Film Garin Nugroho Samsara Dapat Standing Ovation di Singapura
Film bisu Samsara karya Garin Nugroho sukses mendapat standing ovation ketika tayang di Esplanade Concert Hall, Singapura. Film itu ditayangkan dalam format pertunjukan cine-concert, Jumat (10/5) malam waktu setempat.
Dalam pernyataan yang dirilis Minggu (12/5), produser Gita Fara mengungkapkan format yang menggabungkan film bisu dengan iringan musik secara live itu diangkat untuk mengingatkan awal kemunculan sinema.
"Dalam Samsara kami mencoba untuk kembali ke akar pertama kali sinema muncul, yaitu film bisu dengan iringan musik live," ujar Gita. "Bentuk ini kami harapkan bisa memberikan pengalaman sinematik yang luar biasa untuk menikmati karya sinema Samsara,"
Gita menjelaskan iringan live tersebut juga memadukan musik dengan beragam nuansa, dari musik gamelan Bali dan musik elektronik.
Musik gamelan Bali itu dibawakan para pemain di bawah pimpinan komposer Wayan Sudirana dan Kasimyn. Sementara itu, musik elektronik yang mengiringi film tersebut dibawakan oleh grup Gabber Modus Operandi.
Sejumlah penyanyi juga bergabung melantunkan lagu, mulai dari Ican Harem, Dinar Rizkianti, Gusti Putu Sudarta, hingga Thaly Titi Kasih.
"Kembali ke masa lalu, tetapi juga merasakan masa depan dengan kolaborasi yang avant garde antara sinema, musik tradisi Gamelan Yuganada, dan musik elektronik Gabber Modus Operandi," ungkap Gita.
"Kami berkolaborasi dengan talenta-talenta terbaik di Bali, baik dari tari, film maupun musik," lanjutnya.
Garin Nugroho juga turut mengutarakan rasa bahagia setelah mengadakan cine-concert film Samsara di Singapura. Ia mengaku mempunyai ikatan dengan venue pertunjukan itu karena kerap menjadi awal perjalanan saat membawa karya-karyanya ke kancah global.
Ia juga mengaku tersanjung dengan sambutan hangat dan standing ovation penonton acara itu, yang disebut mencapai lebih dari seribu orang.
"Esplanade selalu menjadi jendela karya saya ke Asia dan dunia. Setelah Setan Jawa sukses di Esplanade, saya memutuskan dalam hati akan datang kembali ke Esplanade," ucap Garin.
"Sambutan spontan dan applause yang luar biasa dari penonton Esplanade adalah sebuah dorongan kreativitas untuk mencipta dan untuk datang dan
datang lagi ke Esplanade," lanjut sutradara itu.
Samsara mengisahkan seorang laki-laki dari keluarga miskin di Bali pada 1930-an. Laki-laki itu melamar kekasihnya, tetapi ditolak oleh orang tuanya yang kaya raya.
[Gambas:Youtube]
Ia kemudian melakukan perjanjian gaib dengan raja monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan. Namun, ritual gelap itu justru mengutuk istri dan anaknya hingga menderita.
Samsara mengusung format bisu hitam putih. Film itu dibintangi oleh Ario Bayu sebagai pemeran utama, serta penari bernama Juliet Widyasari yang merupakan keturunan Indonesia-Australia.
Film ini merupakan hasil kolaborasi Cineria Films, Garin Workshop, dan Lynx Films bersama Esplanade-Theatres on the Bay Singapura dan Silurbarong.co. Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Yayasan Puri Kauhan Ubud juga turut mendukung proyek tersebut.
(frl/end)