yoldash.net

Al-Waleed bin Talal, Raja Investasi Muslim Saudi Berharta Rp235 T

Al-Waleed bin Talal dijuluki majalah Times sebagai Warren Buffet dari Arab. Hartanya Rp235 dari bisnis minyak, properti hingga perbankan.
Al-Waleed bin Talal dijuluki majalah Times sebagai Warren Buffet dari Arab. Hartanya Rp235 dari bisnis minyak, properti hingga perbankan. (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)

Jakarta, Indonesia --

Waktu pemain sepak bola Neymar Jr bergabung dengan Al-Hilal Saudi Football Club (Al-Hilal SFC) Agustus 2023, ia berangkat pakai jet pribadi milik crazy rich Arab Saudi.

Pesawat mewah pribadi itu mengangkut Neymar Jr dari Paris Saint-Germain, klub sepak bola paling populer di Perancis, untuk hijrah ke Al-Hilal yang bermarkas di Riyadh, Arab Saudi.

Pemilik pesawatnya adalah Al-Waleed bin Talal, yang dikenal sebagai Warren Buffet-nya Jazirah Arab.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan hitungan Forbes, kekayaan Al-Waleed tembus US$18,7 miliar atau Rp297 triliun (kurs Rp15.880) pada 2017. Tak heran, ia menjadi salah satu orang terkaya di Jazirah Arab. Tahun-tahun setelahnya, Forbes tak lagi menayangkan perkembangan hartanya.

Namun, berdasarkan catatan Bloomberg Bilionares Index, harta Al-Waleed menyusut menjadi US$14,8 juta atau setara Rp235 triliun per 7 April 2024.

Meski kekayaannya merosot, ia masih masuk jajaran konglomerat tajir melintir. Al-Waleed menempati ranking 138 orang terkaya dunia versi Bloomberg pada 2024. Padahal pada 2017, ia berada di peringkat 45 orang terkaya dunia versi Forbes.

Al-Waleed adalah keponakan mendiang Raja Abdullah bin Abdulaziz. Ia cucu Raja Arab Saudi yang pertama, Ibnu Saud.

Julukan Warren Buffet-nya Arab diberikan karena Al-cara Waleed memupuk kekayaan mirip dengan Warren Buffet: berinvestasi melalui pembelian saham perusahaan.

Lelaki berkumis ini merupakan pendiri Kingdom Holding Company, perusahaan investasi berbasis di Saudi. Konglomerasi bisnis Kingdom Holding meliputi hotel, real estate dan ekuitas.

Grup raksasa ini punya saham di banyak perusahaan antara lain Citigroup, Snap, Lyft, X yang dulu bernama Twitter. Kingdom Holding juga bermain di sektor hiburan dan film Timur Tengah, dengan berinvestasi di Rotana.

Di Kingdom Holding, Al-Waleed menguasai 95 persen saham, sedangkan sisanya diperdangkan kepada publik di bursa Saudi.

Perusahaan yang ia dirikan pada 1979 lalu ini bergerak di sektor jasa keuangan, pariwisata, perhotelan, media, hiburan, petrokimia, penerbangan dan teknologi.

Namun jauh sebelum sang pangeran mendapatkan kekayaan itu sejumlah perjuangan harus ia lalu. Maklum, meskipun cucu Raja Arab, kekayaan itu tak ia dapat dari warisan kerajaan.

Tetapi, kekayaan itu didapat oleh lelaki yang pernah terdaftar di majalah Time sebagai salah satu dari seratus orang paling berpengaruh di dunia pada 2008 melalui perjuangan dari bawah.

Ia merintis semua bisnisnya dari nol. Perjalanan bisnis dimulai Al-Waleed pada 1979 lalu.

Waktu itu, Al-Waleed mendapatkan pinjaman US$30 ribu dari sang ayah sebagai modal usaha. Ditambah dengan hasil gadai rumah pemberian ayahnya sejumlah US$40 ribu, Al-Waleed mendirikan perusahaan bernama Kingdom Establishment for Commerce and Trade.

Upaya itu berbuah manis. Booming harga minyak yang membawa ekonomi Arab Saudi tumbuh pesat kala itu turut memberikan dewi fortuna alias keberuntungan kepadanya.

Al-Waleed muda mendapatkan proyek dan untung besar. Untung itulah yang kemudian ia investasikan dan kembangkan untuk pengembangan Real Estate Riyadh.

Proyek inilah yang kemudian memberikan dasar kesuksesan bagi Al-Waleed untuk memupuk kekayaan hingga bisa menjadi orang kaya seperti sekarang ini. Karena proyek itulah, meski baru satu tahun berjalan, perusahaan berhasil semakin tumbuh besar.

Pada 1980 misalnya, ia berhasil mengembangkan dan menambah jangkauan bisnis perusahaannya ke investasi di sektor perbankan Saudi setelah melihat peluang besar dari penyakit yang dialami oleh United Saudi Commercial Bank (USCB).

Bank itu ia akusisisi dan perbaiki manajemennya. Upaya itu sukses. Hanya dalam waktu satu tahun, Al-Waleed berhasil membalikkan kondisi USCB dari yang tadinya rugi menjadi untung.

Setelah sukses menyembuhkan USCB, ia meneruskan petualangan investasinya di sektor perbankan dengan memerger bank tersebut dengan Bank Kairo Saudi yang saat itu sedang berupaya mendirikan United Saudi Bank (USB).

Langkah itu kembali mendulang sukses. Pada 1989, merger selesai. Setelah itu bank bentukannya menjadi salah satu grup perbankan terbesar di kawasan Timur Tengah.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Harta Kekayaan Susut 'Gara-gara' Putra Mahkota Arab

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat