yoldash.net

Benarkah Kesurupan Akibat Kemasukan Roh Jahat? Ini Penjelasan Sains

Benarkah fenomena kesurupan karena aktivitas roh jahat, hantu, jin, atau makhluk halus yang memasuki tubuh seseorang? Simak jawabannya dari kacamata sains.
Ilustrasi. Fenomena kesurupan kerap dikaitkan aktivitas roh jahat, hantu, jin, atau makhluk halus yang memasuki tubuh seseorang. (Foto: iStockphoto/FOTOKITA)

Daftar Isi
  • Simpul jaringan saraf 
  • Gangguan mental
  • Cara mengatasi
Jakarta, Indonesia --

Fenomena kesurupan kerap dikaitkan aktivitas roh jahat, hantu, jin, atau makhluk halus yang memasuki tubuh seseorang. Namun, benarkah demikian?

Mengutip Academic Oup, kesurupan adalah kondisi yang ditandai dengan perubahan perilaku manusia yang seolah dimasuki makhluk halus. Dahulu kala, praktik semacam ini banyak dilakukan oleh dukung untuk mendapatkan pengetahuan soal hal spesifik.

Kesurupan biasanya muncul dengan ciri-ciri mata melotot, tertunduk diam tatapan kosong, meraung menggeram, hingga berteriak "aing maung", atau pun berbicara bahasa asng.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun kenyataannya, berbagai studi mengungkap efek seperti kesurupan dapat diciptakan atau dimanipulasi dengan menggunakan berbagai media.

Salah satu studi tersebut dilakukan ilmuwan dari Max Planck Institute (MPI), Jerman, dan lembaga ilmiah lainnya di Leipzig.

Dalam studinya, mereka mengambil responden 15 praktisi perdukunan berpengalaman dari Jerman dan Austria untuk berpartisipasi dalam eksperimen menggunakan Pencitraan Resonansi Magnetif fungsional (fMRI).

Para dukun itu diminta masuk atau keluar dari kondisi seperti kesurupan atau trance sambil mendengarkan irama tabuhan drum.

Trance merupakan kondisi alamiah dalam kehidupan manusia. Dalam dunia hipnosis, kosakata trance merupakan istilah terjadinya kondisi hypnosis pada seseorang. Sebuah kondisi yang berbeda dengan kondisi kesadaran biasa.

Simpul jaringan saraf 

Mengutip Max Planck Institute, para ilmuwan dapat menentukan area otak mana yang kurang lebih terhubung selama perubahan kondisi kesadaran.

Hasilnya menunjukkan semua peserta berhasil mencapai keadaan trance. Keadaan ini dikaitkan dengan simpul jaringan saraf penting, yang diperkuat di tiga area: posterior cingulate cortex (PCC), dorsal anterior cingulate cortex (dACC), dan insula.

Para peneliti mendemonstrasikan peningkatan aktivasi bersama di PCC, sebuah simpul jaringan yang terlibat dalam kondisi kognitif berorientasi internal, dengan dACC dan insula.

Keduanya mempunyai jaringan kontrol dan membantu mempertahankan aliran saraf yang penting. Aktivasi bersama ini menunjukkan aliran saraf berorientasi ke dalam ditingkatkan oleh modulasi jaringan kontrol.

Selain itu, dengan menggunakan pendekatan konektivitas berbasis benih, para peneliti menemukan bahwa simpul-simpul dalam jalur pendengaran kurang terhubung selama trance, kemungkinan besar menunjukkan pemisahan persepsi dan penekanan rangsangan pendengaran berulang (drum berirama).

Stimulus ini dapat meredam pemrosesan di jalur pendengaran, diduga karena sangat dapat diprediksi dan berulang. Singkatnya, trance melibatkan default koaktif dan jaringan kontrol, dan memisahkan pemrosesan sensorik.

Konfigurasi ulang jaringan ini dapat mempromosikan pemikiran internal yang diperluas ketika integrasi dan wawasan dapat terjadi.

Mengutip The Conversation, teknik pengubahan pemikiran manusia kerap dilakukan untuk mencapai kondisi kesadaran yang berbeda, membayangkan sosok spiritual, terhubung dengan alam, atau sekadar untuk bersenang-senang.

Salah satu upaya itu dilakukan dengan memanfaatkan zat psikedelik. Namun, pengubahan pemikiran ini dilakukan tanpa obat-obatan, yaitu dengan menggunakan teknik ritmis seperti goyang nyanyian, atau permainan drum.

Atau, ada pula teknik paling ampuh dari jenis ini dengan memanfaatkan cahaya berkedip-kedip yang disebut "ganzflicker" Efek ganzflicker dapat dicapai dengan menyalakan dan mematikan lampu, atau dengan mengganti warna dalam pola ritmis yang cepat, seperti strobo.

Gangguan mental

Dalam istilah kedokteran, kesurupan dikenal sebagai dissociative trance disorder (DTD). Istilah ini mengacu pada kondisi ketika seseorang merasa bukan dirinya karena dipengaruhi oleh makhluk tak kasat mata yang berusaha masuk ke tubuh.

Secara sederhana, kesurupan hanya salah satu gangguan kesehatan mental.

Selain itu, kesurupan juga bisa dipahami melalui sudut pandang neurosains. Melalui kacamata ilmu ini, kesurupan terjadi karena aktivitas otak yang menyangkut sirkuit emosi, memori, dan motorik.

Cara mengatasi

Dokter Spesialis Bedah Saraf Ryu Hasan mengatakan, cara manjur sekaligus obat paling 'mujarab' buat orang kesurupan adalah mengabaikannya.

Ryu mengungkap orang kesurupan sebenarnya hanya mencari perhatian dari orang-orang sekitarnya. Dan menurutnya, cara paling mudah untuk menarik perhatian adalah dengan kesurupan.

Sehingga orang kesurupan yang diberi perhatian dari kelompok di sekitarnya akan lebih menjadi-jadi, 'kesurupannya' pun tak akan hilang hingga ia merasa letih.

"Sebenarnya cara mengobati orang kesurupan itu gampang, ditinggal aja, biarin sendirian, nanti juga hilang kesurupannya," kata Ryu dalam diskusi bersama Ask The Experts Edisi 226, beberapa waktu lalu.

Menurut Ryu, ketika tak mendapat perhatian, orang yang kesurupan akan sadar dengan sendirinya. Ia juga akan merasa malu karena sudah berusaha mencari perhatian dengan cara kesurupan. Orang kesurupan juga tak akan menyakiti dirinya sendiri karena sebenarnya dia dalam kondisi sadar.

Namun Ryu menegaskan, orang yang mengalami kesurupan sebaiknya mendapat penanganan medis dari profesional seperti psikiatri atau psikolog. Orang yang kesurupan mungkin saja sedang mengalami masalah yang jauh lebih besar dari sekedar mencari perhatian.

"Hanya saja kalau ada orang mengalami DTD itu sebaiknya konsultasikan ke psikolog atau psikiater, mungkin saja dia memang punya masalah yang lebih besar dari sekedar mencari perhatian," ucapnya.

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat