yoldash.net

Membidik Taman Lorentz Nirwana Papua dari Angkasa

Tak bisa sembarangan orang memotret kawasan Pegunungan Jayawijaya dari helikopter. Perlu izin khusus dari Freeport sebab memasuki wilayah pertambangan.
Fotografer Ebbie Vebri Adrian saat membidik Pegunungan Jayawijaya. (Dok. Ebbie Vebri Adrian).

Jakarta, Indonesia -- Lewat celah jendela helikopter seukuran laptop 13 inci, Ebbie Verbi Adrian membidikkan kameranya. Di ketinggian 5 ribu kilometer di atas permukaan laut, dia menjepret seribu frame foto pemandangan sekitar Pegunungan Jayawijaya, Papua, termasuk Taman Nasional Lorentz.

“Saya tak ingin menyiakan pengalaman langka itu, sehingga mengambil foto hingga seribu frame,” kata Ebbie kepada Indonesia.com, Jumat (13/5).

Selama delapan tahun, Ebbie, 38, menanti kesempatan menjelajahi Pegunungan Jayawijaya dari atas udara. Niat itu dia simpan sejak 2005 saat ia pertama kali berencana menyusun buku fotografi tentang keindahan alam dan budaya dalam negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesempatan memotret kawasan dengan puncak tertinggi di Indonesia itu baru dia dapatkan pada 2013.

“Persoalan mendapatkan foto di wilayah itu adalah kesulitan mendapatkan izin dari PT Freeport Indonesia. Modal uang saja tidak cukup,” kata Ebbie.

ADVERTISEMENT

Ebbie menjelaskan penjelajahan dari udara di pegunungan itu memerlukan izin dari Freeport karena akan memasuki wilayah konsesi pertambangan. Beda soal jika lewat jalur darat melalui Sugapa dan Ilaga yang bukan kawasan Freeport.
Kesempatan emas datang saat Ebbie diundang PT Freeport Indonesia sebagai pembicara dalam workshop dan juri lomba fotografi di Tembagapura pada 8 September 2013. Ebbie memanfaatkan kedatangan dia ke Freeport dengan meminta izin masuk ke wilayah pegunungan yang masuk konsesi Freeport.

“Ketika istirahat makan siang, saat satu meja dengan pimpinan Freeport, saya menyampaikan niat tersebut,” kata Ebbie.

Ebie menjelaskan bahwa dia sedang mengumpulkan foto untuk membuat sebuah buku foto lengkap dari seluruh provinsi di Indonesia. Untuk keperluan bukunya, Ebbie telah menjelajahi 2.300 destinasi di 300 pulau.

Dari beragam lokasi yang pernah dijelajahi, kata Ebbie, saat itu hanya kawasan Pegunungan Jayawijaya yang belum berhasil dicapai karena terbentur kesulitan izin dan biaya yang sangat mahal.

“Saya katakan bahwa saya independen tidak terikat dengan organisasi apapun dan kepentingan murni untuk mengenalkan kekayaan Indonesia,” kata Ebbie.

Tak hanya izin, fasilitas helikopter pun diberikan pimpinan Freeport pada Ebbie untuk mengelilingi Pegunungan Jayawijaya. Kesempatan itu sangat berharga karena karyawan Freeport pun belum tentu mendapatkan izin.

Ebie memulai penjelajahan sekitar pukul 07.00. Pagi hari adalah momen terbaik, karena saat itu pegunungan belum berkabut. Apabila kabut muncul, penjelajahan tak bisa dilanjutkan

“Cuaca saat itu sangat cerah. Langit biru tanpa awan, sepertinya alam berpihak kepada saya,” katanya.
Ebbie ditemani pilot bergerak dari Tembagapura menuju tambang terbuka Grasberg, kemudian mengitari Pegunungan Jayawijaya, termasuk Taman Lorentz. Penjelajahan Ebbie di angkasa sekitar 1,5 jam.

Dari atas helikopter, kata Ebbie, sulit membedakan antara wilayah konsesi Freeport dengan Taman Lorentz. Lokasi kawasan konservasi itu bersebelahan dengan wilayah pertambangan.

“Lorentz memiliki kemiripan dengan wilayah sekitar Freeport. Kawasan konservasi itu pun memiliki salju,” kata Ebbie.

Taman Lorentz, Papua. (Ebbie Vebri Adrian)
Berkat foto pemandangan sekitar Pegunungan Jayawijaya, Ebbie menuntaskan targetnya. Bertepatan dengan Hari Pahlawan, pada 10 November 2014, Ebbie meluncurkan buku foto dengan judul Indonesia a World of Treasures.

Buku setebal 534 halaman berisi 1.300 foto alam dan budaya di 34 provinsi di Indonesia. Buku yang dicetak sebanyak seribu eksemplar ini terjual dalam waktu tiga bulan dari pembeli di 22 negara.

"Buku hanya saya jual lewat laman Facebook, tidak dijual di toko buku manapun," kata Ebbie.

Respons positif membuat Ebbie akan mencetak ulang bukunya pada Juni 2016. Buku dibagi dalam tiga jilid dan hanya dijual lewat akun Facebook dan Instagram miliknya.

Dukungan terhadap karya Ebbie tak hanya terlihat dari permintaan atas bukunya. Kurang dari setahun setelah bukunya terbit, Ebbie menggelar pameran karya foto tunggal di lima negara di Eropa pada September hingga Oktober 2015. Negara-negara yang disinggahi pameran Ebbie yakni Inggris, Polandia, Hungaria, Slovakia, dan Jerman.

“Pameran itu untuk mengenalkan keindahan dan kekayaan Indonesia ke mata dunia,” kata Ebbie.

Pameran foto Ebbie Vebri Adrian di Eropa, September-Oktober 2015. Foto yang dipajang paling kiri menunjukkan gambar Taman Lorentz, Papua, yang diambil dari udara. (Dok. Ebbie Vebri Adrian)
Ke depannya, Ebbie berencana menggelar pameran tunggal di lima benua membawa nama Indonesia. Tentu impian itu membutuhkan dukungan dari sponsor. Sayangnya, hingga kini pemerintah belum mendukung perjuangan dan mimpi Ebbie.

Sembari mengejar impian menggelar pameran, Ebbie terus memburu foto alam dan budaya Indonesia. Masih banyak wilayah yang membuatnya penasaran. Bagi Ebbie, penjelajahan menelusuri Indonesia selama sebelas tahun belumlah cukup.

“Bahkan seumur hidup saya pun Indonesia tidak akan habis dijelajahi, selalu ada destinasi baru bermunculan. Itulah hebatnya Indonesia,” kata dia.

Ebbie bahkan masih penasaran mengulang kembali memotret Pegunungan Jayawijaya dengan mendaki Puncak Cartensz yang merupakan salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia.

(yul/yul)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat