Kenapa Helikopter Sekelas Presiden Iran Pakai Teknologi Usang?
Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal dunia usai helikopter yang mengangkutnya bersama delapan pejabat lain jatuh di Provinsi Azerbaijan Timur, utara Iran, Minggu (19/5).
Tak hanya Raisi, helikopter tersebut juga membawa Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian, Gubernur Provinsi Azerbaijan Timur Malek Rahmati, dan beberapa orang lainnya.
Presiden Raisi disebut memakai helikopter tua produksi Amerika Serikat jenis Bell 212. Hal itu diungkap oleh seorang analis militer Cedric Leighton.
"Helikopter ini pertama kali diperkenalkan di periode terakhir pemerintahan Shah pada 1976 dalam bentuk komersial dan sudah ada sebelumnya di militer AS," ujar Leighton, seperti dikutip dari CNN.
Helikopter tersebut diperkirakan sudah beroperasi sejak 1960, sebelum Revolusi Iran pecah. Leighton juga menduga penyebab dari kecelakaan tersebut karena masalah suku cadang, selain cuaca buruk yang melanda.
Lalu, kenapa Helikopter sekelas Presiden Iran pakai teknologi usang?
Bell 212 merupakan salah satu jenis dari helikopter buatan Bell Textron yang memiliki spesialisasi di bidang kebutuhan militer. Umumnya, helikopter itu digunakan untuk keperluan angkut militer maupun kebutuhan darurat otoritas berwenang.
Namun, helikopter yang ditunggangi Raisi dan sejumlah pejabat Iran merupakan model yang sudah usang. Mereka juga memutuskan untuk memodifikasi helikopter itu agar bisa menampung penumpang hingga 12 orang.
Helikopter buatan Bell asal AS juga memiliki keterkaitan terhadap sanksi yang diterima Iran dari sejumlah negara Barat.
Sanksi yang menghambat
Iran memang pernah dijatuhi sanksi oleh sejumlah negara Barat. Sanksi tersebut pun turut memberi dampak secara ekonomi dan sosial.
Menurut laporan HFW, sanksi yang diterima oleh Iran berdampak terhadap pemeliharaan dan peningkatan armada pesawat militer hingga komersil. Alhasil, Iran memiliki armada yang tua dengan usia rata-rata mencapai lebih dari 25 tahun.
Sanksi dalam perizinan tersebut menguntungkan AS karena turut membatasi berbagai pembelian suku cadang pesawat. Alhasil, Teheran harus membeli berbagai suku cadang dan armada militer melalui AS.
Ini juga membuat Airbus dan Boeing ikut menandatangani perjanjian dengan Iran senilai US$49 miliar terhadap pembelian sejumlah armada pesawat dan suku cadang.
Perjanjian itu juga membuat perusahaan seperti Boeing dan Airbus menyuplai berbagai suku cadang di Iran, termasuk ke perusahaan seperti Bell.
Selain itu, sanksi yang berlaku disebut sebagai salah satu pangkal perkara dari beberapa kecelakaan helikopter di Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan The Washington Post, Menteri Pemuda dan Olahraga dikabarkan selamat dari kecelakaan helikopter pada 2023 yang menewaskan penasihatnya.
Bulan Sabit Merah Iran (IRCS) juga mengaku bahwa armada helikopternya rusak karena kekurangan dana untuk mengganti beberapa suku cadang.
Kecelakaan yang melibatkan helikopter jenis Bell 212 disebut terakhir kali terjadi pada September 2023 lalu.
Menurut data dari Flight Safety Foundation yang dilansir dari Reuters, sebuah pesawat milik swasta juga dikabarkan jatuh di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA).
Hal tersebut turut menimbulkan pertanyaan publik terkait penyebab utama dari kecelakaan helikopter tersebut.
Sejauh ini, pihak berwenang Iran masih belum merilis kabar investigasi terkait insiden yang menewaskan seorang kepala negara Iran.
(val/rds)[Gambas:Video CNN]