Andalkan MPV, Gaikindo Sebut Otomotif Indonesia Jago Kandang
![Andalkan MPV, Gaikindo Sebut Otomotif Indonesia Jago Kandang Gaikindo meminta tarif PPnBM atas sedan dan SUV diturunkan dari 30 persen jadi 10 persen seperti MPV guna meningkatkan volume produksi mobil.](https://akcdn.detik.net.id/visual/2016/01/22/258c1cec-dd0c-468b-84a3-07c1096e1eec_169.jpg?w=650&q=90)
Jakarta, Indonesia -- Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut industri otomotif nasional hanya "jago kandang" dengan hanya mengandalkan produksi kendaraan keluarga atau Multi Purpose Vehicle (MPV). Berbeda halnya dengan Thailand, meski pasar otomotifnya lebih kecil tetapi mampu memproduksi dan mengekspor mobil lebih banyak dan beragam.
Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto menuturkan pesatnya pertumbuhan produksi mobil di Negeri Gajah Putih karena disokong oleh industri komponen yang memadai serta varian kendaraan yang diproduksi cukup beragam. Sebaliknya, Indonesia dengan tingkat permintaan kendaraan yang cukup tinggi hanya menjadi basis produksi MPV tanpa didukung oleh pabrik komponen yang mencukupi.
"Indonesia itu hanya punya pabrik komponen ratusan, sedangkan di Thailand itu ada sekitar 2500 pabrik. Di Thailand jenis kendaraannya lebih lengkap karena bermacam-macam. Kalau kita cuma jago kandang dengan MPV," tuturnya ketika menjadi pembicara dalam dalam program Lunch at Newsroom Indonesia, Selasa (9/2).
Dengan model kendaraan yang lebih banyak, lanjut Jongkie, Thailand mampu memenuhi selera konsumen otomotif global. Menurutnya, tren permintaan mobil di dunia saat ini lebih banyak menyasar kendaraan sedan, Sport Utility Vehicle (SUV), atau crossover.
"Barang-barang itulah yang diekspor Thailand ke Indonesia. Inilah yang membuat Thailand lebih menarik bagi investor otomotif," katanya.
I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian menilai untuk menggairahkan kembali industri otomotif nasional maka volume produksi kendaraan di dalam negeri harus ditingkatkan. Hal ini penting untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat seiring dengan tingkat pendapatan masyarakat yang naik.
"Untuk itu kita harus punya kemampuan produksi mobil yang efisein dan berdaya saing. Salah satunya dengan volume produksi yang tinggi, dan industri komponen yang menunjang," tuturnya.
Pemerintah, lanjut Putu, telah menyediakan beragam insentif fiskal dan non fiskal bagi pelaku industri, tak terkecuali di sektor otomotif. Dukungan tersebut diberikan dalam rangka menarik investasi dan menciptakan banyak lapangan kerja.
"Kalau sekarang tren di dalam negeri MPV, mungkin karena permintaan market-nya seperti itu," tuturnya.
Diversifikasi Produk Otomotif
Jongkie menambahkan, Indonesia harus meningkatkan statusnya dari yang selama ini dikenal sebagai basis produksi MPV menjadi basis produksi sedan atau SUV.
Untuk itu, lanjut Jongkie, perlakuan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang melekat pada penjualan sedan atau SUV perlu disamakan dengan MPV.
"PPnBM untuk sedan itu 30 persen dari harga jual, sedangkan MPV hanya 10 persen. Dari situ saja harga sedan pasti mahal. dengan disamakan jadi 10 persen, sudah terbukti MPV laris manis sehingga produksinya luar biasa," katanya. (ags/gen)
Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto menuturkan pesatnya pertumbuhan produksi mobil di Negeri Gajah Putih karena disokong oleh industri komponen yang memadai serta varian kendaraan yang diproduksi cukup beragam. Sebaliknya, Indonesia dengan tingkat permintaan kendaraan yang cukup tinggi hanya menjadi basis produksi MPV tanpa didukung oleh pabrik komponen yang mencukupi.
"Indonesia itu hanya punya pabrik komponen ratusan, sedangkan di Thailand itu ada sekitar 2500 pabrik. Di Thailand jenis kendaraannya lebih lengkap karena bermacam-macam. Kalau kita cuma jago kandang dengan MPV," tuturnya ketika menjadi pembicara dalam dalam program Lunch at Newsroom Indonesia, Selasa (9/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan model kendaraan yang lebih banyak, lanjut Jongkie, Thailand mampu memenuhi selera konsumen otomotif global. Menurutnya, tren permintaan mobil di dunia saat ini lebih banyak menyasar kendaraan sedan, Sport Utility Vehicle (SUV), atau crossover.
"Barang-barang itulah yang diekspor Thailand ke Indonesia. Inilah yang membuat Thailand lebih menarik bagi investor otomotif," katanya.
ADVERTISEMENT
"Untuk itu kita harus punya kemampuan produksi mobil yang efisein dan berdaya saing. Salah satunya dengan volume produksi yang tinggi, dan industri komponen yang menunjang," tuturnya.
Pemerintah, lanjut Putu, telah menyediakan beragam insentif fiskal dan non fiskal bagi pelaku industri, tak terkecuali di sektor otomotif. Dukungan tersebut diberikan dalam rangka menarik investasi dan menciptakan banyak lapangan kerja.
"Kalau sekarang tren di dalam negeri MPV, mungkin karena permintaan market-nya seperti itu," tuturnya.
Diversifikasi Produk Otomotif
Jongkie menambahkan, Indonesia harus meningkatkan statusnya dari yang selama ini dikenal sebagai basis produksi MPV menjadi basis produksi sedan atau SUV.
Untuk itu, lanjut Jongkie, perlakuan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang melekat pada penjualan sedan atau SUV perlu disamakan dengan MPV.
"PPnBM untuk sedan itu 30 persen dari harga jual, sedangkan MPV hanya 10 persen. Dari situ saja harga sedan pasti mahal. dengan disamakan jadi 10 persen, sudah terbukti MPV laris manis sehingga produksinya luar biasa," katanya. (ags/gen)
Terkini Lainnya
Gaikindo: Kapasitas Produksi Mobil Indonesia Tembus 1,9 Juta
GIIAS 2016 Tambah Luas Pameran Separuh Hektar
Gaikindo Berang dengan Kebijakan Impor Truk Bekas Mendag
Depresiasi Rupiah Berpotensi Gerus 4% Penjualan Mobil 2016
Penting Matikan Mesin Kendaraan Saat Isi BBM di SPBU
Gaikindo: Insentif Mobil Hybrid Bisa Setengah Mobil Listrik
Penjualan Mobil Melorot, Gaikindo Minta Pemerintah Beri Insentif PPnBM
Gaikindo Soal Tren Negatif Pasar Otomotif: Butuh Insentif Hindari PHK