yoldash.net

Review Film: Exhuma

Review Exhuma: film yang tetap hadirkan rasa tak nyaman bagi penonton tanpa jump scare, meski ada catatan dalam pengemasan akhir.
Review Exhuma: Horor Korea yang tetap hadirkan rasa tak nyaman bagi penonton tanpa jump scare, meski ada catatan dalam pengemasan akhir. (Showbox Corp via KOFIC)

Jakarta, Indonesia --

Exhuma membuktikan film horor tak selalu soal jump scare, dan menyeramkan tak mesti banyak kesadisan penuh darah. Film ini tetap bisa buat penonton merinding setelah keluar bioskop, terutama saat mengingat kembali adegan yang baru disaksikan.

Melalui Exhuma, sutradara sekaligus penulis naskah Jang Jae-hyun kembali memamerkan penceritaan yang slow burn demi membangun perasaan tak nyaman bagi penonton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Film itu juga bak penebusan 'dosa' sang penulis naskah setelah The Priests yang kurang mengembangkan penceritaan, dan Svaha: The Sixth Finger yang malah terlalu asik fokus pada narasi sehingga abai pada pendalaman karakter.

Ia kini jelas terlihat berusaha menyeimbangkan narasi, pengenalan, serta pendalaman para karakter Exhuma. Semua dibagi jadi beberapa babak, dan Jang Jae-hyun memastikan penceritaan dalam film ini benar-benar kaya.

ADVERTISEMENT

Exhuma mungkin awalnya memperlihatkan teror mimpi buruk yang dialami keluarga kaya raya turun temurun. Kisah itu membuat penonton menyaksikan ketegangan-ketegangan seputar kekuatan tak kasat mata mulai dibangun.

Semua diceritakan perlahan dan dibalut dengan tradisi, kepercayaan masyarakat Korea selama ini. Unsur misteri terus ditambah dan diperdalam Jang Jae-hyun di tiap pergantian babak.

[Gambas:Video CNN]



Dalam beberapa babak awal, penonton sudah disajikan penampilan apik dari para pemeran utama, terutama Choi Min-sik sebagai ahli feng shui dengan segala cara kerjanya yang mungkin terlihat ajaib.

Tak hanya itu, Kim Go-eun juga dengan amat mulus dan meyakinkan mengubah dirinya menjadi dukun muda dengan ritual-ritual yang mungkin tak pernah dibayangkan para penggemarnya.

Aksi tersebut dilengkapi dengan scoring dan efek suara yang begitu penuh dan padat dalam waktu lama hingga membuat ketidaknyamanan atau resah begitu terasa di kursi penonton.

Choi Min-sik dalam film Horor Korea Exhuma (2024). (Showbox Corp via KOFIC)Review Exhuma: Choi Min-sik menampilkan kepiawaiannya sebagai aktor senior saat pertama kali bintangi film horor. (Showbox Corp via KOFIC)
Kim Go-eun dalam film Horor Korea Exhuma (2024). (Showbox Corp via KOFIC)Review Exhuma: Kim Go-eun amat mulus dan meyakinkan mengubah dirinya menjadi dukun. (Showbox Corp via KOFIC)

Sekilas, aksi dari Kim Go-eun seperti mengakhiri teror gaib yang dialami kliennya. Secara durasi pun, itu menjadi waktu yang pas bagi keluarga kaya raya tersebut mengungkapkan hal-hal yang mereka sembunyikan selama ini.

Kendati demikian, situasi tersebut sesungguhnya menjadi babak baru bagi Jang Jae-hyun membuat Exhuma bukan sekadar film horor biasa.

Jang Jae-hyun memulai babak baru dengan memasukkan sejarah imperialisme Jepang di Semenanjung Korea, dipadukan dengan okultisme dan isu penggalian kubur yang sudah dibangun sejak awal.

Di sini lah, segala hal yang ditutupi keluarga kaya raya itu mulai terungkap. Tapi, tak semuanya dibuka secara gamblang, Begitu banyak lapisan simbolisme atas kebudayaan atau kepercayaan Korea, yang saat itu belum terbelah, dan juga Jepang disisipkan di sana.

Sehingga, simbol-simbol tersebut mungkin tak bisa dengan mudah dicerna atau dimengerti langsung oleh semua penonton. Di bagian ini yang kemudian memicu adanya catatan bagi Exhuma.

Lanjut ke sebelah...

Catatan bagi Exhuma

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat