yoldash.net

Menolak Bubar, Mahasiswa Pemrotes Uang Pangkal UGM Dirikan Tenda Lagi

Kelompok mahasiswa pemrotes kebijakan uang pangkal dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Universitas Gadjah Mada (UGM) masih bertahan dengan tendanya.
Sejumlah mahasiswa UGM melakukan aksi protes biaya uang pangkal dan UKT dengan mendirikan tenda. (CNN Indonesia/Tunggul Damarjati)

Sleman, Indonesia --

Kelompok mahasiswa pemrotes kebijakan iuran pengembangan institusi (IPI) atau uang pangkal dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Universitas Gadjah Mada (UGM) masih bertahan dengan tendanya di halaman Gedung Balarung UGM, Sleman, Yogyakarta, Jumat (31/5) malam WIB.

Padahal, mereka sebelumnya sudah diminta pindah karena lokasi akan dipakai untuk tempat upacara Hari Kelahiran Pancasila, Sabtu (1/6). Momen tersebut sempat diwarnai ketegangan antara mahasiswa dan sejumlah Petugas Pusat Keamanan, Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (PK4L) UGM.

Tenda yang sebelumnya tinggal satu usai dibongkar petugas (PK4L), berdasarkan pantauan hingga pukul 18.15 WIB, didirikan lagi sehingga ada dua tenda yang sekarang berdiri di halaman Balairung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Humas Aliansi Mahasiswa UGM, Maulana menyatakan, ada sekitar 150 hingga 200 mahasiswa yang tetap bertahan hingga tuntutan mereka dipenuhi.

ADVERTISEMENT

Tuntutan tersebut antara lain, peniadaan sistem IPI atau uang pangkal dan pengembalian skema UKT dari lima menjadi delapan golongan lagi.

"Yang pasti tetap bertahan sampai tuntutan kita dicapai, tuntutan kita dipenuhi sama Bu Ova (Rektor UGM, Ova Emilia). Gimana pun entah itu nanti adanya represi dari aparat, kita tetap bertahan di sini," kata Maulana.

Terpisah, Sekretaris Universitas UGM, Andi Sandi Antonius mengatakan, pihaknya sudah mencoba cara persuasif untuk membubarkan para mahasiswa sore tadi. Ia juga sempat bernegosiasi dengan mahasiswa.

Andi pun menegaskan, upacara besok tak bisa diganggu gugat dan harus terlaksana. Termasuk, soal tempat upacara yang tak bisa dipindah karena akan melanggar ketentuan UGM.

"Tetap kami lakukan upacaranya, upacara akan tetap kami lakukan dan tidak mungkin upacara ini digagalkan hanya karena ada momen seperti ini," ujar Andi.

"Tetapi kalau pun masih bertahan ya ini mempertunjukkan hal yang tidak baik bahwa, teman teman itu bersikeras untuk aspirasi nya sendiri, tidak melihat aspirasi kepentingan yang lain, khususnya kepentingan untuk kita memperingati 1 Juni Hari Lahir Pancasila," sambungnya

Mengenai tuntutan para mahasiswa, Andi menegaskan, kampus telah mengambil kebijakan menyesuaikan keputusan pemerintah. Dalam hal ini, membatalkan kenaikan UKT dan IPI.

Hal itu, kata Andi, juga sudah disampaikan oleh Ova dan beberapa jajaran pimpinan kampus saat diskusi terbuka siang tadi.

"Yang menjadi pertanyaan, kesimpulannya itu yang mereka tuntut tidak bisa semuanya dilakukan oleh UGM. Misalnya untuk mencabut berkaitan dengan peraturan menteri, di sini itu bukan ranahnya rektor UGM," ucapnya.

"Itu adalah ranahnya di kementerian kalaupun ada tuntutan itu. Bukan berarti tuntutan-tuntutan seperti itu tidak tepat, silakan saja diajukan, tapi tidak pas kalau kemudian Rektor UGM yang harus mendatatangani," sambung Andi Sandi.

(kum/wiw)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat