Pakar Bocorkan Penyebab 'Tornado Api' di Lokasi Kebakaran Gunung Bromo
Fenomena kobaran api yang terbawa pusaran angin hingga membentuk 'tornado api' muncul di lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda Blok Savana atau Bukit Teletubbies di Gunung Bromo. Bagaimana sebenarnya fenomena 'tornado api' itu dapat muncul?
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, 'tornado api' yang muncul di Blok Savana Bukit Teletubbies di Gunung Bromo itu adalah fenomena 'dust devil'.
"Fenomena tersebut mirip dengan dust devil," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda, Teguh Tri Susanto saat dikonfirmasi Indonesia.com, Senin (11/9).
Dust devil, kata Teguh, merupakan pusaran kecil namun kuat. Fenomena ini terjadi saat udara kering yang sangat panas dan tidak stabil di permukaan tanah, naik dengan cepat melalui udara yang lebih dingin di atasnya.
Udara kering itu kemudian membentuk aliran berupa pusaran yang membawa debu, serpihan, atau puing-puing di sekitarnya, termasuk api.
"Namun objeknya dominan api, hal tersebut terjadi karena adanya pemanasan udara oleh api," ucapnya.
Ia memaparkan ada sejumlah faktor yang menyebabkan munculnya dust devil, yakni pemanasan matahari pada permukaan tanah yang cukup intensif, jumlah tutupan awan yang sangat sedikit, lalu banyak debu dan pasir di permukaan tanah, serta kelembapan rendah dan keringnya tanah.
"Fenomena ini umum terjadi di tanah lapang yang minim hambatan, karena udara yang panas akan menyebabkan timbulnya pusat tekanan rendah yang menyebabkan terbentuknya pusaran udara dari udara di sekelilingnya yang lebih dingin," katanya.
Kendati demikian, dust devil ini berbeda dengan puting beliung. Fenomena ini bukan disebabkan oleh awan cumulonimbus, berkecepatan lebih rendah dan tak bersifat destruktif.
[Gambas:Instagram]
"Bukan dari awan cumulonimbus, namun dari pemanasan lokal, kecepatan angin tidak terlalu tinggi. Dampak yang disebabkan tidak destruktif atau tidak menghancurkan. Waktunya enggak lama, kurang dari satu menit," pungkas Teguh.
Sebelumnya, Humas Balai Besar Taman Nasional Tengger Bromo Semeru (BBTNBTS) Hendra mengatakan, fenomena 'tornado api' itu terjadi Minggu (10/9). Peristiwa ini kemudian viral di media sosial.
"Memang kemarin pada saat kebakaran di savana terjadi angin yang cukup besar hal ini terjadi saat hari sedang panas dan kering saat musim kemarau, bentuknya seperti pusaran," kata Hendra.
Menurut Hendra munculnya pusaran angin itu sebenarnya adalah kejadian yang biasa terjadi di wilayah Gunung Bromo. Kebetulan, fenomena itu kini muncul bersamaan dengan karhutla.
"Dalam kondisi normal fenomena tersebut merupakan fenomena alam yang kadang terjadi di kawasan lautan pasir. Kebetulan angin besar tersebut kemarin tepat berputar di titik api kebakaran," ucapnya.
Peristiwa itu hanya terjadi sesaat. Namun, kata Hendra, pusaran angin itu sempat membawa api dan menerpa vegetasi di sekitarnya.
"Kurang lebih tiga sampai lima menit," ujar dia.
Blok Savana Lembah Watangan atau Bukit Teletubbies di Gunung Bromo kembali mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Diduga api berasal dari ulah pengunjung yang menyalakan flare saat sesi foto prewedding, Rabu (6/9).
(frd/dmi)[Gambas:Video CNN]