yoldash.net

Menanti Langkah Bijak Pemerintah Tangani Pengungsi Rohingya di Aceh - Halaman 2

Pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab lebih dari sekadar faktor kemanusiaan dalam menangani pengungsi Rohingya di saat darurat.
Warga Aceh Besar memindahkan 135 imigran Rohingya ke Kantor Gubernur Aceh. (REUTERS/RISKA MUNAWARAH)

Dosen Antropologi STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Tgk Muhajir Al-Fairus menjelaskan pengungsi Rohingnya mulai mendarat di wilayah Aceh sebelum pandemi Covid-19.

Kehadiran pengungsi Rohingya saat itu disambut baik oleh masyarakat Aceh. Masyarakat Aceh menunjukkan rasa empati dan menerima mereka sebagai tamu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kala itu tak ada persoalan berarti antara masyarakat Aceh dengan pengungsi Rohingya. Sebab, masyarakat Aceh menganggap mereka sebagai korban dari masalah kemanusiaan.

Secara antropologi, kata dia, masyarakat Aceh memiliki sistem peringatan dini atau early warning kebudayaan. Selain rumor negatif, mereka juga menemui adanya tindakan pengungsi Rohingya yang dianggap menyimpang. Misalnya, kabur dari camp pengungsian.

ADVERTISEMENT

"Agak menyimpang dari cara-cara orang Aceh hidup misalnya mereka kumuh, kotor. Cara mereka meminta sesuatu yang dianggap tidak sopan. Informasi negatif dan faktor-faktor di lapangan, kemudian masyarakat dari Aceh Besar sampai ke Aceh Utara melakukan penolakan," kata Muhajir kepada Indonesia.com, Selasa (19/12).

Muhajir berpendapat pemerintah Indonesia dan pemerintah Desa mestinya mengambil tindakan cepat dan tegas ketika muncul penolakan tersebut.

Newly-arrived Rohingya refugees receive food donated by people at a beach in Laweueng, Pidie district in Indonesia's Aceh province on December 10, 2023. More than 300 Rohingya refugees, mostly women and children, were stranded on the coasts of western Indonesia on December 10, as local authorities leave them in limbo without certainty about shelters. (Photo by CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)Ratusan pengungsi Rohingya mendarat di Pidie Aceh. (AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN)

Menurutnya, dalam menangani kemelut pengungsi Rohingnya di Indonesia, pemerintah perlu memfungsikan kembali kesiagaan TNI Angkatan Laut di perairan Aceh.

Peran TNI Angkatan Laut sangat diperlukan lantaran hanya mereka yang memiliki sistem untuk mengontrol aktivitas keluar masuk orang-orang asing ke wilayah perairan Indonesia.

"Ini selama ini kok tiba-tiba Rohingya bisa nyasar ke Aceh dan kemudian UNHCR memberikan ruang. Ya orang Aceh tidak masalah, sampai sekarang Rohingya diberikan tempat, makanan. Akan tetapi mereka menolak," ujarnya.

Khawatir gesekan meluas

Selain itu, Muhajir mengatakan pemerintah harus segera mengambil sikap terkait keberadaan pengungsi Rohingya yang saat ini berada di Aceh.

"Apakah yang sudah ada ini kemudian dikembalikan ke negara asalnya atau kemudian pemerintah melakukan negosiasi dengan beberapa orang-orang Aceh yang punya kharisma ketokohan. Apakah mereka dibina," ucap Muhajir.

Menurutnya, jika masyarakat Aceh menolak pengungsi Rohingya dibina, maka pemerintah mesti mengembalikan mereka ke negara asal.

Tgk Muhajir mengatakan masyarakat Sabang menggelar demonstrasi terkait penolakan pengungsi Rohingya pada hari ini. Ia khawatir akan terjadi gesekan lebih luas jika pemerintah tidak segera mengambil sikap.

"Masyarakat Aceh ini biasanya mereka menolak dengan cara antisipasi halus, kalau tidak direspons biasanya mereka akan mengambil sikap yang lebih laju. Ini harus dipikirkan oleh pemerintah Indonesia dan pemerintah Aceh yang punya otoritas untuk menghalau dan mengantisipasi kedatangan Rohingya di Aceh," katanya.

(lna/pmg)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat