Bos IMA Blak-blakan Masa Depan Batu Bara RI di Tengah Transisi Energi
Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan batu bara masih diminati di tengah upaya transisi energi.
Ia mengatakan meski saat ini transisi energi telah digaungkan, tapi tidak ada yang tahu kapan batu bara akan tergantikan dengan energi hijau.
"Fakta meskipun pemberitaannya banyak yang meninggalkan batu bara, tapi permintaan terus menguat loh," katanya dalam Podcast Money Honey Indonesia.
Hendra mengatakan masih tingginya permintaan batu bara terlihat dari ekspor yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Karena itu, ia optimis bisnis batu bara masih menjanjikan.
Meski tak tahu sampai kapan batu bara akan bertahan sebelum digantikan dengan energi hijau, ia memastikan kekayaan batu bara Indonesia masih banyak, bahkan bisa digunakan hingga 500 tahun ke depan.
Hendra mengatakan emisi penambangan batu bara sebenarnya tidak terlalu besar. Pencemaran katanya berasal dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
"Kami dari asosiasi memproduksi batu bara ya, terus batu bara digunakan oleh PLN, pembangkit listrik. Nah, pencemarannya yang banyak orang lihat adalah dari pembangkit listriknya," katanya.
"Jadi poinnya adalah bagaimana kita mengurangi emisi buangan dari pembangkit listrik, PLN nya," katanya.
Hendra mengatakan transisi energi adalah bagaimana negara-negara mengurangi ketergantungan terhadap batu bara, khususnya mengurangi emisi karbon. Ia mengatakan transisi energi bisa dilakukan dengan penggunaan energi baru terbarukan dalam kegiatan tambang untuk mengurangi emisi buangan.
Ia mengatakan perusahaan-perusahaan batu bara telah berkomitmen mengurangi emisi secara bertahap.
"Kita sudah menggunakan loh campuran biodiesel, jadi bukan solar lagi, solar yang dicampur, sudah sekarang 40 persen campuran solar itu pakai biodiesel, berarti kan kita mengurangi 40 persen emisi dari kendaraan pengangkut batu bara," katanya.
Ia mengatakan kunci agar batu bara bisa digunakan sampai ratusan tahun adalah teknologi carbon capture. Dengan teknologi tu karbon yang keluar atau dihasilkan dari pembangkit bisa ditangkap dan ditanam lagi sehingga emisi yang keluar bisa ditekan.
(fby, wlm/pta)Terkini Lainnya
-
Viral Ajak YouTuber Korea Jiah ke Hotel, 'Om Albert' Lapor Polisi
-
SBY Ungkap Tatanan Dunia Baru: AS, China, Rusia Bersaing Jadi Pemimpin
-
11 Korban Tewas Kecelakaan Subang: 9 Siswa SMK, 1 Guru, 1 Warga
-
SBY: Konflik Palestina dengan Israel Bukan Islam vs Yahudi
-
SBY: Israel Sudah Lampaui Batas, Korban Hampir 40 Ribu Orang
-
Solusi SBY soal Gaza: Akui Palestina dan Israel Negara Berdaulat
-
Cus ke Transmart Hari Ini, Aneka Produk Diskon hingga 50% + 20%
-
BRI Masuk Daftar 20 Perusahaan Top yang Perlu Diperhatikan Tahun 2024
-
Jangan Lupa, Besok Transmart Diskon Gede-Gedean di Semua Gerai
-
Liverpool Gagal Juara, Perpisahan Klopp Bisa Berakhir Tragis
-
Jadwal Siaran Langsung MotoGP Prancis 2024 di Trans7 Malam Ini
-
FOTO: Sambutan Meriah untuk Timnas Indonesia U-23
-
NASA Bagikan Momen 'Tersedot' ke Dalam Lubang Hitam Raksasa
-
Daftar Dampak Badai Matahari Ekstrem 2024, Aurora Hingga Listrik Padam
-
FOTO: Penampakan Cantik Aurora di Sejumlah Negara Imbas Badai Matahari
-
INFOGRAFIS: Setop Bikin Horor Bahu Jalan Tol
-
Kenapa Mobil Diinjak Pedal Gas Tidak Mau Jalan?
-
6 Penyebab RPM Mobil Naik Sendiri
-
Wednesday Season 2 Mulai Jalani Proses Syuting
-
27 Peserta Terpilih Tampil di The Indonesian Broadway 17-18 Agustus
-
Ayah Via Vallen Meninggal Dunia
-
Jepang Tunda Pasang Penghalang Pemandangan Gunung Fuji di Depan Lawson
-
Apakah Ibu Hamil Pengidap Lupus Bisa Menular ke Bayinya?
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso