yoldash.net

William Sunito, CEO Toko Bahan Kue Online Penyasar UMKM - Halaman 2

william sunito CEO tokowahab.com
William Sunito masuk ke deretan pengusaha muda Forbes 30 under 30 2020. (Screenshot via instagram @Williamsunito).

Bagaimana perasaan Anda saat mengetahui masuk ke daftar Forbes 30 under 30?

Masuk ke Forbes 30 under 30 pasti merasa senang pastinya ya. Saya sendiri melihatnya ini jadi satu langkah saya untuk bisa suatu saat menginspirasi anak-anak muda dan juga UMKM.

Mudah-mudahan bisa menjadi contoh. Bisnis apapun, dibuat oleh siapa, dengan latar belakang apapun sebenarnya bisa berkembang dan menghasilkan prestasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Anda, apa kriteria yang harus dimiliki pengusaha untuk bisa sukses?

Saya melihat ada tiga hal penting untuk bisa memulai usaha. Pertama, perlu model bisnis yang tepat. Kalau kita mau menjalani suatu bisnis, business model-nya harus dilihat dulu, bukan kita mikirin teknisnya apa dulu, tapi kita harus lihat business model-nya.

Dilihat tepat atau tidak, itu dari skemanya, pastikan berapa, dan seberapa besar proyeksi keuntungannya customer yang mau bayar atau tidak.

Kedua, pasti tim. Tokowahab.com bisa jadi seperti sekarang bukan karena saya sendiri, tapi karena tim saya. Dari digital marketing, sales, administrative, semuanya. Karena mereka bisa bekerja sama dan melakukan pekerjaannya dengan baik, jadi bisa berhasil. Bisnis tidak mungkin one man show.

Ketiga, proses distribusi. Bagaimana bisa memastikan distribusi bisnis atau alur dari penyimpanan sampai produknya ke konsumen itu menggunakan metode yang tepat, efektif dan efisien. Jangan banyak habis-habiskan uang untuk penjualan dengan cara yang tidak efisien dan efektif.

Untuk menjalankan bisnis sendiri, menurut saya, siapa saja bisa karena informasi ada di mana saja. Selain itu, saat ini tidak perlu lihat apakah lulusan S1, S2, master atau apa. Menurut saya semuanya bisa membuat bisnis asal belajar dan beradaptasi.

Saya pun sampai sekarang masih belajar terus, karena kondisi dan situasi itu selalu berubah. Yang saya pelajari dari 3 tahun kuliah dan belajar, belum tentu relevan di masa sekarang. Mungkin beberapa relevan, tetapi sekarang banyak muncul metode baru.

Sangat membantu apabila punya mentor, contohnya punya patokan bisnis yang sudah sukses. Misalnya dia mau membuat perusahaan ojek online, maka pelajari strateginya, masalahnya juga kalau ada di mana, dari sana coba dikembangkan.

Apa strategi Anda dalam menyiasati persaingan bisnis yang ketat saat ini?

Terus lakukan riset bisnis. Pada 2015 akhir, saya ke Indonesia, saya hanya menganalisa. Saya melakukan analisa manajemen yang berjalan sekarang ini bagaimana, core competency business-nya apa.

Dari sana bisa dicari value bisnis yang tidak bisa ditiru sama orang, ini yang penting. Misalnya, saya sudah melihat manajemennya ada masalah di sini. Yang perlu diperbaiki itu apa juga sudah terlihat, baru cari solusi yang efisien pelan-pelan.

Contohnya, kami punya kebijakan tidak mengeluarkan karyawan-karyawan lama. Nah, mereka agak sulit untuk bisa terima cara baru, inovasi baru karena sudah lama kan.

Untuk menambah inovasi dan menyeimbangkan, mulailah kami mendatangkan anak-anak muda. Kami hire team baru bentuk sistem paralel. Jadi, menjalankan sistem bagaimana karyawan lama tetap jalan tapi yang baru juga bisa jalan menggunakan sistem baru.

Dengan kesinambungan, dari sistem paralel tersebut bisnis-nya pun dirasa mulai berkembang, lama kelamaan orang-orang yang yakin dengan sistem yang lama merasa ternyata lebih efisien juga dengan pola pikir baru. Jadi dengan sendirinya mengikuti saling menyeimbangkan.

Apa yang Anda waspadai selama menjalankan bisnis?

Yang perlu diperhatikan itu zona nyaman. Saya dulu kesehariannya pagi olahraga, selesai olahraga ke kantor, seusai dari kantor pulang malam ketemu keluarga. Lalu, sebelum tidur baca dulu apa yang perlu dibaca, kadang news, atau buku tentang perusahaan yang sama. Saya begitu saja terus.

Lama-lama sudah terlalu nyaman di siklus itu saja, jadi malas ketemu orang. Nah, harus ada balance di sana juga. Terlalu sibuk juga tidak bagus, tapi di lain sisi kalau terlalu nyaman susah untuk membangun jaringan dan berkembang.

Mencari keseimbangan-nya itu yang susah sih. Makanya saya tidak percaya kalau orang bilang orang yang sukses ditandai tiap hari sibuk. Semua tergantung waktu yang dipakai itu sudah optimal atau belum. Makanya, saya selalu takut kalau saya ada di zona nyaman.

Setelah sampai di titik ini, apa target Anda selanjutnya?

Saya ingin terus menginspirasi anak-anak muda di Indonesia untuk lebih inovatif dengan menciptakan ide bisnis-bisnis baru. Keinginan saya, dibanding mereka berpikir cari kerja, lebih baik mereka berpikir bagaimana start new business dan bagaimana membuat lapangan kerja, bagaimana mengembangkan ekonomi.

Social impact, itu goal utama pribadi saya. Karena itu, kenapa saya senang sekali kalau bisa sharing ilmu, Contohnya, saat kami buat demo masak UMKM di tokowahab.com. Berbagi kiat-kiat suksesnya berbisnis, bagaimana cara menjalankannya, saya selalu sharing.

Saya berpikir menjalani bisnis itu pasti harus, satu, fun. Dua, pastinya semua orang tidak mau menjalani bisnis untung besar tapi dibenci banyak orang atau tidak bisa ikut menyenangkan masyarakat.

Makanya, harus fokus ke social impact. After that, money will follow. Itu prinsip saya, tapi mungkin banyak yang punya cara berbeda. Menurut saya, kalau suatu bisnis ada aspek social value-nya, dari segi bisnis sendiri juga bisa saja memunculkan support untuk bisa terus tumbuh.

(ara/sfr)

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat