yoldash.net

Di Manakah Alien Tinggal?

Saat perdebatan soal penampakan UFO terutama di AS masih panas, di manakah sebenarnya mereka tinggal (jika memang ada)?
Ilustrasi. Sejumlah tempat jadi target operasi pencarian alien oleh ilmuwan. (iStockphoto/stocksnapper)

Jakarta, Indonesia --

Beberapa planet dan satelit diduga jadi lokasi tempat tinggal makhluk luar angkasa atau alien, dalam berbagai bentuknya, serta jadi pusat studi para ahli. Simak lokasi-lokasi tersebut.

Sejak lama para ilmuwan bertanya-tanya soal keberadaan alien, terutama yang diduga punya kecerdasan dan peradaban tinggi; jika mereka ada kenapa tak juga terbukti tiba di Bumi?

Pertanyaan semacam itu dikenal sebagai Fermi Paradox, mengambil nama dari saintis Enrico Fermi, 1950, yang mengutarakan tesis sejenis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak teori yang mencoba menjawabnya. Di antaranya, teknologi dan energi yang dimiliki alien tak cukup untuk melaju menuju Bumi yang berjarak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari dunia mereka, atau juga teknologi manusia belum mampu menangkap sinyal alien.

Belakangan, isu alien sampai ke Bumi memanas usai Kongres AS menggelar rapat soal penampakan kendaraan mereka, Unidentified Flying Object (UFO) atau Unidentified Anomalous Phenomena (UAP).

Eks agen mata-mata militer Amerika Serikat, David Grusch, dalam rapat komite Kongres, Rabu (26/7), mengklaim pemerintah AS menyembunyikan fakta soal UFO. Ia pun mengklaim "kita tidak sendirian".

"Saya diberi tahu, dalam tugas resmi saya, tentang program pemulihan dan rekayasa UFO multi-dekade," kata Grusch, dikutip dari AFP.

Juru bicara Pentagon, atau Departemen Pertahanan AS, Sue Gough membantah tuduhan itu.

"[Kami belum menemukan] informasi yang bisa diverifikasi untuk mendukung klaim bahwa program apa pun mengenai kepemilikan atau rekayasa ulang materi luar angkasa telah ada di di masa lalu atau ada saat ini," katanya, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (27/7).

Sejumlah penampakan terduga UFO muncul dalam Laporan yang berjudul "2022 Annual Report on Unidentified Aerial Phenomena" yang dibuat oleh Manajer Intelijen Nasional untuk Penerbangan pada Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) dan All-domain Anomaly Resolution Office (AARO).

Laporan yang mencakup sekitar 510 katalog UAP menunjukkan sebagian besar data dikumpulkan dari personel Angkatan Laut AS dan Angkatan Udara AS yang melaporkannya melalui saluran resmi.

Hasilnya, dari total 510 laporan UAP ini, ODNI menyebut 366 laporan baru diidentifikasi sejak pembentukan AARO.

Dari jumlah tersebut, 26 merupakan sistem pesawat tak berawak (UAS) atau drone; 163 dikaitkan dengan balon atau "entitas seperti balon"; dan enam ditemukan sebagai hal yang "tidak jelas" di udara yang bisa mengacu pada burung atau tas kresek plastik.

Hasil penilaian ini menyisakan 171 penampakan UAP yang "tidak dikarakterisasi dan tidak dikaitkan" yang masih butuh analisis lebih lanjut.

Terlepas dari itu, para astronom tak berhenti mencari jejak-jejak organik di luar angkasa.

"Bisa dibilang [keberadaan alien] mendekati nihil, ada kemungkinan kehidupan dalam galaksi kita tapi kecil sekali, dan kehidupan yang dimaksud bukan alien. Bisa jadi kehidupannya hanya bakteri atau virus, sejenis mikroorganisme," kata peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang kini sudah dilebur ke Badan Riset dan Invasi Nasional (BRIN), Rhorom Priyatikanto, beberapa waktu lalu.

Apa saja lokasi-lokasi yang jadi target operasi ilmuwan buat pencarian 'rumah' alien itu? Berikut rinciannya:

Mars

Planet Merah sejak lama menjadi objek penelitian pakar sekaligus pusat imajinasi penulis fiksi soal kehidupan di luar bumi.

Sejak 2021, robot penjelajah Perseverance milik NASA meneliti cekungan danau purba di Mars, Kawah Jazero. Wahana ini memiliki instrumen Scanning Habitable Environments with Raman and Luminescence for Organics and Chemicals (Sherloc) yang memungkinkan pendeteksian molekul organik.

Para pakar, pada tahun lalu, pun menduga air pernah mengalir ke kawah Jezero sekitar 3,7 miliar tahun yang lalu yang membuat wilayah itu pernah dihuni kehidupan.

Belakangan, para peneliti juga menemukan materi-materi "biotik" di planet ini. Kemungkinan, zat-zat itu terbentuk dengan cara lain, seperti interaksi antara air dan debu atau dijatuhkan ke planet ini oleh debu atau meteor.

Sinyal molekul organik terdeteksi pada 10 target yang diamati Sherloc di dasar Kawah Jezero. Molekul tersebut diketahui terkonsentrasi di formasi Maaz, lebih banyak daripada di formasi Seitah.

Data menunjukkan beragam asosiasi mineral dan distribusi spasial yang mungkin unik untuk setiap formasi.

Dyson Sphere

Selubung Dyson atau Dyson Sphere yang menyelubungi bintang katai putih (white dwarf) disebut berpotensi menjadi tempat tinggal alien.

Dyson Sphere umumnya dianggap sebagai bola buatan peradaban maju yang mengelilingi sebuah bintang.

Menurut studi University of California Los Angeles (UCLA), bintang katai putih menjadi tempat yang paling mendapat perhatian karena bintang jenis ini ada di mana-mana dan bintang yang berada dalam fase akhir ini memiliki kemiripan dengan Matahari kita.

Para ahli menyebut alien, jika ada di lokasi itu, mesti mengembangkan peradaban teknologi tinggi dulu sebelum membangun Dyson Sphere.

Jupiter hingga planet pengembara...

Bintang Biner

Penelitian yang melibatkan para astronom dari Taiwan dan AS bertujuan mencari kehidupan asing pada sistem Bintang Biner, yakni sepasang bintang yang mengorbit satu sama lain serta memiliki keterikatan gravitasi.

Tim mengungkapkan temuan bintang biner itu berjarak sekitar 1.000 tahun cahaya dari Bumi. Pencariannya dilakukan lewat pengamatan menggunakan teleskop ALMA (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array) di Chili.

Jes Kristian Jørgensen, profesor pemimpin proyek itu, menilai penelitian bintang biner ini penting untuk memahami pembentukan planet, terutama yang mendukung kehidupan.

Konstelasi Sagitarius

Peneliti menemukan sinyal aneh dari luar angkasa yang diduga berasal dari markas alien. Sinyal yang tertangkap teleskop radio 15 Agustus 1977 dimungkinkan datang dari konstelasi Sagitarius atau bintang yang mirip Matahari yang terletak 1800 tahun cahaya.

"Sinyal 'Wow' dianggap sebagai sinyal radio kandidat SETI terbaik yang kami tangkap dengan teleskop kami," Alberto Caballero, seorang astronom amatir, mengatakan kepada LiveScience.

Bintang tersebut diyakini sebagai sebuah objek yang ditunjuk 2MASS 19281982-2640123 yang berjarak sekitar 1.800 tahun cahaya dari Bumi.

Objek ini memiliki suhu, diameter, dan luminositas yang hampir identik dengan Matahari.

Satelit-satelit Jupiter

Para astronom menemukan bukti uap air di atmosfer Ganymede, bulan (satelit) terbesar Jupiter yang diameternya melebihi Merkurius, 2022. Uap air ini diduga terbentuk saat es di permukaan menyublim, yakni berubah dari padat ke gas.

Berdasarkan data Teleskop Hubble, NASA mengungkap uap air ini diduga terbentuk saat es di permukaan menyublim, yakni berubah dari padat ke gas.

Ganymede, yang merupakan bulan terbesar di Tata Surya, adalah benda langit yang tertutup kerak es dengan atmosfer tipis. Ilmuwan percaya satelit ini mungkin punya lautan air 161 km di bawah permukaan yang bisa saja memiliki kehidupan.

[Gambas:Photo CNN]

Selain itu, para pakar juga memprediksi alien tinggal di satelitnya Jupiter yang lain, Io, yang memiliki kondisi ekstrem berdasarkan data dari pesawat antariksa milik NASA, Juno, yang mempelajari Jupiter beserta satelit-satelitnya selama lebih dari 6 tahun.

Io memiliki temperatur ekstrem dan dipenuhi danau lava, aliran lava, dan pegunungan tersebut. Para ahli menyebut alien, dalam bentuk mikroba. tinggal di selubung-selubung lava yang membuat magma di Io merembes ke permukaannya.

Pasalnya, di Bumi saja ada mikroba-mikroba yang juga tinggal di selubung lava.

Planet pengembara

Alien diklaim ada yang berpindah antargalaksi menggunakan planet yang mengambang bebas atau planet pengembara, atau planet liar, bukan pakai pesawat antariksa.

"Saya mengusulkan bahwa peradaban luar angkasa dapat menggunakan planet yang mengambang bebas sebagai transportasi antarbintang untuk mencapai, menjelajahi, dan menjajah sistem planet," tulis Irina Romanovskaya, Profesor Fisika dan Astronomi di Houston Community College dalam penelitiannya yang berjudul 'Migrating extraterrestrial civilizations and interstellar colonization: implications for SETI and SETA'.

Menurutnya, sangat mungkin planet-planet pengembara, baik di Bima Sakti atau ratusan miliar galaksi lainnya, membawa kehidupan di dalamnya. Kehidupan tersebut dapat terjaga dan tetap hangat oleh adanya peluruhan radiogenik.

Jika kehidupan tersebut bertemu bintang dan terikat secara gravitasi, kehidupan itu secara efektif menggunakan planet pengembara sebagai media transportasi yang diharapkan membawa mereka ke lingkungan yang lebih ramah.

[Gambas:Infografis CNN]

Planet pengembara kerap dianggap gelap, dingin, dan tidak ramah. Selain itu, mereka juga tidak memiliki lautan yang hangat. Namun mereka juga menawarkan beberapa keuntungan.

"Planet yang mengapung bebas dengan lautan permukaan dan bawah permukaan dapat menyediakan air sebagai sumber daya yang dapat dikonsumsi dan untuk perlindungan dari radiasi ruang angkasa," katanya.

Pada 2021, tim peneliti mengungkap penemuan 70 hingga 170 planet pengembara, masing-masing seukuran Jupiter, di satu wilayah Bima Sakti. Lalu

Setahun sebelumnya, sebuah penelitian menunjukkan mungkin ada sebanyak 50 miliar planet pengembara yang ada di galaksi kita, seperti dikutip dari ScienceAlert.

Bintang Biner Hingga Planet Pengembara

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat