yoldash.net

Alasan Hujan Rajin Turun di IKN, 'Kambing Hitam' Mundurnya Pembangunan

Presiden Jokowi menjadikan hujan jadi alasan terhambatnya pembangunan di IKN. Simak deret penyebab hujan rajin di IKN.
Perkembangan terkini pembangunan di IKN Nusantara, Kaltim, 11 Juli. (AFP/YASUYOSHI CHIBA)

Jakarta, Indonesia --

Hujan dalam beberapa pekan terakhir rajin turun di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur, imbas aktifnya sejumlah fenomena atmosfer. Kondisi cuaca ini jadi dalih Pemerintah terkait hambatan pembangunan.

"Paling nanti di 17 Agustus itu kalau dihitung semuanya secara keseluruhan itu ya 15 persen," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi), soal perkembangan pembangunan IKN, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (16/7).

Ia meminta masyarakat tidak menganggap IKN tuntas pada 17 Agustus karena megaproyek itu merupakan pembangunan jangka panjang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemarin memang targetnya kan Juli, tetapi coba lihat ke IKN, seminggu di sana, tiap hari hujan terus, hujan deras banget," kata Jokowi.

"Jadi memang pekerjaan banyak yang mundur, dan itu biasa dalam proyek besar," imbuh dia.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkap hambatan pembangunan IKN itu adalah faktor cuaca.

"Masalahnya di sana hanya satu yaitu hujan. Dengan kemarin dari 30 hari hanya 8 hari yang terang, selebihnya hujan, sekarang mengaspal pun pakai tenda, supaya enggak kena hujan," kata dia, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (10/7).

Basuki, yang juga menjabat Plt Kepala Otorita IKN, mengatakan hujan membuat jalanan di IKN macet total.

Padahal, batching plant (produksi beton) sengaja beroperasi malam.

"Untuk indoor itu interiornya nanti mesti jalan terus, yang kita setop yang lalu di jalan. Nanti kita lanjutkan setelah 17 Agustus," kata Basuki.

Sejak beberapa bulan sebelumnya, pakar sudah mewanti-wanti potensi hujan di IKN di tengah musim kemarau. Antisipasi banjir pun didorong.

"Selain Kalsel dan Kalteng, Kaltim termasuk IKN juga mengalami curah hujan tinggi selama musim kemarau. Bahkan, musim kemarau menghilang di Penajam Paser Utara di mana IKN berada," kicau profesor bidang klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin di X, Sabtu (8/6).

"Semoga sudah ada mitigasi banjir, karena Agustus tinggal dua bulan lagi, ya," lanjutnya.

Pada Juni, curah hujan bulanan di wilayah tersebut berkisar antara 200 mm sampai 300 mm. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun menggelar modifikasi cuaca di IKN, 13 hingga 23 Juni, agar meminimalisasi hujan.

"Modifikasi cuaca untuk menunjang percepatan pembangunan infrastruktur seperti pembangunan Bandar Udara VVIP IKN dan jalan tol," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengutip laman resmi BMKG, Kamis (20/6).

Dengan curah hujan yang cukup tinggi itu, wilayah IKN yang berada di Penajam Paser Utara memang masuk daerah berpotensi banjir periode Juli hingga September 2024.

Dalam Prakiraan Daerah Potensi Banjir Bulan Juli-September 2024, wilayah Penajam Paser Utara, seperti Kecamatan Babulu, Penajam, Sepaku, dan Waru berpotensi banjir meski potensinya terbilang rendah.

Pada Peta Prediksi Musim Kemarau 2024, IKN dan sekitarnya ditampilkan dengan warna kuning alias Sifat Hujan Normal. Normal (N) berarti jika nilai curah hujan antara 85 persen-115 persen terhadap normal.

Fenomena atmosfer

Kalimantan Timur, setidaknya sejak awal Juli, rajin masuk dalam wilayah potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang alias cuaca ekstrem.

Pertama, Madden Julian Oscillation (MJO). Gelombang atmosfer ini sempat aktif dan ada di fase 3 (Samudra Hindia) dan berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia, termasuk Kaltim dan Jawa.

Dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan Periode 16 hingga 22 Juli dari BMKG, MJO ada di fase 5 (Benua Maritim). Efeknya terutama terjadi di wilayah Indonesia bagian timur.

Kedua, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial.

Ketiga, sirkulasi siklonik, yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan daerah pertemuan angin (konfluensi), yang memicu pembentukan awan hujan.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat