kepergian Raisi juga memberikan peluang lebih besar bagi sekutu Mojtaba Khamenei sekaligus ketua parlemen saat ini, Mohammad Bagher Ghalibaf, untuk menjadi presiden dalam pemilu yang akan diadakan dalam waktu 50 hari ke depan.

Jika spekulasi itu benar terjadi, Uygur menuturkan, pemerintah Iran akan jauh lebih 'seragam' sehingga dapat membuka jalan transisi pasca-Khamenei lebih lancar.

Kecelakaan biasa

Lebih lanjut, Uygur menilai jika kematian Raisi dianggap sebagai kecelakaan biasa, maka dampaknya terhadap kawasan Timur Tengah bakal lebih bisa diminimalisir. 

"Bahkan jika ada sabotase yang terlibat, ini kemungkinan besar akan tetap dirahasiakan dan mungkin tidak berdampak banyak pada pembangunan regional," ujar Uygur.

Namun, sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan dugaan sabotase dalam kecelakaan tersebut.

(isa/rds)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat