yoldash.net

BPK Khawatir RI 'Gak Kuat' Bayar Utang Rp6.000 T

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI khawatir pemerintah RI tidak bisa membayar utang karena rasio utang terhadap penerimaan sudah tembus 369 persen.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI khawatir pemerintah RI tidak bisa membayar utang karena rasio utang terhadap penerimaan sudah tembus 369 persen.(CNN Indonesia/Safir Makki).

Jakarta, Indonesia --

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI khawatir pemerintah Indonesia tidak bisa membayar utang. Pasalnya, rasio utang Indonesia terhadap penerimaan sudah tembus 369 persen atau jauh di atas rekomendasi International Debt Relief (IDR) sebesar 92-176 persen dan rekomendasi Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 90-150 persen. 

"Tren penambahan utang pemerintah dan biaya bunga melampaui pertumbuhan PDB dan penerimaan negara yang memunculkan kekhawatiran terhadap penurunan kemampuan pemerintah untuk membayar," tulis BPK dalam ringkasan eksekutif LHP LKPP 2020 dikutip Indonesia.com, Rabu (23/6).

Sebagai catatan, per April 2021, Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah mencapai Rp6.527,29 triliun atau 41,18 persen terhadap PDB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BPK juga memberikan catatan terhadap indikator kesinambungan fiskal 2020 sebesar 4,27 persen yang telah melampaui batas yang direkomendasikan The International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 5441- debt indicator yakni di bawah 0 persen.

"Pandemi Covid-19 meningkatkan defisit, utang dan SILPA yang berdampak pada peningkatan risiko pengelolaan fiskal," jelas BPK.

ADVERTISEMENT

Selain itu, hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) 2020 menunjukkan rasio debt service terhadap penerimaan telah mencapai 46,77 persen.

"Melampaui rekomendasi IMF sebesar 25-35 persen," papar BPK. Selain itu, rasio pembayaran bunga terhadap penerimaan telah mencapai 19,06 persen, melampaui rekomendasi IDR sebesar 7-10 persen.

[Gambas:Video CNN]



(hrf/age)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat