yoldash.net

Cerita Warga Desa Maluku Tengah Ditembaki Polisi Pakai Peluru Karet

Salah satu warga Desa Tamilowu, Maluku Tengah, Zukkarnain Wellete mengatakan 19 warga mengalami luka-luka akibat terkena tembakan peluru karet polisi.
Seorang perempuan terkena peluru karet dari aparat kepolisian di Maluku Tengah, Maluku. (CNN Indonesia/Said)

Jakarta, Indonesia --

Warga adat Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah, diberondong peluru karet aparat kepolisian pada Selasa (7/12) pagi. Setidaknya 19 orang orang luka-luka terkena tembakan tersebut.

Salah satu warga desa, Zukkarnain Wellete mengatakan penembakan terjadi saat sejumlah aparat Polres Maluku Tengah datang untuk menangkap pelaku perusakan tanaman warga Dusun Rohua dan pembakaran Desa Tamilouw.

Rombongan kepolisian mulai datang ke Desa Tamilouw sejak sekitar pukul 05.00 WIB. Sementara warga setempat masih ada yang menunaikan salat Subuh dan bersih-bersih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zulkarnain menyebut banyak masyarakat yang panik melihat kedatangan aparat kepolisian bersenjata lengkap. Apalagi, melihat anggota Brimob ikut turun dengan membawa senjata laras panjang.

"Kalau mau melakukan penangkapan dari polres saja yang datang kenapa dari Brimob juga dilibatkan dengan peralatan lengkap?" kata Zulkarnain kepada Indonesia.com, Selasa (7/12) malam.

ADVERTISEMENT

Menurut Zulkarnain, masyarakat adat tidak ada yang tahu pihak kepolisian akan datang. Ia menyebut tak ada pemberitahuan dari kepolisian kepada para pimpinan adat.

"Kalau mau menangkap yang diduga pelaku, harusnya melakukan tindakan persuasif. Tapi, para pihak berwajib datang tanpa sepengetahuan kepala pemerintahan negeri Tamilouw," ujarnya.

Zulkarnain mengakui terdapat dua surat pemanggilan pada terduga pelaku pembakaran kantor desa. Para pimpinan pun sudah memberikan surat tersebut.

Namun, warga yang bersangkutan tak mengerti dan ketakutan sehingga surat pemanggilan tersebut tak digubris.

Di sisi lain, kata Zulkarnain, pihak berwenang juga tak ada yang menjelaskan terkait pemanggilan tersebut. Alih-alih memberi penjelasan, kepolisian justru datang secara tiba-tiba.

"Karena berbeda-beda pemahaman masyarakat terhadap hukum. Ketika ada pemanggilan, psikologis mereka terganggu mungkin. Ada yang berpandangan pemanggilan ini bisa saja langsung ditahan atau ditangkap. Jadi psikologisnya berbeda beda," ujarnya.

Bantah Serang Polisi

Zulkarnain mengatakan penembakan pertama terjadi sekitar pukul 05.30 WIB. Saat itu, warga baru keluar dari masjid. Penembakan pertama ini yang memicu gesekan antara masyarakat adat dan kepolisian.

Masyarakat adat mulai berdatangan lantaran tak terima ada orang tua yang ditembak.

"Waktu saat ditembaki beliau baru pulang salat subuh. Kena di tangan dan perut. Baru terjadi adu mulut karena merasa ada orang tua yang ditembaki, ortu yang tidak tau apa-apa kenapa ditembaki," ujarnya.

Zulkarnain membantah pihaknya menyerang lebih dahulu rombongan polisi tersebut. Ia menyebut masyarakat hanya memblokir jalan.

"Jadi tidak ada pemukulan. Yang jelas kita enggak pernah bereaksi duluan. Kita koperatif dengan cara yang baik," katanya.

Zulkarnain menyebut akibat rentetan tembakan polisi itu 19 orang terluka. Satu orang warga dilarikan ke RSUD Mahosi. Sementara 18 orang lainnya dilarikan ke Puskesmas Tamilouw.

"19 orang ditembak, 2 perempuan, sisanya laki-laki. Ada ibu-ibu dan anak SMP," ujarnya.

"Konflik Berkepanjangan' berlanjut ke halaman berikut...

Konflik Berkepanjangan Desa Tamioluw dan Dusun Rohua

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat