yoldash.net

BMKG Bongkar Pemicu Puting Beliung Jatinangor

Simak penjelasan BMKG ihwal penyebab angin puting beliung di Jatinangor, Jawa Barat, Rabu (21/2) sore.
Ilustrasi. Fenomena angin puting beliung menerjang Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/2). (Foto: iStockphoto/Meindert van der Haven)

Jakarta, Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab fenomena angin puting beliung di Jatinangor atau daerah perbatasan Kabupaten Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/2) sore.

Angin puting beliung terjadi di wilayah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang sekitar jam 16.00 WIB. Kejadian ini menyebabkan sejumlah kerusakan, di antaranya atap beberapa rumah di Jatinangor berterbangan; dan merobohkan pagar PT Kahatex yang berada di kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Deputi Bidang meteorologi BMKG Guswanto menyebut hujan ekstrem terjadi di sekitar wilayah Jatinangor menurut pantauan radar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tampak hujan ekstrem dari radar lokasi kejadian," ujarnya kepada Indonesia.com lewat pesan teks, Rabu (21/2).

Terpisah, Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat Rakhmat Prasetia menyebut sejumlah faktor menjadi dalang di balik cuaca ekstrem ini, di antaranya kondisi suhu muka laut sekitar wilayah Indonesia.

"Suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat, mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya, selaras dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 mb yang relatif basah yakni antara 45-95 persen," ujar Rakhmat.

Selain itu, Rakhmat menyebut sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) berada di sekitar wilayah Jawa Barat.

Kondisi ini disebut mampu meningkatkan pertumbuhan awan di sekitar wilayah konvergensi dan belokan angin tersebut.

Kemudian, indeks labilitas juga berada pada kategori labil sedang hingga tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat yang dinilai berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal.

Merespons kejadian ini, Rakhmat mengimbau masyarakat agar waspada terhadap terjadinya potensi bencana hidrometeorologis sebagai dampak cuaca esktrem seperti hujan lebat hingga sangat lebat pada durasi lebih dari satu jam, angin puting beliung, dan hujan es yang dapat mengakibatkan dampak seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta dampak kerusakan lainnya.

Rakhmat menambahkan kewaspadaan tersebut terutama pada waktu terjadi pemanasan kuat, sekitar pukul 10.00 hingga 14.00 WIB.

"Waspada terhadap terjadinya cuaca ekstrim berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan juga angin kencang pada sore hari, terutama pada hari dimana terjadi pemanasan kuat antara pukul 10.00 hingga 14.00 WIB, biasanya ditandai dengan jenis awan yang berwarna gelap, dan menjulang tinggi seperti kembang kol dan terkadang memiliki landasan pada puncaknya (Awan jenis Cumulonimbus)," terangnya.

Lebih lanjut, masyarakat yang berada di dengan topografi curam atau rawan longsor juga diimbau waspada khususnya ketika hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang terjadi selama beberapa hari berturut-turut.

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat