yoldash.net

AR-15 Kaliber 5.56, Senapan Penembak Trump yang Akurat buat Jarak Jauh

Senapan tipe AR kaliber 5.56 mm disebut digunakan pelaku penembakan eks Presiden AS Donald Trump. Simak kedahsyatan senjata ini.
Salah satu senapan tipe AR-15. Jenis senjata ini digunakan dalam penembakan eks Presiden AS Donald Trump. (Getty Images via AFP/BRANDON BELL)

Daftar Isi
  • Mematikan
  • Standar NATO
  • Terjangkau
  • Dilarang di beberapa negara bagian
Jakarta, Indonesia --

Senjata AR kaliber 5.56 mm yang dipakai dalam percobaan pembunuhan terhadap eks presiden AS Donald Trump punya cerita 'berdarah' lantaran daya rusaknya sekaligus harganya terjangkau.

Pada Sabtu (13/7), Trump ditembak dari jarak kurang dari 150 meter oleh Thomas Matthew Crooks (20) dalam sebuah kampanye terbuka.

Agen Khusus FBI Kevin Rojek, melansir AFP, mengatakan senjata yang digunakan Crooks adalah "AR-style 556 rifle" yang dibeli secara legal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

FBI yakin senjata semi-otomatis itu dibeli oleh ayah si penembak, meski mereka belum mengetahui bagaimana pelaku mengakses senjata tersebut atau apakah dia mengambilnya tanpa sepengetahuan ayahnya.

Sejauh ini, belum ada rincian lebih detil soal tipe senjata AR yang dipakai Crooks.

Meski begitu, The New York Times melaporkan senapan semi-otomatis model AR-15 ditemukan oleh penegak hukum di lokasi percobaan pembunuhan Trump di Butler, Pennsylvania.

Senapan AR sendiri merupakan produksi ArmaLite, pabrikan senjata api yang didirikan pada 1954 di Hollywood, California, AS.

"ArmaLite terkenal karena pengembangan platform 'AR' atau 'ArmaLite Rifle', dan model AR-10® dan AR-15 asli yang tidak hanya mendefinisikan ulang senjata api modern," menurut keterangan perusahaan di situsnya.

"Namun juga menetapkan standar komitmen ArmaLite dalam memproduksi senjata api yang inovatif, andal, dan serba guna untuk pertahanan dalam negeri, militer, pasukan khusus, penegak hukum, dan peminatnya," sambung keterangan itu.

Salah satu model yang paling laku di AS dari ArmaLite adalah AR-15. Hal ini juga menjadi penyebab umum terjadinya beberapa penembakan massal terburuk di negara tersebut.

Saking lakunya, National Rifle Association (NRA) memplesetkan AR sebagai kependekan dari "senapan Amerika" (America's rifle).

Berikut beberapa fakta penting tentang salah satu senjata terpopuler di AS tersebut:

Mematikan

AR-15 adalah senjata semi-otomatis, artinya pengguna dapat menembakkan beberapa tembakan secara berurutan. 'Sepupunya', M-16, digunakan oleh militer AS sejak Perang Vietnam.

Walau beberapa senapan serbu militer sepenuhnya otomatis, warga sipil dilarang memiliki senjata tersebut dalam banyak situasi.

AR-15, melansir AFP, bisa menembakkan peluru berkecepatan tinggi hingga tiga kali lipat kecepatan peluru pistol, akurat dalam jarak jauh, dan menyebabkan luka lebar dan bisa menghancurkan jaringan lunak dan organ dalam.

Meski senapan genggam menyebabkan lebih banyak memicu kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat, AR-15 sering digunakan dalam penembakan massal tingkat tinggi.

Pada Mei 2022, seorang mantan siswa menggunakan AR-15 untuk menembak mati 19 anak dan dua guru di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas.

Senjata itu juga digunakan pada insiden Oktober 2017 di Las Vegas. Saat itu, pria bersenjata membantai 60 orang di sebuah festival musik.

Standar NATO

AR-style 556 yang dikatakan FBI merujuk pada kaliber (diameter) peluru 5.56 yang dipakai pada senapan AR, yakni 5,56 mm.

Mengutip tulisan David (Yi Le) Zhou, Master of Strategic Studies di University of Calgary, peluru kaliber 5.56 sudah menjadi standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) selama lebih dari 60 tahun.

Ketika itu, NATO sedang mencari selongsong peluru yang dapat digunakan oleh semua negara sekutu. Jika perang terjadi, peluru ini akan mudah didistribusikan dan diproduksi oleh semua pihak.

Kaliber 5.56 mm mulanya digunakan dengan amunisi SS109, dan dianggap paling memenuhi kriteria evaluasi NATO. Hal ini kemudian ditetapkan dalam Perjanjian Standardisasi (STANAG) 4172 yang diratifikasi pada 1981.

Amunisi 5.56 mm pun resmi menjadi standar buat senapan serbu (rifle) dan senjata pendukung ringan (light support weapons) NATO.

Amerika kemudian mengadopsinya di senapan mereka meski tak selalu berjalan lancar. Pada awal prosesnya, AS sempat terkendala dalam penggunaan peluru kaliber 5.56 mm yang diimpor dari Inggris, L2A2, di senapan serbu M4.

Kini, kaliber peluru tersebut sudah dipakai di berbagai jenis senpi 'rumahan' di AS.

Terjangkau

AR-15 terjangkau, tergantung pada negara bagian tempat tinggalnya. Calon pemilik dapat masuk ke toko senjata, dan, setelah menunjukkan kartu identitas yang valid, bisa membeli senapan atau shotgun asal lulus pemeriksaan latar belakang federal.

Proses ini melibatkan pemeriksaan riwayat kriminalitas pembeli atau apakah mereka pernah masuk rumah sakit jiwa atau tidak. Namun, pemeriksaan sepintas ini pun dapat diabaikan dalam kasus penjualan pribadi.

NRA memuji senapan ini untuk latihan sasaran rekreasional dan pertahanan di rumah. Namun, para kritikus mengatakan senjata ini mematikan, yang berarti tidak boleh digunakan oleh warga sipil.

Salah satu alasan popularitas AR-15 di Amerika adalah karena dia dapat disesuaikan dalam banyak fiturnya. Contoh, pemilik dapat menambah daya jangkau, magasin berkapasitas besar, dan sejumlah aksesori lainnya.

Otoritas senjata api, peledak (Bureau of Alcohol, Tobacco, Firearms and Explosives) tidak mengetahui berapa banyak senjata serbu yang ada di Amerika saat ini. Dalihnya, mereka dilarang oleh undang-undang federal untuk menyimpan database pendaftaran senjata.

Jajak pendapat The Washington Post pada 2023 memperkirakan satu dari 20 orang dewasa Amerika memiliki setidaknya satu AR-15.

Dilarang di beberapa negara bagian

Senjata serbu pernah dilarang pada 1994 di bawah pemerintahan Presiden AS Bill Clinton. Namun, pembatasan tersebut berakhir pada 2004 di tengah tekanan dari lobi NRA.

Upaya federal dalam mereformasi undang-undang senjata telah terhambat sejak saat itu. Pihak oposisi berpendapat UU tersebut melanggar hak konstitusional untuk memiliki senjata api, yang diabadikan dalam Amandemen Kedua.

Namun, beberapa negara bagian, seperti California, Illinois, Maryland, New Jersey, dan Washington DC, lebih dulu melarang kepemilikan senjata serbu.

California mengklaim undang-undang keselamatan senjatanya telah membantu menyelamatkan 19.000 nyawa dalam satu dekade.

Pada Mei, pemerintahan Presiden Joe Biden mengambil tindakan keras terhadap penjualan senjata api di pameran senjata dan online dengan menghindari pemeriksaan latar belakang federal.

Namun beberapa negara bagian yang dikuasai Partai Republik dengan cepat mengajukan tuntutan untuk memblokir tindakan tersebut.

[Gambas:Video CNN]



(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat