yoldash.net

IOD Masuk Fase Netral, Lebih Lama dari Prediksi

Fenomena Indian Ocean Dipole (IOD), salah satu faktor pemicu kemarau kering di Indonesia, masuk fase netral. Apa dampaknya?
Ilustrasi. Fenomena Indian Ocean Dipole (IOD), salah satu faktor pemicu kemarau kering di Indonesia, masuk fase netral. (Foto: iStockphoto/izzzy71)

Jakarta, Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap fenomena Dipol Samudera Hindia atau Indian Ocean Dipole (IOD) masuk fase netral. Apa dampaknya buat cuaca di Indonesia?

Merujuk laporan Ikhtisar Cuaca Harian dari BMKG, per Selasa (27/2), indeks DMI berada pada angka -0,22. Menurut BMKG angka itu berarti "Tidak signifikan terhadap hujan di wilayah Indonesia (Netral)".

IOD adalah fenomena iklim yang terjadi di Samudera Hindia. IOD diidentifikasi sebagai perbedaan suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature/SST) antara wilayah Timur dan Barat Samudera Hindia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena ini secara signifikan memengaruhi pola cuaca dan iklim di wilayah sekitarnya, termasuk sebagian wilayah Afrika, Asia Tenggara, dan Australia. Oleh karena itu, indeks iklim IOD diawasi secara ketat oleh para peramal cuaca, karena dampak fenomena ini terhadap rentang waktu sub-musiman dan musiman.

ADVERTISEMENT

IOD dapat dianggap sebagai cabang Samudera Hindia dari Cell Walker, yang terkait dengan Osilasi Selatan El Nino (El Nino-Southern Oscillation/ENSO).

IOD didefinisikan oleh Dipole Mode Index (DMI), yang merupakan ukuran gradien anomali suhu permukaan laut (SST) antara Samudera Hindia ekuator bagian barat (50E-70E dan 10S-10N) dan Samudera Hindia ekuator bagian tenggara (90E-110E dan 10S-0N).

Dipol Samudra Hindia umumnya bergerak sejalan dengan fase Osilasi Selatan El Nino (ENSO), namun ada kalanya dipol dapat muncul dengan sendirinya selama ENSO netral, seperti peristiwa positif kuat pada 2019.

Perbedaan lainnya adalah ENSO biasanya mencapai puncaknya pada musim dingin di Belahan Bumi Utara, sedangkan IOD dapat mencapai puncaknya kapan saja sepanjang tahun.

Sementara itu, masih dalam laporan BMKG, hasil analisis kondisi iklim global juga menunjukkan kondisi El Nino dengan nilai NINO 3.4 sebesar +1,16 dan penguatan nilai Southern Oscillation Index (SOI) menjadi -17,2, serta nilai DMI sebesar -0,22 menunjukkan Dipole Mode mulai memasuki fase netral.

"Kondisi El Nino menunjukkan potensi curah hujan rendah untuk wilayah Indonesia," kata BMKG.

Fase netral ini lebih lama dari prediksi BMKG tahun lalu yang menyatakan kondisi netral IOD ini hanya akan bertahan hingga akhir 2023.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat itu mengatakan fenomena ini, bersamaan dengan El Nino, bakal memberikan dampak musim kemarau kering, terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau di bawah normal (lebih kering dibanding biasanya).

Infografis Mengenal El Nino dan La NinaInfografis Mengenal El Nino dan La Nina (Foto: Indonesia/Fajrian)

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat