yoldash.net

Pemanasan Global Bikin Gedung-gedung Kota 'Tenggelam' Perlahan

Studi Northwestern University menemukan hubungan perubahan iklim dengan pergeseran tanah di daerah perkotaan yang merusak gedung-gedung tinggi.
Ilustrasi. Gedung-gedung tinggi disebut terancam pemanasan global. (Istockphoto/PPAMPicture)

Jakarta, Indonesia --

Studi terbaru Northwestern University, AS, mengaitkan perubahan iklim global dengan pergeseran tanah di bawah daerah perkotaan. Hal ini pun membuat gedung-gedung di perkotaan lebih cepat retak dari perkiraan sebelumnya.

Tim mengatakan pemanasan global membuat tanah memanas dan berubah bentuk. Fenomena ini menyebabkan fondasi bangunan dan tanah di sekitarnya bergerak secara berlebihan.

"Perubahan iklim bawah tanah merupakan bahaya yang tidak terlihat," kata Alessandro Rotta Loria dari Northwestern University yang memimpin penelitian ini, dikutip dari ScienceDaily.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Tim juga melaporkan kerusakan bangunan di masa lalu kemungkinan disebabkan oleh kenaikan suhu tersebut dan memperkirakan masalah ini akan terus berlanjut di masa depan.

Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengukur deformasi tanah yang disebabkan oleh pulau panas bawah permukaan dan pengaruhnya terhadap infrastruktur sipil.

Tanah berubah bentuk sebagai akibat dari variasi suhu, dan tidak ada struktur atau infrastruktur sipil yang dirancang untuk menahan variasi ini.

Meskipun fenomena ini tidak berbahaya langsung bagi keselamatan manusia, namun hal ini akan mempengaruhi operasi normal sehari-hari dari sistem pondasi dan infrastruktur sipil pada umumnya.

"Tanah liat Chicago dapat mengerut ketika dipanaskan, seperti halnya tanah berbutir halus lainnya. Sebagai akibat dari kenaikan suhu di bawah tanah, banyak pondasi di pusat kota mengalami penurunan yang tidak diinginkan, secara perlahan tapi terus menerus terjadi," kata dia yang juga merupakan asisten profesor teknik sipil dan lingkungan di McCormick School of Engineering, Northwestern, itu.

Di banyak daerah perkotaan di seluruh dunia, panas terus menerus menyebar dari bangunan dan transportasi bawah tanah. Hal ini menyebabkan tanah menghangat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

Para peneliti sebelumnya telah menemukan bahwa lapisan bawah tanah yang dangkal di bawah kota menghangat sebesar 0,1 hingga 2,5 derajat Celcius per dekade.

Dikenal sebagai "perubahan iklim bawah tanah" atau "pulau panas bawah permukaan", fenomena ini telah diketahui menyebabkan masalah ekologi (seperti air tanah yang terkontaminasi) dan masalah kesehatan (termasuk asma dan sengatan panas).

Hingga saat ini, dampak perubahan iklim bawah tanah terhadap infrastruktur sipil masih belum banyak diteliti dan dipahami.

"Jika Anda berpikir tentang ruang bawah tanah, garasi parkir, terowongan dan kereta api, semua fasilitas ini terus menerus mengeluarkan panas," kata Rotta Loria.

Loria mengatakan secara umum, kota lebih hangat daripada daerah pedesaan karena bahan konstruksi secara berkala memerangkap panas yang berasal dari aktivitas manusia dan radiasi matahari dan melepaskannya ke atmosfer.

"Proses tersebut telah dipelajari selama beberapa dekade. Sekarang, kami melihat proses di bawah permukaan, yang sebagian besar didorong oleh aktivitas antropogenik," katanya.

Penelitian ini dipublikasikan pada 11 Juli 2023 di Communications Engineering di jurnal Nature.

Apa sarannya buat mengurangi dampak isu ini?

Para peneliti mendorong pemanfaatan panas itu menjadi sumber energi. Caranya, menangkap limbah panas yang dipancarkan di bawah tanah dari sistem transportasi bawah tanah, rubanah parkir, dan fasilitas ruang bawah tanah lainnya.

Studi terhadap Chicago di halaman berikutnya...

Chicago Jadi Contoh

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat