yoldash.net

Kaitan Gerhana Matahari & Hisab Muhammadiyah Tetapkan Lebaran 21 April

Muhammadiyah menilai fenemona gerhana matahari hari ini memperkuat konsep hisab hakiki wujudul hilal untuk menentukan 1 Syawal Idulfitri lebaran 2023.
Muhammadiyah menilai fenemona gerhana matahari hari ini memperkuat konsep hisab hakiki wujudul hilal untuk menentukan 1 Syawal Idulfitri lebaran 2023. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Jakarta, Indonesia --

Pimpinan Pusat Muhammadiyah menilai fenemona gerhana matahari hibrida hari ini memperkuat konsep hisab hakiki wujudul hilal yang dipakai Muhammadiyah untuk menentukan datangnya bulan baru, khususnya 1 Syawal Idulfitri lebaran 2023.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pun meyakini metode hisab kelak pada akhirnya akan digunakan secara umum oleh umat Islam di Indonesia, bahkan seluruh dunia, meski saat ini masih mengalami penolakan.

Seperti penggunaan jam sebagai penanda waktu salat, ia yakin suatu saat umat Islam seluruh dunia akan menerapkan metode hisab wujudul hilal sebagai landasan menentukan waktu-waktu penting ibadah yang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang kita bisa mudah sekali untuk salat dhuhur dan segala macam tanpa harus melihat matahari," kata Haedar dikutip dari website resmi Muhammadiyah, Kamis (20/4).

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan dalam menentukan waktu salat, saat ini semua golongan dan negara manapun memakai jadwal yang sudah pasti.

Muhammadiyah ingin dalam menetapkan awal Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah juga seperti itu. Namun, menurutnya hal itu membutuhkan waktu yang tidak pendek, bahkan mungkin satu abad.

Oleh karenanya, ketika saat ini masih terjadi perbedaan penentuan umat Islam, Haedar meminta untuk tidak saling menuding dan caci maki.

"Kami pun menghargai bagi saudara-saudara, maupun negara yang masih menganut sistem dan metode lain," katanya.

Kaitan gerhana matahari dan lebaran 21 April

Alumni Magister Ilmu Falak Universitas Walingsongo, Najmuddin Syaifullah dalam tulisannya di situs Muhammadiyah menyoroti hubungan antara gerhana matahari yang terjadi hari ini dengan metode hisab wujudul hilal.

Ia menjelaskan gerhana matahari terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Posisi ini terjadi ketika bulan baru, yaitu saat matahari dan bulan mengalami konjungsi (ijtimak).

Sedangkan gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis lurus. Posisi ini terjadi saat bulan purnama.

Berdasarkan konsep tersebut, kata dia, maka bisa dipastikan gerhana matahari terjadi ketika bulan baru, akan tetapi setiap bulan baru belum tentu terjadi gerhana.

Begitu juga dengan gerhana bulan yang pasti terjadi ketika bulan purnama, tetapi setiap bulan purnama belum tentu terjadi gerhana.

"Apabila hari ini terjadi gerhana matahari, maka besok sudah masuk bulan baru hijriah. Akan tetapi kembali lagi kepada waktu terjadinya gerhana, jika gerhana terjadi di waktu antara pagi sampai siang, maka besok kemungkinan besar sudah bulan baru karena tinggi hilal sudah berada di atas ufuk," tulis dia.

"Akan tetapi apabila gerhana matahari terjadi ketika sore, maka hilal kemungkinan masih di bawah ufuk dan besok belum masuk bulan baru," imbuh dia.

Ia mengatakan gerhana matahari tahun ini terjadi di bulan Ramadan, sehingga menyita perhatian banyak orang sebab berkaitan dengan penentuan Idulfitri.

Najmuddin menjelaskan tinggi hilal pada 29 Ramadhan 1444 H atau 20 April 2023 (hari terjadinya gerhana matahari) di Banda Aceh adalah 2°21,39'.

Tinggal hilal itu sudah cukup masuk kriteria hisab hakiki wujudul hilal, sehingga Jumat (21/4) sudah masuk bulan Syawwal.

Akan tetapi tinggi hilal tersebut belum memenuhi kriteria MABIMS (kumpulan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura guna mengusahakan unifikasi kalender Hijriah) yang mensyaratkan tinggi hilal 3° dan elongasi 6,4°.

"Oleh karena belum memenuhi kriteria MABIMS, maka besok belum masuk bulan baru dan Syawal akan dimulai lusa (tanggal 22 April 2023). Perbedaan metode penentuan awal bulan di atas akan mengakibatkan Idulfitri nanti tidak dilaksanakan secara serentak," katanya.

Apabila mengaitkan antara penentuan awal bulan dengan fenomena gerhana matahari 20 April 2023, ia menyebut hisab hakiki wujudul hilal yang dipakai oleh Muhammadiyah akan lebih diunggulkan.

"Karena keesokan hari setelah gerhana sudah masuk bulan baru. Sedangkan kriteria MABIMS yang dipakai pemerintah masih menunggu satu hari lagi untuk masuk bulan baru," katanya.

(yoa/gil)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat