yoldash.net

Sritex Bongkar Dua Biang Kerok Penjualan Tekstil Seret

Sritex menyebut perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas serta gempuran produk impor China memicu penurunan penjualan produk tekstil.
Sritex menyebut perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas serta gempuran produk impor China memicu penurunan penjualan produk tekstil. (www.sritex.co.id)

Jakarta, Indonesia --

Perusahaan tekstil raksasa PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex membeberkan dua biang kerok terjadinya penurunan penjualan secara dramatis pada industri tekstil.

Direktur Keuangan Sritex Welly Salam menjelaskan kondisi geopolitik perang Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina menyebabkan terjadinya gangguan supply chain dan penurunan ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat di Eropa maupun AS.

Selain itu, lesunya industri tekstil terjadi karena banjir produk tekstil di China. Menurutnya, hal itu menyebabkan terjadinya dumping harga, di mana produk-produk berharga lebih murah ini menyebar ke negara-negara yang longgar aturan impornya, dan salah satunya Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Welly menyebut situasi geopolitik dan gempuran produk China masih berlangsung hingga kini sehingga penjualan belum pulih.

ADVERTISEMENT

"Perusahaan tetap beroperasi dengan menjaga keberlangsungan usaha serta operasional dengan menggunakan kas internal maupun dukungan sponsor," ujarnya dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia 22 Juni lalu.

Menanggapi hantaman tersebut, Sritex memiliki sejumlah strategi seperti meningkatkan keahlian dan kualitas sumber daya manusia (SDM), reorganisasi SDM untuk meningkatkan efisiensi operasional, dan implementasi anggaran yang efisien dengan prioritas pada produk yang mendukung tujuan bisnis berkelanjutan.

Perusahaan juga bakal merestrukturisasi dan melakukan konsolidasi internal untuk memperkuat serta meningkatkan kinerja keuangan. Selain itu, Sritex juga bakal mereorganisasi struktur organisasi pemasaran yang lebih fokus pada bisnis unit sebagai 'profit center'.

Tak hanya itu, perusahaan juga bekal mengkaji ulang dan mengevaluasi secara berkala strategi untuk memastikan adaptasi yang efektif terhadap perubahan kondisi makro dan mikro ekonomi.

Sritex sebelumnya diisukan bangkrut. Hal ini diketahui dari pernyataan Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN). KSPN mencatat sekitar 13.800 buruh tekstil terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari Januari 2024 hingga awal Juni 2024.

Presiden KSPN Ristadi menuturkan data PHK yang terjadi di Jawa Tengah lebih masif. Ia mencatat pabrik-pabrik yang terdampak, misalnya di grup Sritex. Namun isu ini ditepis oleh Welly.

"Tidak benar (bangkrut), karena perusahaan masih beroperasi dan tidak ada putusan pailit dari pengadilan," tuturnya.

Welly juga menyampaikan pihaknya telah memohon relaksasi kewajiban keuangan (pokok dan bunga) kepada kreditur dan mayoritas sudah memberikan persetujuan atas relaksasi tersebut.

[Gambas:Video CNN]

(del/pta)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat