yoldash.net

Ada Badai Matahari Luput dari Amatan Para Ahli, Perlu Khawatir?

Badai Matahari biasanya selalu teramati oleh para ahli. Namun ada satu badai Matahari yang ternyata luput diamati para ahli.
Ilustrasi badai matahari. Badai matahari tiba di Bumi pada Minggu (7/8). Namun hal itu ternyata luput dari pengamatan para ahli. Foto: NASA

Jakarta, Indonesia --

Fenomena badai Matahari terjadi pada akhir pekan lalu, Minggu (7/8). Medan magnet Bumi pun dihantam oleh aliran angin Matahari yang mencapai kecepatan lebih dari 600 kilometer per detik.

Meskipun itu tidak terlalu mengkhawatirkan, badai Matahari sering menghantam Bumi dan memicu aurora yang spektakuler.

Namun yang membuat aneh adalah fenomena ini benar-benar tidak terduga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Peristiwa ini tidak ada dalam perkiraan, sehingga aurora yang dihasilkan mengejutkan," menurut laporan SpaceWeather.

ADVERTISEMENT

Angin Matahari terjadi ketika aliran partikel dan plasma berenergi tinggi, tidak dapat lagi ditahan oleh gravitasi Matahari dan meledak ke arah Bumi.

Belum banyak diketahui bagaimana Matahari bekerja. Tetapi, emisi ini diperkirakan berasal dari tambalan besar yang terang di Matahari yang dikenal sebagai 'lubang korona'. Para ilmuwan pun telah melakukan pekerjaan yang baik untuk memantaunya dari sini di Bumi.

Melalui pemantauan tersebut, mereka mampu menciptakan 'prakiraan' cuaca luar angkasa yang tidak hanya memprediksi kapan badai matahari atau semburan Matahari, yang juga dikenal sebagai coronal mass ejections (CMEs).

Pada Minggu pagi, Observatorium Iklim Luar Angkasa NASA (DSCOVR) memperhatikan aliran angin Matahari ringan, yang meningkat secara signifikan dan tak terduga sepanjang hari.

Penyebab badai Matahari ini masih belum diketahui, tetapi SpaceWeather berspekulasi hal itu bisa menjadi awal kedatangan angin Matahari yang diperkirakan datang dari lubang khatulistiwa di atmosfer Matahari dua hari kemudian.

Atau bisa jadi coronal mass ejection (CME) yang terlewatkan.

"Sebuah diskontinuitas dalam data angin Matahari pada 7 Agustus mengisyaratkan gelombang kejut tertanam dalam angin Matahari," tulis Space Weather.

Pada saat pihaknya melaporkan kondisi terkini, angin Matahari berkecepatan tinggi terus menghantam medan magnet Bumi, dengan kecepatan mencapai 551,3 kilometer per detik pada 9 Agustus.

Kabar baiknya adalah angin Matahari tidak berimbas ke Bumi ini, karena dilindungi dengan aman oleh atmosfer planet kita.

Namun, jika semburan itu kuat, hal itu dapat memengaruhi teknologi kami, menyebabkan masalah dengan satelit telekomunikasi dan, dalam kasus ekstrem, jaringan listrik.

Angin ini diklasifikasikan sebagai badai Matahari G2 sedang yang merupakan badai matahari yang kuat. Skala badai Matahari diawali dengan peringkat G1 pada skala terendah hingga G5.

Badai G2 dapat memengaruhi sistem tenaga lintang tinggi dan dapat memengaruhi prediksi orbit pesawat ruang angkasa, menurut laporan Science Alert.

Mengutip 7News, badai Matahari skala kecil sanggup melepaskan energi 100 ribu kali lebih banyak daripada yang mampu dihasilkan seluruh pembangkit listrik di Bumi dalam satu tahun.

Lebih lanjut, menurut astrofisikawan dan kosmolog dari Australian National University, Brad Tucker, penduduk Bumi mungkin akan lebih sering melihat badai seperti itu karena siklus Matahari saat ini.

"Badai seperti ini tidaklah langka karena Matahari punya siklus 11 tahun, dengan periode yang diisi sedikit atau lebih banyak aktivitas. Saat ini, ada aktivitas yang lebih banyak," katanya.

(can/lth)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat