yoldash.net

Media Asing Soroti Efek K-Pop sampai Joget TikTok di Pemilu 2024 RI

Sejumlah media asing menyoroti pengaruh media sosial TikTok dalam pesta demokrasi di Indonesia yakni pemilihan umum atau pemilu 2024.
Sejumlah media asing menyoroti pengaruh media sosial TikTok dalam pesta demokrasi di Indonesia yakni pemilihan umum atau pemilu 2024. (ERLANGGA BREGAS PRAKOSO/ERLANGGA BREGAS PRAKOSO)

Jakarta, Indonesia --

Sejumlah media asing menyoroti pengaruh media sosial TikTok dalam pesta demokrasi di Indonesia yakni pemilihan umum atau pemilu 2024.

Media Inggris, The Guardian, dalam artikel berjudul "K-pop, TikTok and cats: the fight to win the key youth vote in Indonesia's election", menuliskan betapa platform tersebut memainkan peran penting dalam pemilu RI kali ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasalnya, pemilih terbesar yang akan menentukan siapa pemimpin Indonesia berikutnya tidak lain yakni generasi milenial dan generasi Z. Mereka adalah orang-orang dengan usia di bawah 40 tahun.

"Partai-partai dan kandidat yang berkontestasi telah mencoba semuanya mulai dari memberikan tiket konser K-pop hingga dengan hati-hati membuat konten media sosial mereka dengan kucing-kucing dan joget viral," tulis The Guardian, Senin (12/2).

ADVERTISEMENT

The Guardian mewawancara beberapa anak muda Indonesia terkait TikTok yang menjadi medan tempur dalam pemilu 2024 RI. Mayoritas mengakui bahwa isi media sosial mereka dipenuhi video kampanye, karya seni penggemar yang didedikasikan untuk kandidat tertentu, serta beragam arus opini para warganet.

"Setengah dari pemilih aktif adalah anak muda. Jadi demografinya sangat-sangat besar," kata Nafis Athallah (18), anak muda yang mengikuti pemilu perdana.

Media asal Inggris itu menggaungkan komentar Nafis yang mengaku peduli dengan isu hak-hak sipil serta kebebasan berbicara. Pandangan Nafis ini berbeda dengan beberapa temannya yang mendukung calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto karena beranggapan Indonesia perlu pemimpin yang punya kepribadian kuat agar negara menjadi lebih aman.

Prabowo sendiri merupakan mantan komandan jenderal komando pasukan khusus (Kopassus) yang kontroversial. Saat masih berkarier di militer, Prabowo dituduh melanggar hak asasi manusia, salah satunya terlibat dalam penculikan dan penghilangan paksa aktivis mahasiswa pada 1997 dan 1998.

Dia lalu diberhentikan dari militer imbas tudingan itu. Namun, hingga kini, Prabowo tak pernah dituntut pidana. Prabowo juga terus membantah bahwa dirinya telah melakukan kesalahan.

Lebih dari itu, The Guardian juga menuliskan kontroversi pelanggaran HAM Prabowo seperti pembunuhan terhadap warga sipil Timor Timur dan Papua.

"Prabowo, yang telah lama dikenal karena temperamennya yang berapi-api, mengalami rebranding mencolok demi memenangkan suara pemilih, dengan kampanyenya yang menampilkan dia sebagai sosok kakek yang bicara lembut, bahkan berjoget riang di atas panggung," tulis The Guardian.

Media Inggris lainnya, The Economist, juga melaporkan bagaimana TikTok menjadi "arena tempur utama dalam pemilu Indonesia."

The Economist bahkan turut menyoroti liberalisme Indonesia yang terancam imbas fenomena ini.

"Media sosial telah dibanjiri dengan video-video sang mantan jenderal gemoy yang berjoget-joget. Pengguna internet muda, yang sebagian besar tidak tahu atau peduli dengan masa lalunya, tampaknya menganggap dia lucu. Ini bukan kemajuan yang sepele," tulis The Economist.

The Economist mencatat bahwa Prabowo menjadi populer di kalangan anak muda karena menggunakan media sosial sebagai sarana kampanye. Kepopuleran Prabowo juga dipengaruhi bekingan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diketahui memiliki banyak penggemar dan pengikut.

"TikTok terbukti sangat penting sebagai tempat di mana politikus bersaing untuk mendapatkan suara dari kaum muda. Indonesia memiliki lebih banyak pengguna TikTok dibandingkan negara manapun kecuali Amerika. Pengguna biasa menggunakan platform itu selama 29 jam sebulan, menjadikannya salah satu platform media sosial paling populer di negara tersebut," tulis The Economist.

Peran calon wakil presiden pasangan Prabowo, Gibran Rakabuming Raka, juga disebut turut berperan dalam kepopuleran capres berusia 71 tahun itu. The Economist menyebut video Gibran yang kerap mengikuti tren TikTok seperti menari konyol atau pura-pura bicara dengan anak di masa depan telah ditonton banyak pengguna.

Salah satu video TikToknya bahkan telah dilihat lebih dari 20 juta kali, membuatnya setara dengan penyanyi Taylor Swift.

Lebih jauh, The Economist juga menuliskan pengaruh K-Pop dalam kampanye capres nomor urut 01 Anies Baswedan. Anies, yang dijuluki Park Ahn Nice oleh pendukungnya, turut meraup banyak suara pemilih muda yang sebagian besar penggemar K-Pop.

Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu dari tiga negara dengan penggemar K-Pop terbanyak di dunia, setelah Korea Selatan dan Thailand.

Senada, media Arab, Arab News, juga menekankan pengaruh TikTok terhadap pemilu di Indonesia, terutama di tingkat pilpres.

Arab News menyoroti upaya para capres menggunakan TikTok dengan masif demi meraih suara mayoritas warga Indonesia.

"Prabowo Subianto, seorang pria militer yang pernah ditakuti, telah mengubah citranya menjadi negarawan yang suka diemong. Video jogetnya yang canggung, mengingatkan pada seni bela diri lokal, telah mendapat jutaan penonton dan menginspirasi orang lain untuk menirunya," tulis Arab News.

"Saingannya, Anies Baswedan dan (capres nomor urut 03) Ganjar Pranowo juga telah meningkatkan kehadiran mereka di aplikasi tersebut. Mereka menjawab pertanyaan secara real-time selama sesi live streaming atau berbagi video pertemuan yang menyentuh hati dengan para pemilih," lanjut Arab News.

(blq/rds/bac)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat