yoldash.net

Studi Ungkap Evolusi 4 Kali Lebih Cepat Akibat Perubahan Iklim

Evolusi berbagai spesies disebut bisa menjadi empat kali lebih cepat dari perkiraan Darwin akibat pemanasan global.
Hyena, salah satu spesies yang diteliti terkait percepatan evolusi. (Foto: Mark RALSTON / AFP) (Foto: REUTERS/AFOLABI SOTUNDE)

Jakarta, Indonesia --

Penelitian terbaru yang menggunakan analisis variasi genetik menunjukkan bahwa evolusi bisa terjadi empat kali lebih cepat dari yang diperkirakan Charles Darwin. Pemanasan global disebut jadi pemicunya.

Dikutip dari situs Australia National University (ANU), Evolusi Darwin merupakan proses di mana seleksi alam menghasilkan perubahan genetik dalam sifat-sifat yang mendukung kelangsungan hidup dan reproduksi individu. Tingkat terjadinya evolusi juga sangat tergantung pada perbedaan genetik antara individu.

Semakin banyak perbedaan genetik dalam satu spesies, semakin cepat evolusi dapat terjadi. Itu dikarenakan sifat-sifat tertentu mati dan sifat yang lebih kuat dan dominan terbentuk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim peneliti menyebut percepatan evolusi tersebut sebagai 'fuel of evolution' di mana mereka melihat data dari 19 kelompok binatang liar yang ada di seluruh dunia. Analisis tersebut mengungkapkan bahwa bahan mentah untuk evolusi ini lebih berlimpah sebagai bagian dari dampak perubahan iklim.

"Metode ini memberi kita cara untuk mengukur potensi kecepatan evolusi saat ini sebagai respons terhadap seleksi alam di semua sifat dalam suatu populasi," kata Ahli Ekologi Evolusioner, Timothée Bonnet dari Australian National University dikutip Science Alert.

ADVERTISEMENT

"Ini adalah sesuatu yang belum bisa kami lakukan dengan metode sebelumnya, jadi bisa melihat begitu banyak potensi perubahan menjadi kejutan bagi tim," imbuhnya.

Di antara hewan liar yang diteliti adalah burung pipit peri (Malurus cyaneus) di Australia, hyena tutul (Crocuta crocuta) di Tanzania, burung pipit (Melospiza melodia) di Kanada, dan rusa merah (Cervus elaphus) di Skotlandia. Ini pertama kalinya kecepatan evolusi dinilai dalam skala besar.

Durasi rata-rata setiap studi lapangan adalah 30 tahun, dengan rincian catatan mulai dari kelahiran, kematian, perkawinan dan keturunan. Dari penelitian tersebut diketahui waktu terpendek adalah 11 tahun dan terlama adalah 63 tahun.

Hasil itu sekaligus memberi para peneliti data dengan total 2,6 juta jam data lapangan untuk digabungkan dengan informasi genetik pada setiap hewan.

Setelah tiga tahun, tim peneliti akhirnya dapat menghitung berapa banyak perubahan spesies yang disebabkan oleh genetika dan seleksi alam. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pada beberapa spesies, evolusi dapat terjadi hanya dalam beberapa tahun.

"Contoh umum dari evolusi cepat adalah Biston betularia atau ngengat berbumbu, yang sebelum revolusi industri di Inggris didominasi warna putih. Polusi meninggalkan jelaga hitam di pohon dan bangunan yang membuat ngengat bisa bertahan hidup karena sulit bagi burung untuk menemukannya," kata Bonnet.

"Warna ngengat menentukan kemungkinan bertahan hidup dan karena perbedaan genetik, populasi di Inggris dengan cepat didominasi oleh ngengat hitam," lanjut Bonnet.

Dampak perubahan iklim yang berkelanjutan membuat lebih banyak informasi tentang dunia satwa liar serta seberapa cepat mereka dapat beradaptasi. Ini disebut akan sangat membantu dalam memodelkan spesies mana yang dapat bertahan dan mana yang tidak.

Kekhawatirannya adalah ketika perubahan iklim global terus meningkat, spesies tidak akan mampu beradaptasi pada waktunya.

"Penelitian ini telah menunjukkan kepada kita bahwa evolusi tidak dapat diabaikan sebagai proses yang memungkinkan spesies bertahan dalam menanggapi perubahan lingkungan. Evolusi adalah pendorong yang jauh lebih signifikan daripada yang kami duga sebelumnya dalam kemampuan beradaptasi populasi terhadap perubahan lingkungan saat ini," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

(ttf/arh)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat