yoldash.net

Arkeolog Ungkap Jejak Invasi Julius Caesar Hingga Jerman, Cek Buktinya

Sejumlah arkeolog di Jerman menemukan sisa-sisa sistem pertahanan parit berduri yang dipopulerkan oleh Julius Caesar.
Peninggalan tombak bergerigi yang diduga berasal dari era Romawi. (Courtesy of Frederic Auth via aktuelles.uni-frankfurt.de)

Jakarta, Indonesia --

Sejumlah arkeolog menemukan tombak sisa-sisa parit berduri pada perkemahan pasukan Romawi di wilayah antara kota Bonz dan Mainz di Jerman. Sistem pertahanan semacam itu dipopulerkan oleh Julius Caesar. 

Melansir LiveScience, tim yang dipimpin oleh arkeolog Universitas Goethe, Frederic Auth, berhasil menemukan tombak berduri yang terawetkan di tanah lembab Bukit Bloskopf. Tombak tersebut diduga merupakan bekas dari sistem pertahanan parit berduri yang dipopulerkan Julius Cesar.

Julius Cesar sendiri hidup dari 100 SM hingga 44 Masehi. Dalam ilmu peperangan, Caesar mewarisi sistem pertahanan duri dan parit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Caesar menulis tentang sistem itu di bukunya yang berjudul "Perang Gallic". Buku tersebut berisikan kisah pembangunan benteng yang didirikannya untuk Pertempuran Alesia di Prancis pada tahun 52 SM.

Ia ingin perkemahan pasukannya dapat dipertahankan oleh pasukan dalam jumlah minim. Alhasil, Caesar menebang batang pohon yang tebal dan menajamkannya, lalu membenamkan batang tersebut ke dalam parit.

ADVERTISEMENT

Pasukan Caesar lalu mengikat batang-batang itu dengan kuat di bagian bawah dan menutupi parit dengan ranting-ranting pohon willow.

"Siapa pun yang terjebak ke dalam parit ini, kemungkinan besar akan tertusuk oleh tombak yang sangat tajam," tulis Caesar.

Para arkeolog telah bekerja di area Bukit Bloskopf sejak akhir Abad ke-19. Dahulu kala, kawasan ini dikenal dengan nama Bad Ems.

Pada penggalian awal, para arkeolog menemukan perak olahan dan pondasi dinding serta terak (ampas leburan timah dsb) metal. Alhasil, para arkeolog meyakini kawasan tersebut merupakan tempat peleburan metal yang berasal dari awal Abad ke-2 Masehi dan digunakan pasukan Romawi.

Namun pada 2016, seorang pemburu melihat formasi tanaman yang aneh dan memberi tahu arkeolog di Universitas Goethe.

Para arkeolog kemudian menemukan bahwa daerah tersebut menampung perkemahan Romawi seluas 20 acre (8 hektare) dengan sisa-sisa sekitar 40 menara pengawas kayu. Pemeriksaan lebih lanjut ini juga mematahkan asumsi yang ada sebelumnya.

Dari pemeriksaan, daerah tersebut ternyata bukan pusat peleburan metal melainkan sebuah perkemahan militer kecil. Para arkeolog menduga, sisa-sisa pembakaran yang ada bukanlah untuk melebur metal.

"Itu (pembakaran, red) mungkin sengaja dilakukan sebelum para pasukan meninggalkan kamp tersebut. Struktur pertahanan kayu ditemukan benar-benar di saat akhir penggalian, bersamaan dengan sebuah koin yang berasal dari tahun 43 SM," demikian keterangan seperti tercantum di halaman resmi Universitas Goethe. 

Lebih lanjut, para arkeolog juga menemukan perkemahan yang dibangun pasukan Romawi tidak pernah benar-benar lengkap.

"Hanya ada satu bangunan permanen, yang terdiri dari sebuah gudang dan ruang penyimpanan. Dipercaya, ada 3.000 pasukan yang ditempatkan di sana dan mungkin harus tidur di dalam tenda," demikian keterangan di situs tersebut.

[Gambas:Video CNN]

(lth/lth)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat