yoldash.net

Review Film: La Luna

Review film: La Luna berhasil jadi tontonan komedi yang langsung mengocok perut sejak awal cerita, tapi juga penuh dengan satir yang relevan.
Review film: La Luna berhasil jadi tontonan komedi yang langsung mengocok perut sejak awal cerita, tapi juga penuh dengan satir yang relevan. (dok. Jakarta Film Week)

Jakarta, Indonesia --

La Luna secara mengejutkan berhasil menjadi tontonan komedi yang langsung mengocok perut sejak awal cerita. Namun di balik itu, film ini juga menyentil lewat satir menggelitik yang begitu dekat dengan kita.

Brutal. Kata itu rasanya cukup sesuai untuk menggambarkan kesan saya selama menyaksikan lika-liku kehidupan Kampong Bras Basah kala 'kehadiran' toko lingeri La Luna.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

La Luna memang tidak ada hubungannya dengan slasher atau adegan gory yang bikin mengilu. Namun, suguhan komedi satir film itu tidak ragu menyinggung berbagai isu sosial secara blak-blakan dan sadis.

Kesan tersebut sudah terlihat sejak cerita dimulai. Kampung Bras Basah yang sunyi dan terisolasi dari perubahan zaman langsung diperlihatkan secara tegas.

ADVERTISEMENT

M. Raihan Halim selaku penulis dan sutradara menunjukkan itu lewat aktivitas warga desa yang dituntut untuk menganut nilai agama secara kaku, seperti melalui aturan yang membatasi hak hingga penyensoran ketat.

Nuansa itu semakin dipertegas lewat karakter Datuk Hassan (Wan Hanafi Su), si kepala desa yang benci perubahan. Hassan, di mata saya, adalah simbol penguasa yang memakai agama sebagai alat untuk menindas dan memenuhi ambisi golongannya.

Film komedi Malaysia, La Luna (2023).Review film La Luna: La Luna memang tidak ada hubungannya dengan slasher atau adegan gory yang bikin mengilu. Namun, suguhan komedi satir film itu tidak ragu menyinggung berbagai isu sosial secara blak-blakan dan sadis. (dok. Jakarta Film Week)

Raihan lantas membenturkan otoritarianisme Hassan yang konservatif mentok dengan Hanie (Sharifah Amani) dengan La Luna. Meminjam istilah dunia politik, toko pakaian dalam wanita itu seolah mendobrak hegemoni Kampung Bras Basah yang selama ini dirawat Hassan.

Namun, alih-alih menjadi drama politik desa yang intens, La Luna justru membicarakan isu itu dengan gelak tawa.

Penulisan komedi garapan M. Raihan juga cukup jitu. Ia pandai memanfaatkan potensi bit yang melimpah, dari pemikiran antargenerasi yang berbenturan, aktivitas desa, serta keberadaan toko La Luna itu sendiri.

Bit komedi yang dilontarkan juga kerap punya muatan dewasa, seperti yang berkaitan dengan urusan ranjang suami istri. Namun, La Luna cukup lihai menghadirkan kelucuan bernuansa dewasa tanpa perlu visual yang eksplisit.

Raihan sepertinya sadar bahwa target pasarnya adalah orang-orang Timur yang masih serumpun, sehingga merasa tak perlu kelewat vulgar dalam menggambarkan komedi dewasa tersebut.

Komedi juga menjadi senjata penulis dalam menyinggung isu agama yang kerap sensitif. Persoalan yang biasanya dianggap tabu lalu disulap menjadi suguhan komedi yang mudah dicerna sekaligus menghibur.

Kemiripan budaya agama masyarakat Indonesia dengan negeri Jiran membuat La Luna semakin dekat dan relevan.

Mungkin nuansa konservatif yang digambarkan La Luna terlalu ekstrem jika dibandingkan dengan masyarakat Indonesia. Namun, film itu punya keresahan yang valid karena jelas beririsan dengan kondisi sosial dan agama di Indonesia.

Lanjut ke sebelah..

Review Film: La Luna

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat