yoldash.net

Asal Mula Penyebaran Anggur Terungkap, Gara-gara Nasib Dinosaurus

Penemuan biji anggur berusia 60 juta tahun di Amerika Selatan memberi petunjuk mengenai sisi positif kepunahan dinosaurus di muka Bumi.
Temuan fosil biji anggur mengungkap efek punahnya dinosaurus. (Foto: dok. Jurnal Nature)

Jakarta, Indonesia --

Penemuan fosil biji anggur berusia 19 juta hingga 60 juta tahun di Kolombia, Panama, dan Peru memberi petunjuk bahwa punahnya dinosaurus dari muka Bumi memberi jalan buat kemunculan buah ini.

Hasil penelitian sejumlah pakar yang terbit di Jurnal Nature berjudul 'Cenozoic seeds of Vitaceae reveal a deep history of extinction and dispersal in the Neotropics' mengungkap bagaimana kepunahan dinosaurus turut berperan penting dalam kemunculan buah anggur.

Fabiany Herrera, penulis utama studi ini, mengatakan ini adalah benih anggur tertua yang pernah ditemukan di wilayah tersebut, dan usianya beberapa juta tahun lebih muda daripada anggur tertua yang pernah ditemukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penemuan ini penting karena menunjukkan bahwa setelah kepunahan dinosaurus, anggur benar-benar mulai menyebar ke seluruh dunia," kata Herrera, yang juga bekerja di Field Museum, Chicago's Negaunee Integrative Research Center, mengutip CNN, Rabu (3/7).

Biji-bijian dapat membantu para ilmuwan memahami tanaman apa saja yang ada pada berbagai tahapan sejarah Bumi saat mereka merekonstruksi pohon kehidupan dan membangun cerita asal-usulnya.

Fosil biji anggur tertua yang ditemukan sejauh ini ada di India dan berasal dari 66 juta tahun yang lalu, yaitu sekitar masa kepunahan dinosaurus.

"Kita selalu berpikir tentang hewan, dinosaurus, karena mereka adalah makhluk terbesar yang terkena dampaknya, tetapi peristiwa kepunahan juga berdampak besar pada tanaman," kata Herrera.

"Hutan mengatur ulang dirinya sendiri dengan cara mengubah komposisi tanaman."

Para peneliti berhipotesis bahwa kepunahan dinosaurus mengubah seluruh struktur hutan.

Menurut para peneliti, jika ada dinosaurus berkeliaran di hutan, kemungkinan besar mereka akan merobohkan pepohonan, yang secara efektif menjaga hutan lebih terbuka pada saat ini.

Setelah dinosaurus punah, hutan tropis menjadi lebat, dan lapisan pepohonan menciptakan lapisan bawah dan kanopi.

Hutan yang lebat ini menyulitkan tanaman untuk menerima cahaya, dan mereka harus bersaing satu sama lain untuk mendapatkan sumber daya, dan tumbuhan yang merambat memiliki keuntungan dan menggunakannya untuk mencapai bagian atasnya.

"Dalam catatan fosil, kita mulai melihat lebih banyak tanaman yang menggunakan tanaman merambat untuk memanjat pohon, seperti anggur, pada masa ini," kata Herrera.

Sementara itu, ketika beragam jenis burung dan mamalia mulai menghuni Bumi setelah kepunahan dinosaurus, kemungkinan besar mereka juga membantu menyebarkan biji anggur.

Proses penemuan

Penemuan ini bermula ketika Herrera dan rekan penulis dalam studi ini, Monica Carvalho, yang juga asisten kurator di Museum Paleontologi Universitas Michigan, sedang melakukan penelitian lapangan di Andes Kolombia pada tahun 2022.

Ketika itu Carvalho menemukan sebuah fosil. Ternyata itu adalah fosil biji anggur berusia 60 juta tahun yang terperangkap di dalam batu, salah satu yang tertua di dunia dan yang pertama kali ditemukan di Amerika Selatan.

Meskipun fosil itu sangat kecil, bentuk, ukuran, dan ciri-ciri lainnya membantu keduanya mengidentifikasinya sebagai biji anggur. Dan begitu mereka kembali ke laboratorium, para peneliti melakukan CT scan untuk mempelajari struktur internalnya dan mengonfirmasi temuan mereka.

Mereka menamai spesies yang baru ditemukan ini Lithouva susmanii, atau "anggur batu Susman", untuk mengenang Arthur T. Susman, yang telah menjadi pendukung paleobotani Amerika Selatan di Field Museum.

"Spesies baru ini juga penting karena mendukung asal-usul Amerika Selatan dari kelompok tempat berevolusinya tanaman anggur Vitis," kata rekan penulis studi Gregory Stull dari National Museum of Natural History.

Menurut Herrera batuan tersebut telah diendapkan di danau, sungai, dan pesisir kuno.

"Untuk mencari benih sekecil itu, saya membelah setiap batu yang ada di lapangan," katanya, seraya menambahkan bahwa pencarian yang sulit itu "merupakan bagian yang menyenangkan dari pekerjaan saya sebagai ahli paleobotani."

Berkat penemuan mereka, tim melakukan lebih banyak penelitian lapangan di Amerika Selatan dan Tengah dan menemukan sembilan spesies baru fosil biji anggur yang terperangkap di dalam batuan sedimen.

Dengan menelusuri garis keturunan biji-biji kuno tersebut dengan anggur modern, tim menyadari bahwa ada sesuatu yang memungkinkan tanaman tersebut berkembang dan menyebar.

[Gambas:Video CNN]

(tim/dmi)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat