Ilustrasi. Hidupku hancur usai mengetahui perselingkuhan suami yang membuatku berakhir sebagai janda. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)
Jakarta, Indonesia --
Namaku Nuri. Tak pernah sama sekali terbersit, aku jadi korban perselingkuhan.
Dada rasanya sesak, napas makin sulit dikontrol. Seketika air mata pun keluar begitu saja. Aku tutup mulutku yang hendak berteriak. Aku menangis dalam diam berusaha tak mengeluarkan suara sama sekali.
Handphone suami yang ku pegang saat itu jatuh begitu saja. Layarnya masih menampilkan foto dan video dia, suamiku, tengah bercumbu mesra di kamar hotel dengan seorang wanita tanpa busana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat melihat itu, nyawaku seperti melayang entah kemana.
Tragedi itu terjadi hampir dua tahun lalu. Saat itu, aku masih menyandang status istri Yanto, nama orang yang kini sudah resmi jadi mantan suamiku.
Kala itu duniaku runtuh. Tak pernah terpikirkan bahwa suami yang sangat aku hormati bisa mengkhianatiku sejauh itu. Bahkan berulang kali tidur dengan wanita lain di belakangku.
Yanto adalah tempat aku bersandar. Sejak dinikahi olehnya pada 2020 lalu, aku benar-benar menggantungkan hidup padanya. Memercayai semua ucapan dan petunjuk hidup yang dia sampaikan padaku.
Hidup kami memang pas-pasan, tapi bahagia karena dijalani bersama. Setidaknya di awal pernikahan kami, kami benar-benar bahagia, walaupun setelah menikah hanya aku yang bekerja.
Yanto menganggur karena sejak pandemi dia dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Posisi kami pun dibalik. Yanto mengurus urusan domestik di rumah, sementara aku bekerja mencari nafkah.
Walau berat, saat itu semua terasa indah dan mudah. Meskipun hidup hanya bergantung pada gajiku yang tak seberapa, aku dan dia bahagia. Selama kita selalu bersama, saling mencintai dan mengayomi semua akan terasa baik-baik saja.
Begitu pikirku, tanpa tahu bahwa pria yang aku percaya adalah mimpi buruk paling nyata yang dalam seketika bisa membuat hidupku hancur begitu saja.
Semua bermula saat Yanto akhirnya mendapat pekerjaan di salah satu kafe awal 2021 lalu. Karena merasa semua mulai lancar, Yanto menyuruhku berhenti bekerja.
Dia ingin aku fokus di rumah mengurus mertua, mengurus semua kebutuhan dia. Selain itu, dia juga ingin aku fokus merawat diri agar kami bisa segera punya momongan.
Yanto ingin kami segera punya anak. Dan setelah aku ingat-ingat sekarang, saat menikah dulu Yanto secara tersirat selalu menyalahkan aku sebagai penyebab kami tak kunjung diberi momongan.
Pada akhirnya, meski berat, kala itu aku manut saja saat disuruh berhenti bekerja. Semua kebutuhan rumah akhirnya ditanggung Yanto yang sebenarnya, punya gaji tak seberapa.
Apalagi masih harus dibagi dua untuk diberikan kepada orang tuanya. Tapi, sekali lagi aku terima, tidak apa-apa selama kami menjalaninya bersama.
Singkat cerita, di tempat kerja Yanto harus sering melakukan perjalanan dinas karena kafenya sudah membuka beberapa cabang di luar kota.
Simak cerita selengkapnya di halaman berikutnya...
Suatu waktu, Yanto harus melakukan perjalanan dinas untuk memantau kafe baru di daerah Cirebon. Saat itu, Yanto pergi selama kurang lebih satu pekan.
Komunikasi denganku masih lancar, kami masih video call, berkirim pesan, dan melempar kata kangen setiap hari.
Saat pulang pun Yanto bersikap seperti biasa. Kami masih mesra, tanpa aku tahu bahwa hatinya sudah terbagi dua.
Satu-satunya yang terlihat berbeda, Yanto jadi makin sibuk. Dia makin sering pergi keluar kota dengan dalih memantau cabang kafe di daerah, terutama di Cirebon.
Bahkan, dia sering sekali pergi di akhir pekan, waktu yang seharusnya jadi hari-hari kami menghabiskan waktu berdua.
Hingga akhirnya, aku menemukan kenyataan bahwa Yanto, suamiku punya aplikasi Whatsapp lain yang disembunyikan. Aku bingung dan curiga. Aku pun mencoba membuka Whatsapp lain itu yang ternyata menggunakan kata sandi yang aku tidak ketahui.
Berbagai cara aku lakukan agar bisa membuka aplikasi tersebut. Tapi nihil, aku tidak bisa menebak kode sandi apa yang digunakan Yanto untuk aplikasi tersebut.
Karena emosi, penasaran, dan takut aku pun membangunkan Yanto yang saat itu tengah tidur lelap. Aku paksa dia membuka aplikasi tersebut, tangisanku malam itu meluluhkannya. Dia pun bersedia membuka aplikasi dan memberikan padaku untuk dibuka dan dibaca.
Saat ku buka, isinya penuh dengan chat-chat mesra dia dengan perempuan lain, sebut saja namanya Rizka.
Saat itu aku marah. Aku tanya hubungan mereka sudah sejauh apa. Mulanya Yanto membantah, dia bilang Rizka hanya rekan kerja, kasir di kafe cabang yang sering dia datangi.
Tapi karena aku terus mendesak, akhirnya Yanto mengaku punya perasaan khusus terhadap Rizka. Tapi saat itu dia berjanji akan segera menyudahinya dan fokus kembali ke rumah tangga kami.
Sikapnya pun kembali seperti semula. Romantis, baik, dan perhatian. Tapi semuanya hanya berjalan dua pekan sebelum akhirnya ku temukan video dia tengah bercumbu dengan Rizka di sebuah kamar hotel dengan mesra.
Tak tahan, ku adukan semua perilakunya ke orang tuanya. Ku adukan tingkahnya yang telah berzina dengan perempuan lain. Tapi hal yang paling menyakitkan adalah saat dari mulutnya keluar kata-kata...
"Gak apa-apa, gue mau tidur terus sama Rizka, biar dia hamil sekalian. Nuri gak bisa hamil, gue udah gak cinta sama Nuri, gue pilih Rizka,"
Kata-kata itu meruntuhkan pertahananku sebagai wanita. Bukan hanya sakit, tapi rasanya seperti dibunuh berkali-kali oleh orang yang paling ku percaya di dunia.
Semuanya terasa gelap. Tak ada jalan lain, perpisahan jalan satu-satunya untuk terbebas dari rasa sakit dan siksaan ini.
Tepat Juli 2022 aku dan Yanto resmi bercerai. Selama proses perceraian, Yanto tak pernah datang ke pengadilan. Dia juga tak pernah datang ke rumahku untuk sekadar meminta maaf kepada orang tua atau bahkan aku sebagai mantan istri yang pernah dia sakiti.
Yanto sepertinya tak pernah merasa bersalah. Dia menganggap apa yang dilakukannya adalah perjuangan cinta yang harus dielu-elukan. Perjuangan cintanya dengan Rizka, wanita perebut suami orang.