yoldash.net

Rusia Klaim Bombardir Odessa Ukraina Demi Cegah Serangan Teroris

Rusia mengklaim srangannya ke wilayah Pelabuhan Odessa, Ukraina, untuk mencegah aksi teroris ke Rusia.
Rusia bombardir lumbung pangan Ukraina. (AP/Libkos)

Jakarta, Indonesia --

Rusia buka suara usai membombardir Pelabuhan Odesa, Ukraina pada Sabtu (22/7) malam waktu setempat.

Mereka mengklaim lokasi itu menjadi markas untuk mempersiapkan serangan teroris ke Rusia. Pasukan Negeri Beruang Merah lalu menargetkan Pelabuhan Odesa untuk mencegah aksi teroris ke Rusia.

"Pada malam hari, angkatan bersenjata Federasi Rusia melakukan serangan di fasilitas yang mana tindakan teroris melawan Federasi Rusia menggunakan kapal tak berawak disiapkan," kata Tentara Rusia, seperti dikutip AFP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka kemudian berujar, "Semua target yang direncanakan dalam serangan itu dihancurkan".

ADVERTISEMENT

Kementerian Pertahanan Rusia juga membantah serangan itu menyebabkan gereja hancur. Menurut mereka, gereja hancur kemungkinan disebabkan rudal anti-pesawat Ukraina.

Sebelumnya, Ukraina menyatakan pasukan Rusia meluncurkan 19 rudal ke Pelabuhan Odesa. Imbas serangan ini, dua orang tewas dan 22 orang termasuk anak-anak mengalami luka-luka.

Tak hanya itu, enam bangunan tempat tinggal penduduk, monumen arsitektur, dan Gereja Ortodoks, juga hancur.

"Secara total musuh menggunakan 19 rudal berbagai jenis," demikian menurut Angkatan Udara Ukraina di Telegram.

Beberapa peluru kendali itu di antaranya Rudal Jelajah Oniks, Kalibr, dan Rudal Balistik Iskander.

Menanggapi serangan tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam tindakan Rusia.

"Rudal melawan kota-kota yang damai, melawan bangunan tempat tinggal, katedral. Tidak ada alasan untuk kejahatan Rusia," kata Zelensky.

Ia juga berjanji akan membalas serangan Rusia di Odesa.

"Mereka akan merasakan pembalasan ini,"ucap Zelensky.

Ukraina tengah berjuang menghadapi serangan Rusia selama sepekan terakhir. Sistem pertahanan mereka disebut belum cukup mampu menghalau serangan dari pasukan Negeri Beruang Merah.

Pada Kamis, tim CNN mendengar ledakan dan menyaksikan serangan yang berlangsung hingga 90 menit.

Gelombang serangan Rusia berlangsung usai Kremlin menolak untuk memperpanjang perjanjian memfasilitasi ekspor gandum. Keputusan ini diambil setelah Ukraina meledakkan jembatan Crimea.

(isa/bac)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat