yoldash.net

BMKG Ungkap Potensi Kemarau Basah jika La Nina Muncul

Musim kemarau tahun ini diprediksi basah jika anomali iklim La Nina resmi terjadi.
Ilustrasi. Kemarau basah berpeluang terjadi jika La Nina muncul. (Istockphoto/FeelPic)

Denpasar, Indonesia --

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkap musim kemarau kali ini berpotensi basah jika anomali iklim La Nina resmi terjadi.

"Kita belum menyimpulkan seperti itu (akan terjadi La Nina). Ada kecenderungan La Nina meskipun lemah akan terjadi. Tapi itu bisa meleset karena datanya masih kurang, tapi ada tren ke sana," ujar dia, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Kamis (23/5).

"Jadi kalau seandainya iya, berarti menjadi basah," tambahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anomali iklim pemicu kekeringan, El Nino, kini berstatus netral alias berakhir usai terdeteksi setidaknya sejak Juli 2023. Lawannya, La Nina, pun bersiap muncul.

ADVERTISEMENT

Dalam Ikhtisar Cuaca Harian 22-24 Mei, BMKG mengungkap Indeks NINO 3.4, yang merupakan variabel utama pemantauan El Nino, bernilai +0.35, "tidak signifikan terhadap peningkatan hujan di wilayah Indonesia (Netral)."

El Nino dan La Nina merupakan bagian dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO). Kedua fenomena ini pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut (SST) di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur.

Jika indeksnya lebih besar atau sama dengan +0,5, El Nino dinyatakan muncul. Jika kurang dari atau sama dengan -0,5, giliran La Nina bangkit. Di antara angka-angka itu, ENSO statusnya netral.

Suhu permukaan laut (SST) di Pasifik tengah dan timur juga terpantau mendingin sejak Desember 2023, disertai dengan suhu air di bawah permukaan yang jauh lebih dingin dibandingkan rata-rata.

International Research Institute for Climate and Society (IRI) mengungkap La Nina punya kemungkinan besar muncul pada Agustus-Oktober 2024 hingga Desember-Februari 2025.

Lembaga di Columbia University, AS, ini memerinci pada periode Mei-Juni-Juli La Nina berpeluang 7 persen, ENSO Netral 83 persen, dan El Nino 10 persen. Pada periode Oktober-November Desember, IRI mengungkap peluang La Nina 69 persen, Netral 26 persen, El Nino 5 persen.

Pemanfaatan La Nina

Dwikorita menyebut pemodelan atau prediksi La Nina bisa dimanfaatkan untuk menghindari kegagalan panen.

"Kalau kita sudah tahu sebelumnya ada La Nina berarti kita sudah bisa memprediksi zona-zona mana yang akan menerima curah hujan melampaui rata-rata normalnya. itu akan terdeteksi seberapa besar melampauinya," kata Dwikorita.

Dia mencontohkan prediksi La Nina bisa membantu petani untuk mempersiapkan tanaman-tanaman yang akan ditanam dengan menyesuaikan curah hujannya.

Tanaman yang tidak cocok dengan curah hujan tinggi bisa dihindari oleh para petani agar tidak berpotensi gagal panen.

Sejauh ini, beberapa wilayah Indonesia sudah diprediksi masuk periode musim kemarau, termasuk Jakarta. Puncak kemarau, yang berarti jumlah daerah yang mengalami sedang banyak-banyaknya, diprakirakan terjadi pada Juli dan Agustus.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat