yoldash.net

Jatim Waspada Potensi Suhu Menggila di Puncak Musim Kemarau

Panas membara potensial terjadi saat puncak musim kemarau melanda Jawa Timur kelak. Simak jadwal dan deret daerah rawan kekeringannya.
Ilustrasi. Jatim jadi salah satu wilayah yang siaga kekeringan saat kemarau. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Surabaya, Indonesia --

Jawa Timur waspada suhu tinggi saat puncak musim kemarau yang diprakirakan terjadi pada Agustus dan September. 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda Taufiq Hermawan mengatakan wilayah Jawa Timur sudah masuk musim kemarau di pada Juni ini.

"Sesuai dengan prediksi BMKG, pada saat ini sudah masuk dalam musim kemarau. Suhu akan lebih meningkat saat memasuki puncak kemarau pada Agustus dan September mendatang," kata dia saat dikonfirmasi, Selasa (4/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap Jatim merupakan salah satu wilayah yang diwaspadai potensi kekeringannya. Daerah lainnya adalah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

ADVERTISEMENT

Wilayah-wilayah ini diprediksi mengalami kondisi curah hujan sangat rendah atau kurang dari 50 mm per bulan sejak Juni.

"Juni itu Jawa lebih luas tidak hanya Jawa Timur ya. Kemudian Juli, Agustus, September, Oktober, cukup lama sekitar 5 bulan. Nah, ini yang perlu disiap-siagakan," ucap Dwikorita, pekan lalu.

Jatim sendiri terbagi dalam 74 Zona Musim (ZoM). Berdasarkan keterangan BMKG Juanda di akun Instagram-nya, wilayah Jatim yang masuk awal kemarau sejak April mencapai 27 persen, Mei 64,9 persen, dan Juni 8,1 persen.

[Gambas:Instagram]

Sementara, puncak kemarau di Jatim terjadi pada Juli (9,5 persen ZoM), pada Agustus (75,7 persen), dan di September (14,9 persen).

Sebagai contoh, Kota Surabaya mendapat awal musim kemarau pada dasarian III (sepuluh hari ketiga) April, dengan puncak kemarau diprediksi pada Agustus.

Daerah rawan

Terpisah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur telah melakukan pemetaan wilayah rawan kekeringan berdasarkan data lima tahun terakhir.

Pada 2023, kekeringan di Jatim melanda 23 kabupaten/kota. Dari jumlah itu, 232 kecamatan dan 699 desa/kelurahan mengalami kering kritis.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim Gatot Soebroto menyatakan daerah yang rawan dilanda kekeringan di musim kemarau tahun ini antara lain Kabupaten Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, Sampang, Trenggalek, Bondowoso, hingga di Bojonegoro.

Meski sudah mengantongi wilayah rawan kekeringan dengan merujuk datan tahun-tahun sebelumnya, BPBD Jatim tetap melakukan pendataan ulang wilayah kering dengan tiga ketegori.

Pertama kategori kering kritis, yakni wilayah permukiman warga yang berjarak lebih dari 3 kilometer dari sumber air. Kedua, kategori kering langka, dengan jarak pemukiman warga dengan sumber air yakni 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.

Ketiga, kering langka terbatas, dengan jarak permukiman warga dengan sumber air yakni 0,1 kilometer sampai 0,5 kilometer.

Untuk mengantisipasi kekeringan di wilayah yang sudah dipetakan, BPBD Jatim telah berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota untuk mendistribusikan air bersih.

"BPBD Jatim bersama BPBD kabupaten/kota menyiagakan pengiriman air bersih untuk mengantisipasi kekeringan, terutama di wilayah yang masuk kategori kering kritis," jelasnya.

Selain menyiapkan langkah distribusi air bersih, BPBD Jatim juga memfokuskan pengairan di sektor pertanian untuk meminimalisir potensi gagal panen selama musim kemarau.

"Sekarang juga teman-teman balai besar wilayah sungai menyiapkan tempat-tempat penampungan air untuk membantu sektor pertanian," kata dia.

Selain itu, Gatot juga mengimbau agar warga melapor ke BPBD setempat bila wilayahnya dilanda kekeringan. Menurutnya, musim kemarau tidak hanya berpotensi pada kekeringan, namun juga kebakaran hutan dan lahan.

"Karena sudah disiapkan posko di masing-masing kabupaten/kota mengantisipasi kekeringan," ujarnya.

Ia mengatakan, kemarau tahun ini diprediksi berlangsung enam bulan. Jangka waktu tersebut terjadi lebih singkat dibanding tahun sebelumnya.

"Semoga musim kemaraunya tidak terlalu lama seperti tahun kemarin. Sehingga ini distribusi air bersih tidak selama dan sebanyak tahun kemarin," ucap Gatot.

BMKG Juanda pun memberi sejumlah tips buat bersiap menghadapi kekeringan. Di antaranya, memanen air hujan saat pancaroba, bijak dalam menggunakan air, tidak melakukan aktivitas pembakaran sembarangan.

Selain itu, pantau hotspot (titik api) pada aplikasi pantauan cuaca Weather Observation and Forecast Integrated (WOFI).

[Gambas:Video CNN]

(frd/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat