yoldash.net

Dari Gelap Menuju Terang, Mahija dan Hian Tjen Tutup Gelaran JFW 2024

Mahija dan Hian Tjen menutup gelaran Jakarta Fashion Week (JFW) 2024 yang dibungkus dengan pertunjukan Dewi Fashion Knights, Minggu (29/10).
Desainer Hian Tjen dan jenama Mahija menutup gelaran JFW 2023, Minggu (29/10). (Jakarta Fashion Week / Dandy Hendrata)

Jakarta, Indonesia --

Mahija dan Hian Tjen menutup gelaran Jakarta Fashion Week (JFW) 2024. Dibungkus pertunjukan Dewi Fashion Knights, keduanya seolah menyampaikan bahwa selalu ada harap dan terang dalam keterpurukan dan kegelapan.

Dewi Fashion Knights (DFK) selalu jadi mata acara yang ditunggu di JFW. Seperti tahun lalu, tahun ini DFK hadir dalam dua lini yakni, ready to wear (Jan Sober, Rama Dauhan, Byo) dan adibusana (Mahija dan Hian Tjen).

Sebagai penutup JFW 2024, Mahija dan Hian Tjen mempresentasikan karya di bawah tema 'The Artistry' yang menyorot karya-karya buatan tangan dengan tingkat kerumitan tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini ulasan penutup gelaran Jakarta Fashion Week 2024, Minggu (29/10). 

ADVERTISEMENT

Mahija - 'Encased Embers'

Dewi Fashion Knights jadi mata acara penutup gelaran Jakarta Fashion Week 2024. Desainer Hian Tjen dan jenama Mahija unjuk karya dalam pertunjukan bertema 'The Artistry' pada Minggu (29/10) di Pondok Indah Mall 3, Jakarta Selatan.Dewi Fashion Knights jadi mata acara penutup gelaran Jakarta Fashion Week 2024. Desainer Hian Tjen dan jenama Mahija unjuk karya dalam pertunjukan bertema 'The Artistry' pada Minggu (29/10) di Pondok Indah Mall 3, Jakarta Selatan. (Jakarta Fashion Week / Dandy Hendrata)

Aksesori rupanya tak sekadar pelengkap penampilan. Jenama asal Yogyakarta, Mahija, membuktikannya lewat pertunjukan untuk koleksi bertajuk 'Encased Embers'.

Galuh Anindita, desainer dan pendiri Mahija, menuturkan lewat koleksi ini dirinya ingin berdiskusi soal kematian.

"Kalau kita bisa menselebrasikan kehidupan kita, kenapa kita juga enggak menselebrasikan kematian?" ungkap Galuh dalam konferensi pers jelang pertunjukan seperti dilaporkan Antara.

Pertunjukan diawali dengan sajian audio visual yang begitu membius. Campuran bunyi alat musik tradisional dan modern semakin intens dan terdapat monolog yang lebih mirip mantra.

"Bersama kita akan sejahtera. Bersama kita lampaui bahaya."

Dua penari mengawali pertunjukan. Gerak dan ekspresinya begitu liar, seperti halnya aksesori Mahija. Para model berdandan serba hitam baik busana maupun riasan. Bahkan mereka tampil tanpa alas kaki dan dalam kondisi hitam.

Aksesori fokus pada material kuningan, perak, dan emas yang dihadirkan dalam rupa anting, cincin, kalung, headpiece, hiasan hidung, dan dagu. Ada kesan 'wild' dan 'raw' di mana bentuk-bentuknya terkesan abstrak dan tidak biasa.

Melihat tema dan presentasinya, rasanya Mahija seperti membangkitkan deret aksesori ini dari neraka. Dalam sebagian kepercayaan, setelah kematian manusia dihadapkan pada dua pilihan yakni surga dan neraka.

'Encased Embers' rasanya seperti bungkusan api atau bara neraka sekaligus api yang diperlukan dalam proses pembuatan aksesori.

Kematian memang sarat dengan kegelapan seperti halnya busana serba hitam para model. Namun di sela kegelapan itu, ada pendar cahaya yang menyimbolkan harapan.

Simak ulasan selengkapnya di halaman selanjutnya...

Hian Tjen - 'Tjen'

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat