yoldash.net

Bahaya Bakar Briket Arang di Ruang Tertutup seperti Kasus Lee Sun-Kyun - Halaman 2

Para pakar mengungkap briket arang punya potensi bahaya terutama jika dibakar di ruang tertutup. Simak kengerian racunnya seperti di kasus Lee Sun-Kyun.
Ilustrasi. Gejala keracunan karbon monoksida bermula dari pernafasan. (iStock/patrickheagney)

Kenapa CO dari briket berbahaya?

Winder menjelaskan CO merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak menyebabkan iritasi dan "tidak memiliki sifat peringatan."

Sumber CO berhubungan dengan pembakaran tidak sempurna bahan-bahan yang mengandung karbon dalam kondisi pasokan oksigen yang terbatas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contohnya, tungku yang rusak, pemanas yang tidak disalurkan, kompresor, tungku pembakaran kayu, knalpot kendaraan bermotor, tukang las, peralatan berbahan bakar bensin atau solar, dan kebakaran gedung.

Ia menjelaskan CO ini punya kemampuan memicu keracunan atau toksisitas. Bentuknya, sesak napas dengan cara menghambat pengikatan oksigen ke hemoglobin (sel darah merah).

Ngerinya CO, kata Winder, adalah mempunyai afinitas atau kecenderungan membentuk ikatan dengan oksigen hemoglobin lebih dari 200 kali lipat dibandingkan oksigen.

"CO juga meningkatkan konsentrasi hem (pendarahan) sel, yang mengganggu respirasi sel, dan menyebabkan stres oksidatif dan peradangan melalui berbagai jalur," urai Winder.

Untuk paparan ringan dan jangka pendek, atau di bawah sekitar 500 bagian per juta (ppm), gejala keracunan CO dapat berupa sakit kepala, pusing, mual, gangguan fungsi psikomotorik (dan juga beberapa fungsi perilaku abnormal).

Di samping itu, gejalanya bisa berupa kehilangan keseimbangan, kelelahan, dan masalah pernapasan.

"Ketika konsentrasi meningkat, gejala-gejala ini semakin parah."

Untuk mencapai level mematikan, Winder menyebut konsentrasi CO masih relatif rendah. Kematian terjadi setelah sekitar 2 jam pada kadar CO 1.500 ppm.

Di samping itu, level CO mematikan juga "dapat terjadi setelah paparan yang lebih singkat pada konsentrasi yang lebih tinggi (misalnya, dalam waktu 30 menit pada 3000-6000 ppm)."

Kasus bunuh diri

Dalam studi Jin-Jia Lin dkk dari Department of Psychiatry, School of Medicine, College of Medicine, Taipei Medical University, Taiwan, 2010, penggunaan arang pernah masuk salah satu metode bunuh diri tertinggi di Taiwan.

Bunuh diri dengan cara ini "menjadi epidemi di Hong Kong, Taiwan dan Jepang." Di Taiwan, hanya 32 orang yang melakukan bunuh diri dengan cara membakar arang pada 1998. Namun jumlahnya meningkat menjadi 1.346 pada 2005.

Metode populer lainnya adalah gantung diri, keracunan pestisida, dan melompat dari ketinggian.

Peneliti menyebut pembakaran arang merupakan metode yang paling sering digunakan kelompok usia 15-44 tahun dan sebagian besar terjadi di wilayah perkotaan. Sementara, metode lainnya banyak digunakan di usia yang lebih tua.

"Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan penerimaan sosio-kultural terhadap penggunaan pembakaran arang sebagai metode bunuh diri oleh kelompok usia yang lebih muda," simpul para peneliti.

Disclaimer kesehatan mentalDisclaimer kesehatan mental. (Indonesia/Fajrian)

(tim/arh)

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat