yoldash.net

Mi Instan dan Generasi yang Dituduh-tuduh - Halaman 2

Di tengah kehidupan yang kian edan, Gen Z harus menghadapi berbagai tuduhan. Pemalas, mau serba instan, dan masih banyak lagi label yang disematkan pada Gen Z.
Ilustrasi. Tuduhan-tuduhan terhadap Gen Z dinilai sebagai bentuk frustrasi generasi sebelumnya. (iStock/SeventyFour)

Lingkungan serba digital dianggap jadi salah satu faktor yang membuat mereka hidup layaknya mi instan.

Apa lacur, tuduhan serba instan dan pemalas pun mendarat di setiap diri Gen Z.

Namun, sosiolog dari Universitas Padjadjaran Hery Wibowo tak mewajari label-label negatif yang kerap disematkan pada Gen Z.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak wajar melabelkan Gen Z dengan label-label tersebut. Yang ada adalah mereka [Gen Z] bekerja dengan gaya mereka sendiri yang cenderung do it yourself, sehingga terasa berbeda di pandangan generasi Y, X dan Baby Boomers," ungkap Hery saat dihubungi Indonesia.com.

Kehadiran Gen Z ditandai dengan perkembangan teknologi yang mendunia. Hery menyebut Gen Z sebagai generasi yang 'always connected, always clicking'.

ADVERTISEMENT

"Nah, jadi ini. Perbedaan ini dihadirkan dari kemajuan teknologi," kata Hery.

Gen Z terbiasa dengan teknologi sejak lahir. Internet dan perangkat seluler menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini, lanjut Hery, membentuk cara mereka berkomunikasi, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia.

Mereka juga disebut sebagai generasi yang hyper customization, yaitu generasi yang memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan segala hal sesuai dengan preferensi pribadi. Mereka mencari pengalaman yang unik dan personal.

Tuduhan-tuduhan seperti generasi yang lemah mental dan malas, dinilai Hery, hanya muncul karena adanya perbedaan pola kerja, pola belajar, dan pola perilaku antara Gen Z dan generasi sebelumnya. 

Hery menilai, tuduhan ini lebih mencerminkan frustrasi dari generasi sebelumnya yang kesulitan memahami cara kerja dan gaya hidup Gen Z yang terkesan lebih modern dan realistis.

"Gen Z punya cara kerja yang unik dan sering kali tak dapat dipahami oleh generasi sebelumnya," ujar Hery.

Ilustrasi pertemanan perempuanIlustrasi. Banyaknya tuduhan terhadap Gen Z bisa dipicu oleh kekhawatiran generasi sebelumnya. (iStock/filadendron)

Selain itu, lanjut Hery, banyaknya tuduhan terhadap Gen Z juga bisa jadi dipicu oleh kekhawatiran generasi terdahulu akan posisi dan kenyamanan mereka.

"Bukan kebiasaan Gen X dan Y, sih, menyepelekan atau meremehkan. Namun, mungkin ada kekhawatiran bahwa zona nyaman mereka akan diserobot oleh Gen Z," ujarnya.

Di dunia kerja, misalnya, Hery mengatakan bahwa Gen Z umumnya memiliki kemampuan multitasking, ekonomis, dan kecenderungan untuk menyelesaikan tugas dengan cara yang tidak konvensional. Hal ini bisa saja bikin generasi-generasi sebelumnya mengernyitkan dahi.

"Karena ada perbedaan, mereka dituduh generasi rebahan, instan. Jangan langsung menuduh, namun dalami dulu kehidupan mereka, dan dengarkan inspirasi dari mereka," ujar Hery. 

Hery menyarankan masyarakat, utamanya yang lahir pada generasi sebelumnya, untuk berhenti menasihati Gen Z dengan ungkapan-ungkapan seperti 'zaman aku dulu..'.

"Nasihat itu tidak relevan sama sekali, karena mereka [Gen Z] itu do it yourself. Yang dikatakan oleh baby boomers, generasi X, itu nasihat yang sudah out of date," ujar Hery.

Serupa dengan yang diungkapkan Hery, mewakili Gen Z, Kahla mengatakan bahwa ia dan teman-teman satu generasinya hanya berusaha menjadi generasi yang berdiri dengan kaki mereka sendiri, berikut juga keunikan-keunikan yang ditampilkan.

Bagi Kahla, hidup di tengah dunia yang serba digital justru membuat Gen Z jadi pribadi yang kreatif dan inovatif dalam segala hal.

"Walaupun kadang dianggapnya apa-apa [tuduhan-tuduhan negatif], tapi sebenarnya kita [Gen Z] berusaha untuk menunjukkan bahwa kita, tuh, punya otak-otak kreatif di dalamnya," pungkas Kahla.

Pada akhirnya, Gen Z bukan mi instan biasa, yang hanya direbus lalu bisa dimakan dan bikin kenyang.

Gen Z ibarat mi instan yang--dengan modal kreatifnya--dipadukan dengan aneka bahan tak terduga, yang bisa saja bikin dahi berkerut heran. Tapi, siapa tahu rasanya enak, bukan?

(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat