yoldash.net

Solidaritas Bocah Australia Demo Bela Anak-anak Palestina

Ratusan siswa berdemonstrasi di Melbourne dan Adelaide, Australia, untuk memprotes agresi Israel di Jalur Gaza serta membela anak-anak Palestina.
Anak-anak Gaza jadi korban agresi Israe. (REUTERS/STRINGER)

Jakarta, Indonesia --

Ratusan siswa berdemonstrasi di Melbourne dan Adelaide, Australia, untuk memprotes agresi Israel di Jalur Gaza serta membela anak-anak Palestina.

ABC News melaporkan siswa sekolah menengah atas (SMA) dari seluruh Melbourne ramai-ramai meninggalkan sekolah tepat setelah tengah hari. Mereka bertemu di Stasiun Flinders Street untuk berdemo mendukung perjuangan Palestina.

Para siswa kompak mendesak agar konflik di Gaza segera dihentikan usai pecah sejak 7 Oktober lalu. Mereka juga menyerukan agar Israel menarik diri dari daerah kantong itu maupun Tepi Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan diakhirinya bantuan dan dukungan dari Australia terhadap Israel," desak para murid, seperti dikutip Al Jazeera.

Demo anak-anak ini sendiri cukup banyak menggoyang situasi Negeri Kanguru lantaran banyak tokoh-tokoh senior yang tak ingin siswa terlibat dengan aksi tersebut. Mereka mengaku khawatir demo bakal memicu perpecahan di sana.

Menteri Pendidikan Victoria, Ben Carroll juga telah mewanti-wanti siswa untuk tidak ikut turun ke jalan. Dia menekankan bahwa "tempat terbaik bagi siswa" adalah sekolah.

Kendati begitu, para siswa tak menghiraukan permintaan tersebut. Mereka tetap menggelar demonstrasi demi menunjukkan rasa kemanusiaan dan solidaritas terhadap warga Palestina.

Unjuk rasa ini dilaporkan berlangsung di sepanjang Swanston Street sampai Melbourne Central.

"Pendidikan kita tentu saja penting, tetapi apa yang terjadi di dunia saat ini sangat penting bagi anak muda untuk memahami dan bagi kita untuk memiliki suara dan menyebarkan bahwa ini tidak benar," ucap siswa bernama Layla (17).

Siswa perempuan tersebut mengaku kesal karena tidak bisa berbuat apa-apa atas situasi di Gaza. Padahal, "semua orang muda di Gaza sekarat dan mengalami hal-hal mengerikan."

"Sementara saya di sini memiliki kehidupan yang hebat dan saya tidak dapat melakukan apa pun untuk membantu mereka," katanya.

Ia kemudian melanjutkan, "Saya pikir sangat penting [bahwa] saat ini saya melakukan apa yang saya bisa untuk membantu orang-orang Palestina sebanyak yang saya mampu."

Siswa lainnya, Leila, turut menyatakan bahwa kaum muda memiliki hak untuk mengambil sikap politik.

"Ada sekolah-sekolah yang dibom secara aktif di Gaza dan para siswa tidak bisa belajar, jadi mengapa kita harus?" katanya.

Banner artikel Ceasefirenow

Di Adelaide, sekitar 100 mahasiswa juga berkumpul di tengah hujan untuk protes di sekitar parlemen Australia Selatan, North Terrace.

Salah seorang pengunjuk rasa, Zain Baroudi, mengatakan beberapa siswa merasa perlu untuk keluar dari kelas, ketimbang hanya duduk diam tak berkutik atas genosida di Gaza.

"Ini penting karena ada ribuan orang sekarat di Palestina, semua anak-anak ini dan keluarga-keluarga ini benar-benar musnah," katanya.

Mahasiswa lain, Melak Khaleel, beranggapan bahwa suara mahasiswa juga sama pentingnya dengan suara orang-orang yang lebih dewasa.

"Suara mereka penting hari ini, apakah mereka berusia 15 atau 18 tahun," ucapnya.

"Mengapa saya bisa pergi ke sekolah di sini ketika ada sekolah di sisi lain [dunia] yang benar-benar dibom?" tanya dia.

Siswa kelas 11, Bibi Sediqi, turut mengatakan meskipun mereka masih di bawah umur, para siswa sangat menyadari apa yang terjadi di Gaza.

"Kami bukan 18 tetapi kami tahu, kami melihat [di] berita," kata Sediqi.

"Kami di sini untuk berbicara untuk hak-hak kami dan untuk orang-orang Gaza yang tidak dapat berbicara untuk hak-hak mereka."

Aksi solidaritas ini berlangsung di tengah panasnya agresi Israel di Gaza sejak diluncurkan pertama kali pada 7 Oktober lalu.

Hingga kini, Israel terus membombardir Gaza dan secara terang-terangan menargetkan fasilitas publik seperti kamp pengungsian, sekolah, tempat ibadah, dan rumah sakit.

Gempuran Israel sejauh ini telah menewaskan lebih dari 14.500 orang di Gaza. Lebih dari 6.000 orang di antaranya merupakan anak-anak.

Pada Rabu (22/11), Israel dan Hamas padahal sudah menyetujui perjanjian gencatan senjata sebagai imbalan atas pertukaran sandera dari masing-masing pihak.

Namun kapan gencatan senjata itu dimulai hingga saat ini belum diketahui. Pembebasan para sandera sendiri disebut baru akan dilaksanakan pada Jumat (24/11) esok.

(blq/bac)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat