yoldash.net

Terjadi Hari ini, Fenomena Solstis Pernah Kena Hoaks Bencana

Hoaks soal solstis pernah menyebar dengan dalih bencana alam pada saat fenomena itu berlangsung. Simak fakta sebenarnya.
Perayaan solstis musim panas di Stonehenge, Inggris, 21 June 2022. Saat luar negeri merayakan solstis, warga +62 malah menyebar hoaks soal bencana. (REUTERS/TOBY MELVILLE)

Jakarta, Indonesia --

Fenomena solstis (solstice) pernah terkena hoaks bencana alam. Padahal, dua hal tersebut tak berkaitan. Berikut penjelasan pakar.

Hoaks tersebut menyerang fenomena solstis 22 Desember 2022. Ketika itu, viral sebuah video di TikTok yang mengimbau masyarakat untuk tidak keluar malam karena fenomena solstis.

"Tidak boleh keluar malam tanggal 21 Desember 2022," tulis akun @hendrikecee dalam video yang telah disukai lebih dari 240 ribu pengguna ini. Video itu tak memberi penjelasan apa pun selain tulisan tadi dan tangkapan judul media yang tak jelas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isu tersebut disuarakan ulang oleh sebuah akun Twitter ber-follower puluhan ribu, yang beberapa kali berkicau hal bertema ilmiah tapi tanpa dasar penelitian.

ADVERTISEMENT

Akun tersebut turut mengklaim kaitan solstis dengan bencana alam seperti erupsi, gempa bumi, hingga tsunami. Namun, unggahan tersebut sudah dihapus usai menuai cibiran.

Apa yang salah dari klaim-klaim tanpa dasar ilmiah di atas? Mari kita runut dari dasarnya dulu.

Berdasarkan penuturan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di akun Instagram-nya, solstis berasal dari Bahasa Latin, Solstitium.

Itu terdiri dari dua kata; sol yang berarti Matahari, dan stitium berarti tempat berhenti, singgah, atau balik.

"Sehingga solstis dapat disepadankan dengan Titik Balik Matahari," tulis ORPA BRIN.

Solstis berarti "peristiwa ketika Matahari berada paling utara maupun selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya, relatif terhadap sumbu ekuator langit (perpanjangan/proyeksi khatulistiwa Bumi pada bola langit).

Solstis disebabkan oleh sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika (sumbu kutub utara-selatan).

Berdasarkan jadwal BRIN, Titik Balik Matahari tahun ini terjadi dua kali, yakni pada hari ini, 21 Juni, pukul 21.57 WIB atau 22.57 WITA atau 23.57 WIT; dan pada 22 Desember pukul 04.48 WIB atau 05.48 WITA atau 06.58 WIT.

[Gambas:Instagram]

Tanggal yang sama juga jadi jadwal solstis tahun lalu.

Hal itu bisa dikaitkan dengan unggahan hoaks di atas. Kesalahannya adalah, pertama, salah jadwal. Solstis, yang biasa terjadi dua kali tahun lalu bukan 21 Desember.

Kedua, solstis, dan juga fenomena Matahari lainnya seperti ekuinoks (equinox), tak ada hubungannya dengan bencana alam di Bumi, seperti gempa, tsunami, banjir rob, walau memang saat fenomena itu terjadi potensial ada bencana.

"Sekalipun di hari terjadi solstis ini terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, maupun banjir rob, fenomena-fenomena tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan solstis," papar BRIN.

Apa alasannya? Solstis merupakan urusan Matahari. Sementara, bencana gempa hingga gunung adalah masalah aktivitas geologis.

"Karena solstis merupakan fenomena murni astronomis yang juga dapat memengaruhi iklim dan musim di Bumi. Sedangkan fenomena-fenomena tersebut (erupsi, gempa, tsunami, banjir rob) disebabkan masing-masing dari aktivitas vulkanologis, seismik, oseanik, dan hidrometeorologi," papar ORPA/BRIN.

BRIN menyebut solstis hanya berdampak kepada gerak semu Matahari ketika terbit, berkulminasi, dan tenggelam. Solstis juga berpengaruh kepada intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi.

Tak hanya itu, solstis juga berefek kepada panjang pendek siang dan malam serta pergantian musim.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat