yoldash.net

14 Bencana Alam Paling Ngeri yang Pernah Terjadi di Bumi

Sebuah penelitian tahun 2020 merangkum sejumlah bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah di Bumi. Simak daftarnya.
Ilustrasi. Sebuah penelitian tahun 2020 merangkum sejumlah bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah di Bumi. (Foto: AFP/-)

Jakarta, Indonesia --

Bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, angin topan, tsunami, banjir, hingga kebakaran hutan dan kekeringan, silih berganti menimpa Bumi nyaris tiap hari. Simak deret bencana terbesar yang pernah melanda planet ini.

Menurut Global Change Data Lab, selama beberapa dekade terakhir bencana alam bisa menewaskan rata-rata sebanyak 40.000 hingga 50.000 orang per tahunnya.

Dari sekian bencana alam yang terjadi, mulai dari skala ringan hingga paling mematikan sudah pernah terjadi di Bumi sejak berabad-abad tahun yang lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah penelitian tahun 2020 yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academies of Sciences berhasil merangkum sejumlah bencana alam yang paling mematikan sepanjang sejarah di Bumi.

Berikut adalah daftar serangkaian bencana alam paling mematikan yang pernah terjadi dalam sejarah dunia:

Gempa Aleppo 1138

Pada 11 Oktober 1138, tanah di bawah kota Aleppo, Suriah mulai berguncang. Kota yang terletak di pertemuan lempeng Arab dan Afrika ini memang sangat rentan terhadap gempa.

Melansir Live Science, gempa dahsyat yang besarnya saat itu tidak diketahui, membuat benteng kota dan rumah-rumah di seluruh Aleppo runtuh.

Peristiwa ini menjadi salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang masa, karena jumlah korban tewas diperkirakan mencapai sekitar 230.000 korban jiwa.

Gempa dan tsunami Samudera Hindia 2004

Bencana alam mematikan lainnya adalah gempa bumi berkekuatan 9,1 skala Richter yang terjadi di bawah laut lepas pantai barat Sumatera, Indonesia, pada 26 Desember 2004.

Gempa tersebut menciptakan tsunami besar yang menewaskan sekitar 230.000 korban jiwa, dan menyebabkan hampir 2 juta orang mengungsi di 14 negara Asia Selatan dan negara-negara Afrika Timur.

Dengan kecepatan hingga 804 km/jam, tsunami mencapai daratan hanya dalam waktu 15 hingga 20 menit setelah gempa terjadi, sehingga memberikan sedikit waktu bagi penduduk untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Di beberapa tempat, terutama Indonesia yang terkena dampak paling parah, gelombang tsunami mencapai ketinggian lebih dari 30 meter.

Dengan kerugian mencapai US$10 miliar dolar, peristiwa ini dianggap sebagai gempa bumi terbesar ketiga di dunia sejak tahun 1900.

Gempa Tangshan 1976

Pada tanggal 28 Juli 1976, kota Tangshan di China rata dengan tanah akibat gempa berkekuatan 7,8 skala Richter.

Tangshan, sebuah kota industri dengan populasi sekitar 1 juta jiwa (pada saat bencana terjadi), mencatatkan sebanyak lebih dari 240.000 angka kematian resmi.

Sebanyak 85 persen bangunan di Tangshan runtuh, dan guncangan bahkan terasa sampai di Beijing, China, yang berjarak lebih dari 180 km.

Gempa Antiokhia 115 M

Kota Antiokhia di Yunani Helenistik, yang pernah menjadi ibu kota regional kekaisaran Romawi dan Bizantium, terletak di Turki di atas persimpangan tiga tektonik antara lempeng Afrika, lempeng Arab, dan sub-lempeng Anatolia.

Pada 13 Desember 115 M, sistem tektonik di bawah kota menghasilkan gempa bumi berkekuatan 7,5 magnitudo yang diperkirakan mencapai intensitas ekstrim pada skala intensitas Mercalli.

Gempa bumi tersebut mengakibatkan sekitar 260.000 orang tewas dan menghancurkan Antiokhia, serta lima kota terdekatnya. Bencana ini juga memicu tsunami lokal yang merusak Beirut (ibu kota Lebanon), dan pelabuhan bernama Kaisarea Maritima.

Gempa Antiokhia 526 M

Gempa bumi yang kembali terjadi di Antiokhia tahun 526 M ini menewaskan sekitar 250.000 orang di kota Kekaisaran Bizantium (sekarang Turki dan Suriah).

Namun, kemungkinan besar angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan catatan, karena bertepatan dengan penuhnya wisatawan yang merayakan Hari Kenaikan Yesus ke surga.

Topan Kalkuta 1737

Dikenal juga sebagai topan Sungai Hooghly yang melanda Delta Gangga tepat di selatan kota Kalkuta (Kolkata), di negara bagian Benggala Barat, India, pada pagi hari tanggal 11 Oktober 1737.

Topan tersebut merupakan topan super paling awal yang pernah tercatat di Samudera Hindia Utara dengan kecepatan angin minimal 225 km/jam yang bertahan selama 3 menit.

Topan tersebut menyebabkan gelombang badai setinggi 13 meter di Sungai Gangga dan menyebabkan bangunan yang berdiri di sepanjang Kalkuta hancur, serta menenggelamkan sekitar 20.000 perahu di teluk Benggala.

Infografis - 9 Bukti Pemanasan Global itu Nyata9 Bukti Pemanasan Global itu Nyata (Foto: Indonesia/Agder Maulana)

Topan Coringa hingga Gempa Haiti di halaman berikutnya...

Topan Coringa hingga Gempa Haiti

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat