yoldash.net

Apa Alasan Indonesia Tak Sita Roket China yang Jatuh di Kalimantan?

Serpihan Roket China jatuh di Kalimantan saat melakukan prosedur atmosphere re-entry pada Sabtu (30/7).
Serpihan roket China yang jatuh di Dusun Pengadang, Kalimantan Barat. Foto: Dok. Instagram/@Kampung_Pengadang

Jakarta, Indonesia --

Sampah antariksa bekas roket peluncuran China CZ-5B yang jatuh di Dusun Pengadang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat belum juga diambil. Pihak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, pihaknya masih menunggu konfirmasi Badan Administrasi Antariksa China (CNSA) terkait sampah itu.

"Prosedur pengembalian ini termasuk dalam rangka menjalankan Space Liability Convention (1972) PBB. Otoritas Ilmiah Penerbangan dan Antariksa BRIN ini memiliki tugas untuk memastikan dipatuhinya regulasi keantariksaan, baik itu regulasi dari Indonesia maupun hasil konvensi internasional," kata Leo K. Rijadi selaku Koordinator Otoritas Ilmiah Penerbangan dan Antariksa BRIN, dikutip dari situs resmi BRIN.

Mengutip situs PBB, Space Liability Convention khususnya artikel nomor tujuh menyebut, "Setiap negara yang meluncurkan sebuah obyek ke luar angkasa, termasuk bulan dan yang lainnya, dan setiap negara tempat obyek itu diluncurkan bertanggungjawab terhadap kerusakan kepada negara lain atau alamnya, atau warganya yang disebabkan atas objek atau komponen obyek itu yang jatuh ke Bumi di udara, atau di luar angkasa termasuk Bumi dan hal lainnya,"

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Leo mengatakan, BRIN sudah berkomunikasi dengan CNSA lewat Kedutaan Besar China di Indonesia. Pihak BRIN juga telah meninjau sampah antariksa tersebut, yang saat ini berada di Polsek Sekayam, Kalimantan Barat.

ADVERTISEMENT

Roket CZ-5B milik China jatuh saat melakukan atmospheric re-entry di Samudera Hindia pada 30 Juli 2022, pukul 23.45 WIB. Saat memasuki atmosfer objek pecah dan terbakar.

Serpihannya jatuh di sepanjang lintasan orbit terakhirnya, mulai dari Sumatera bagian Selatan, Bangka-Belitung, sampai Kalimantan Barat. Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaludin mengonfirmasi sampah itu tidak berbahaya.

"Masyarakat tidak perlu khawatir karena objek badan roket yang pecah dan serpihannya jatuh di laut atau di darat tidak mengandung bahan beracun atau bahan radioaktif. Jadi tidak berdampak pada lingkungan, juga tidak berbahaya bagi manusia bila menyentuhnya," ujar Thomas.

Lebih lanjut, Thomas mengatakan, peluang serpihan roket itu untuk jatuh ke area berpenduduk sangat kecil. Pasalnya, sebagiab besar pecahan sampah jatuh di laut, hutan, atau gurun yang tidak berpenduduk.

Thomas menerangkan tentang prosedur yang dapat dilakukan masyarakat jika menemui benda jatuh antariksa. Warga bisa segera melapor kepada aparat setempat. Aparat yang berwenang kemudian akan mengamankan lokasi.

"Segera laporkan kejadian tersebut ke Pusat Riset Antariksa (PR Antariksa) BRIN untuk diidentifikasi orbit dan objek asalnya. Seringkali informasi tercepat via media sosial. Secara umum, dari objek asalnya akan diketahui ada tidaknya bahan berbahaya pada sampah tersebut. Bila hanya pecahan badan roket umumnya tidak berbahaya, kecuali ada peringatan dari negara pemilik roket tersebut," terang Thomas.

Sebelumnya peristiwa jatuhnya roket China menuai kritik Amerika Serikat. China disebut tidak mematuhi peraturan yang berlaku terkait peluncuran benda dalam misi luar angkasa.

Administrator Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), Bill Nelson menyebut "Republik Rakyat China tidak membagikan informasi spesifik soal trajektori saat roket Long March 5B mereka jatuh kembali ke Bumi," kata Nelson seperti dilansir Washington Post.

"Semua negara yang punya misi luar angkasa harus mengikuti aturan terbaik yang berlaku dan ambil bagian dalam informasi terkait hal itu untuk membiarkan adanya prediksi soal risiko dari puing-puing, terutama yang berasal dari wahana yang berat, seperti Long March 5B," ia menambahkan.

"Hal itu sangat krusial untuk penggunaan luar angkasa yang bertanggung jawab dan memastikan keselamatan manusia di Bumi," Nelson menegaskan.

[Gambas:Video CNN]

(lth/lth)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat