Air di Kutub Bulan Jadi Buruan, Bisakah Diminum Astronaut?
Tim ilmuwan beberapa tahun lalu menemukan es di kutub Bulan yang mengisyaratkan keberadaan air. Pertanyaannya, apakah air tersebut bisa diminum para astronaut?
Pada 2018, sebuah tim ilmuwan telah mengamati secara langsung bukti-bukti pasti adanya es di daerah kutub Bulan. Endapan es ini tersebar tidak merata dan mungkin saja berusia sangat tua.
Di kutub selatan, sebagian besar es terkonsentrasi di kawah-kawah Bulan, sedangkan di kutub utara, es lebih banyak, tapi tidak terlalu menyebar.
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Shuai Li dari University of Hawaii dan Brown University, termasuk Richard Elphic dari Ames Research Center NASA di Silicon Valley, California, menggunakan data dari instrumen Moon Mineralogy Mapper (M3) milik NASA untuk mengidentifikasi tiga tanda khusus yang membuktikan keberadaan es air di permukaan Bulan.
M3, yang berada di dalam wahana Chandrayaan-1, yang diluncurkan pada 2008 oleh Organisasi Penelitian Antariksa India, dilengkapi dengan peralatan unik untuk mengonfirmasi keberadaan es padat di Bulan.
Wahana tersebut mengumpulkan data yang tidak hanya menangkap sifat reflektif yang kita harapkan dari es, tapi juga dapat secara langsung mengukur cara khas molekul-molekulnya menyerap cahaya inframerah, sehingga dapat membedakan antara air cair atau uap dan es padat.
Dikutip dari situs NASA, sebagian besar es air yang baru ditemukan berada di dalam bayang-bayang kawah di dekat kutub, di mana suhu terpanas tidak pernah mencapai di atas -156 derajat Celcius.
Hal ini dikarenakan kemiringan sumbu rotasi Bulan yang sangat kecil, sehingga sinar Matahari tidak pernah mencapai daerah-daerah ini.
Penemuan es yang dibentuk oleh air ini memberikan harapan untuk misi antariksa di kemudian hari. Pasalnya, ini mungkin bisa menjadi salah satu sumber air yang bisa dimanfaatkan para astronaut.
Terlalu dini
David Kring, ilmuwan utama di Lunar and Planetary Institute dari Universities Space Research Association di Houston, Texas, ada kesulitan penggalian di area tertentu, termasuk kawah yang curam.
"Beberapa dinding kawah itu curam dan perlu dihindari. Bayangan juga dapat membuat dinding kawah terlihat lebih curam dan lantai kawah lebih dalam dari yang sebenarnya," kata dia.
Meski begitu, Kring menambahkan kawah adalah wahana penting di permukaan Bulan.
"Proses penggalian yang menghasilkan kawah membawa material dari kedalaman ke permukaan di mana astronot dapat mengakses material tersebut," katanya.
Ilmuwan planet di SETI Institute dan Mars Institute Pascal Lee juga mengungkap sebaran es dengan kandungan hidrogen tinggi tak merata di sisi gelap (PSR) Bulan.
"Beberapa PSR tampaknya tidak memiliki banyak hidrogen di dalamnya," ungkap dia.
Lihat Juga :101 SCIENCE Kenapa Bulan Bisa Berbentuk Sabit? |
"Sementara kadang ada daerah yang diterangi Matahari yang, secara mengejutkan, masih menunjukkan tanda tangan hidrogen di meter atas regolith," yang merupakan bagian atas Bulan berupa debu, pecahan batu, dan material lainnya.
SpaceX
Sambil menyinggung rumitnya masalah hak eksplorasi dan hukum luar angkasa, Lee pun menyebut masih sangat awal untuk membicarakan es di kutub Bulan sebagai sumber air untuk para astronaut.
"Saya pikir masih terlalu dini untuk membicarakan air sebagai sumber daya di kutub bulan. Sesuatu menjadi 'sumber daya' hanya jika secara ekonomi lebih murah dan lebih sedikit risiko untuk diekstraksi di lokasi daripada mengimpor dari tempat lain," kata Lee, dikutip dari Space.
Alih-alih menggali air di Bulan, Lee mengatakan Starship SpaceX punya kemampuan untuk mengangkut 100 metrik ton lebih air bersih yang dimurnikan dan siap pakai di mana saja di Bulan dalam satu penerbangan tunggal.
"Anda akan secara efektif memiliki menara air di Bulan, lengkap dengan keran di bagian bawah, tepat di tempat yang Anda inginkan. Biayanya mungkin sekitar 10 hingga beberapa juta dolar," kata Lee.
Sebanyak 100 metrik ton air bersih yang diproses dan diekstraksi dari kutub Bulan sendiri belum diketahui kapan bisa dilakukan. Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan pun mungkin lebih besar dibandingkan dengan pengiriman air dari Bumi.
"Saya optimis tentang masa depan Bulan kita, tapi sejujurnya saya pikir ini masih akan menjadi waktu yang sangat, sangat lama, jika memang akan terjadi. Sumber air terbesar yang tersedia di Bulan adalah Bumi," kata Lee.
(lom/arh)