yoldash.net

Karpet Buat Bos Starlink Elon Musk dan Gentar Bisnis Lokal Kalah Saing

Pemerintah dianggap menjadikan Starlink anak emas agar pemiliknya, Elon Musk, mau berinvestasi di Indonesia. Perusahaan lokal was-was kalah saing.
Pemerintah dianggap menjadikan Starlink anak emas agar pemiliknya, Elon Musk, mau berinvestasi di Indonesia. Perusahaan lokal was-was kalah saing. (Foto: Dok. Humas OIKN)

Jakarta, Indonesia --

Starlink milik Elon Musk membuat Indonesia heboh, bahkan tak sedikit pengusaha telekomunikasi lokal yang kebakaran jenggot takut kalah saing.

Agenda Musk ke Indonesia pada Mei 2024 lalu, salah satunya untuk uji coba internet Starlink di Puskesmas Pembantu (Pustu) Sumerta Kelod, Denpasar, Bali. Layanan internet milik Space X itu digembar-gemborkan 'sakti' karena sanggup menjamah wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Starlink pun sempat banting harga di Indonesia untuk sementara, yakni sampai 10 Juni 2024. Musk mendiskon harga perangkat Starlink yang semula Rp7,8 juta menjadi Rp4,6 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tuduhan predatory pricing pun mencuat. Bahkan, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) meminta pemerintah membekukan izin penjualan Starlink dan meninjau pemberian lisensi penyedia layanan internet satelit tersebut.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) sebagai salah satu perusahaan lokal penyedia internet merespons dengan bijak. Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah menegaskan kehadiran Starlink akan saling melengkapi dengan menara Base Transceiver Station (BTS).

"Saya yakin Starlink ini pun akan saling complement. Starlink pasti akan lebih efektif untuk di daerah 3T, karena di daerah 3T itu untuk kita menggelar BTS juga terlalu mahal, sangat costly. Sehingga kita butuh satelit," ucapnya dalam Konferensi Pers Digiland Run 2024 di Jakarta, awal pekan ini.

Ririek mengatakan teknologi fiber optik sangat bermanfaat di wilayah perkotaan yang penduduknya padat. Fiber optik punya kapasitas sangat besar dibandingkan dua teknologi lain, yaitu mobile dan satelit. Tetapi, fiber optik tidak efisien di wilayah dengan kepadatan penduduk rendah.

Menteri BUMN Erick Thohir juga menegaskan bahwa persaingan harus terjadi di antara berbagai penyedia layanan internet. Akan tetapi, Erick mewanti-wanti agar regulasinya bisa tetap menguntungkan Indonesia.

"Persaingan harus terjadi, tapi pajak harus dibayar di sini, pembukaan lapangan pekerjaan harus ada di sini, transfer teknologi harus ada dan perlindungan konsumen," kata Erick di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Jumat (7/6).

Sikap Erick ini berbeda dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Luhut yang memang getol melobi Elon Musk berinvestasi di Tanah Air itu menilai Starlink bisa membantu masyarakat dalam mendapatkan layanan internet, pendidikan, hingga kesehatang lebih baik, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Pasalnya, layanan internet berbasis satelit membuat menara Base Transceiver Station (BTS) tak lagi diperlukan. Biaya telekomunikasi juga bisa lebih murah.

Pemerintah, sambung Luhut, membuka ruang bagi perusahaan telekomunikasi global dan nasional untuk berkompetisi agar masyarakat bisa mendapatkan layanan yang terbaik.

"Kalau kau nggak bisa berkompetisi ya salahmu. Tugas pemerintah memberikan services yang sebaik-baiknya kepada masyarakat," kata Luhut dalam talkshow di Menara Global, Jakarta Pusat, Selasa (4/6) lalu, seperti dikutip Detik Finance.

Ahli sekaligus Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) Agung Harsoyo juga meluruskan salah kaprah Starlink yang beredar. Meski, ia enggan ikut campur dengan manuver Indonesia mengundang Elon Musk.

Agung hanya menjelaskan kehadiran Starlink bersifat koeksisten dengan penyelenggara internet nasional. Ia menekankan tidak tepat memversuskan layanan Internet berbasis seluler, fiber to the home (FTTH), dan Starlink.

"Sebagian besar pelanggan internet seluler maupun FTTH (fixed broadband) akan tetap berlangganan seluler maupun FTTH, minimal sampai lima tahun ke depan," prediksi Agung.

Menurutnya, penyedia layanan internet lokal bakal tetap eksis, meski ada Starlink. Pasalnya, Agung menilai layanan internet milik Musk hanya akan mendapatkan pelanggan yang selama ini sulit terlayani oleh operator seluler atau layanan FTTH.

Agung melihat layanan Starlink bakal lebih unggul untuk daerah 3T. Meski, daya beli daerah 3T tidak sebaik di perkotaan.

"Jadi, idealnya tetap ada kerja sama dengan ISP lokal. Mungkin, Starlink untuk komunikasi kapal laut bisa jadi pemain dominan," tandasnya.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Jurus Rayu Elon Musk Agar Tesla Investasi di RI

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat