Penemuan Hutan Purba di Pulau Tak Berpohon, Simak Kata Pakar
Pakar menemukan fosil batang pohon purba yang tertanam 6 meter di bawah tanah di Pulau Falkland, sebuah pulau yang selama ini tak pernah memiliki pohon. Batang pohon tersebut mengindikasikan hutan purba di pulau tersebut.
Pulau Falkland merupakan dataran rumput tanpa pohon yang dapat tumbuh di pulau ini. Namun, penemuan fosil batang pohon di kedalaman 6 meter menandakan pernah ada hutan di Falkland.
Penemuan ini bermula ketika Zoe Thomas, dosen geografi fisik di University of Southampton, melakukan kerja lapangan di pulau Falkland pada tahun 2020. Kemudian, temannya memberi kabar bahwa ia menemukan batang pohon dalam lapisan tanah gambut yang berada di dekat bangunan sebelah kota Stanley.
Menurut Thomas, penemuan tersebut sangat aneh karena tidak ada pohon yang tumbuh di pulau ini.
"Kami pikir itu [fosil pohon] sangatlah aneh, karena semua orang tahu kalau Falkland tidak ada pohon yang tumbuh," ucap Thomas, mengutip CNN, Senin (30/9).
"Daerahnya berangin kencang dan sangat tandus," lanjut dia.
Thomas dan rekannya kemudian pergi ke lokasi penemuan dan langsung mengambil fosil batang pohon tersebut. Kondisi fosil itu sangat terjaga bahkan mirip seperti kayu apung, tapi melihat dari sejarah pulau Falkland, batang pohon tersebut tidak mungkin dari zaman modern.
"Gagasan bahwa mereka menemukan batang dan cabang pohon membuat kami berpikir berapa umur benda-benda ini? Kami cukup yakin bahwa tidak ada pohon yang tumbuh di sana dalam waktu yang lama," ucap Thomas.
Penampakan batang pohon purba yang ditemukan di Pulau Falkland. (Foto: Dr. Zoe Thomas/University of Southampton) |
Penemuan batang pohon ini menandakan pernah ada hutan hujan beriklim sedang. Penemuan ini ditulis oleh Thomas dan para koleganya dalam Journal Antartic Science pada awal bulan ini.
Beberapa pengujian menunjukkan bahwa fosil pohon ini berusia sangat tua. Pengujian radiokarbon menunjukkan pohon ini berusia lebih dari 50,000 tahun.
Namun saat para ilmuwan meneliti tanah gambut, tempat ditemukannya pohon ini, mereka menyimpulkan bahwa batang dan cabang pohon ini berusia antara 15 juta hingga 30 juta tahun.
"Batas usia untuk lokasi penelitian diperkirakan berdasarkan rentang usia spesies serbuk sari dari bebatuan Patagonia dan perbandingan dengan flora berusia serupa dari Patagonia selatan dan Antartika" jelas Michael Donovan, manajer koleksi paleobotani di Field Museum Chicago, yang tidak terlibat dalam penelitian.
Para peneliti juga mengidentifikasi spesies pohon yang ditemukan. Rupanya pohon ini merupakan pohon yang sering ditemukan di hutan hujan Patagonia modern. Hal ini menunjukkan iklim di Pulau Falkland dulunya lebih basah dan lebih hangat daripada sekarang.
Menurut Thomas iklim Pulau Falkland dulunya lebih dingin daripada hutan hujan tropis seperti Amazon, namun masih mampu menjadi rumah untuk ekosistem tumbuhan dan hewan yang kaya dan beragam.
Namun kenapa sekarang pohon tidak dapat tumbuh di Pulau Falkland? Jawaban dari pertanyaan tersebut masih tidak jelas. Menurut Thomas dan Donovan, hal itu dipengaruhi oleh angin yang kencang dan tanah gambut yang asam.
Menurut Thomas, Pulau Falkland tidak akan kembali seperti dahulu, yaitu menjadi hutan hujan, dalam waktu yang dekat.
(wnu/dmi)[Gambas:Video CNN]