Ahli Ungkap Alasan Kenapa Judi Online Bikin Kecanduan

Judi online jadi masalah serius di Indonesia. Menurut catatan pemerintah, setidaknya ada 2,37 juta orang Indonesia yang kecanduan judi online dan 80 persen di antaranya dari kalangan bawah.
Lantas, kenapa judi online bikin kecanduan?
Sebuah studi dari University of Nevada, Las Vegas (UNLV) dan University of Western Ontario pada tahun 2009 sempat mengemukakan alasan judi online lebih bikin ketagihan dibanding judi konvensional seperti kasino.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perjudian online di rumah dapat dengan mudah mengubah perilaku perjudian menjadi komponen kehidupan sehari-hari konsumen, seperti menonton televisi," kata Kathryn LaTour, profesor di William F. Harrah College of Hotel Administration UNLV, mengutip laman resmi University of Nevada, Kamis (20/6).
"Ketika perjudian online menjadi perilaku rutin sehari-hari, lebih mudah bagi konsumen untuk terlibat dalam konsumsi tanpa berpikir tentang aktivitas tersebut, yang pada akhirnya mengakibatkan kecanduan dan kerugian finansial," lanjut dia.
Untuk penelitian ini, LaTour dan koleganya June Cotte, profesor pemasaran di University of Western Ontario, mewawancarai 20 penjudi kasino biasa dan 10 penjudi online biasa menggunakan gambar sebagai rangsangan untuk mempelajari seperti apa rasanya berjudi dan bagaimana hal itu dirasakan. Hasilnya menunjukkan penjudi online bertaruh lebih sering dan agresif.
Menurut LaTour dan Cotte perjudian kasino membutuhkan pemain harus keluar rumah ke lokasi perjudian dan lebih sulit disembunyikan. Sementara, akses judi online dapat dilakukan di komputer rumah maupun smartphone dan mudah diintegrasikan ke dalam rutinitas rumah sehari-hari,
Ini berarti lebih banyak waktu yang dapat dihabiskan untuk berjudi. Selain itu, judi online tidak memiliki interaksi sosial, sehingga para pemain terlibat dalam permainan, bukan aspek lainnya, yang dapat menarik sifat kompetitif mereka dan meningkatkan risiko kecanduan.
Para psikolog khawatir akses judi online yang semakin mudah dan meluas itu tidak hanya akan menambah banyak orang yang akan mencoba hal tersebut, tapi juga semakin banyak yang mengalami masalah terkait judi.
Bukti-bukti juga menunjukkan anak muda, terutama anak laki-laki dan pria, termasuk di antara mereka yang sangat rentan terhadap kecanduan judi.
Mengutip American Psychological Association, orang-orang berusia awal 20-an adalah kelompok penjudi yang paling cepat berkembang. Selain itu banyak anak-anak yang mulai berjudi lebih muda dari itu.
Sebuah survei di Kanada pada tahun 2018 ke 38.000 remaja mengungkap hampir dua pertiga remaja, usia 12 hingga 18 tahun, mengatakan mereka pernah berjudi atau memainkan permainan yang mirip perjudian pada tahun sebelumnya.
Para peneliti tengah menyempurnakan pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip psikologis yang mendasari dorongan untuk berjudi dan dasar-dasar neurologis dari apa yang terjadi di otak para penjudi yang berjuang untuk berhenti.
Penelitian menunjukkan variasi dalam volume dan aktivitas area tertentu di otak yang terkait dengan pembelajaran, manajemen stres, dan pemrosesan hadiah yang dapat berkontribusi pada perjudian yang bermasalah.
Masalah perjudian, yang sebelumnya disebut perjudian patologis, dianggap sebagai gangguan kontrol impuls hingga tahun 2013, ketika DSM-5 mengklasifikasikannya sebagai gangguan kecanduan.
Hal ini menjadikan kecanduan judi sebagai kecanduan perilaku yang pertama, dan sejauh ini satu-satunya, yang didefinisikan di bagian klinis DSM-5 (dengan beberapa petunjuk bahwa gangguan video game pada akhirnya akan menyusul).
Seperti kecanduan alkohol dan obat-obatan, kecanduan judi ditandai dengan meningkatnya toleransi yang membutuhkan lebih banyak perjudian seiring berjalannya waktu untuk merasa puas. Orang dengan gangguan ini juga dapat mengalami penarikan diri yang menyebabkan iritabilitas ketika mereka mencoba untuk berhenti.
Terpapar sejak awal
Jeffrey Derevensky, psikolog dan direktur Pusat Internasional untuk Masalah Perjudian Remaja dan Perilaku Berisiko Tinggi di McGill University, mengatakan orang-orang bisa terpapa judi online sejak dini dan tanpa sadar. Salah satunya adalah dengan game online yang saat ini mudah diakses di smartphone.
Menurut dia game online yang mensimulasikan perjudian tanpa risiko finansial sering kali tersedia untuk anak-anak yang masih sangat muda.
Ia mengaku pernah menyaksikan seorang gadis muda bermain game mesin slot di tablet yang dipasang di ruang tunggu bandara. Anak perempuan itu kemudian menang dan mendapatkan poin, bukan uang sungguhan, dan menyukai permainan tersebut.
"Dia menang, dan dia berkata kepada ayahnya, 'Saya tidak sabar untuk memainkannya secara nyata,' dia pasti masih berusia tidak lebih dari 6 tahun," kata Derevensky.
Hasil penelitian juga menunjukkan sekitar 40 persen remaja telah memainkan permainan judi simulasi. Permainan ini sering kali melibatkan lebih banyak kemenangan daripada permainan di dunia nyata.
Pengenalan yang menyenangkan tanpa taruhan finansial dapat memicu minat. Penelitian ini menunjukkan remaja yang bermain game simulasi perjudian untuk mendapatkan poin berisiko lebih tinggi mengalami masalah perjudian di kemudian hari.
Melihat orang tua, saudara kandung, atau anggota rumah tangga lainnya berjudi juga menormalkan perjudian untuk anak-anak, membuat mereka lebih mungkin terlibat dalam perjudian dan perilaku berisiko lainnya, termasuk penggunaan alkohol dan narkoba.
Penelitian lain juga mengungkap semakin dini anak-anak terpapar perjudian melalui game online dan media lainnya, semakin parah masalah perjudian mereka di kemudian hari.
(tim/dmi)[Gambas:Video CNN]