yoldash.net

Kenapa Banyak Laron di Lampu?

Serangga seperti laron kerap berkumpul di sekitar lampu pada malam hari. Mengapa mereka melakukannya padahal itu amat berisiko?
Ilustrasi. Cek penjelasan ahlo soal alasan laron dkk. gemar mengerubungi lampu. (iStockphoto/NeagoneFo)

Jakarta, Indonesia --

Banyak serangga, termasuk laron, tertarik kepada sumber cahaya malam untuk kemudian mengerubunginya dan ditemukan mati keesokan harinya. Apa alasan tindakan 'bunuh diri' itu?

Terbang di sekitar lampu bagi ngengat, agas (lalat kecil), laron, dan nyamuk juga merupakan hal amat berisiko lantaran bisa terdeteksi dengan mudah oleh para predator seperti cicak.

Kendati demikian, serangga-serangga tersebut tak risau, atau mungkin memang tak pernah menyadarinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Avalon Owens, peneliti di Harvard University, menyebut "siklus konyol" ini bahkan dapat mengalihkan perhatian serangga dari kenikmatan hidup seperti makan dan bereproduksi.

ADVERTISEMENT

Lampu pun disebutnya berkontribusi terhadap penyusutan populasi serangga di seluruh dunia.

Teori soal penyebab kelakuan serangga itu berlimpah. Sebagian menyebut mereka melakukannya untuk navigasi. Ada juga yang mengatakan serangga-serangga itu justru ingin mencari selamat dengan mendekat ke lampu, atau mencoba menemukan kegelapan.

Sementara, Owens memilih efek ilusi optik yang disebut pita mach sebagai pemicu tindakan serangga itu.

Lihat Juga :

"Tepi area yang terang akan tampak lebih gelap daripada bagian kegelapan lainnya," jelasnya soal ilusi optik itu, dikutip dari LiveScience.

Pada 1965, salah satu periset berhipotesis bahwa lampu kemungkinan bertindak bak hormon kawin feromon. Namun, teori tersebut sepertinya mentah.

"Itu teori liar," kata Yash Sondhi, periset di University of Florida, "Tetapi pada satu titik, semua teori tidak didukung dengan bukti."

Hipotesis tentang perilaku ini sulit disusun karena serangga terbang sukar diobservasi. Akan tetapi, teknologi baru mungkin saja menyediakan pandangan baru.

Dalam artikel pra-cetak di BioRxiv yang belum di-peer review (telaah sejawat), Sondhi dan Samuel Fabian dari Imperial College London berasumsi, perilaku ini ada kaitannya dengan navigasi.

Sondhi dan rekannya itu menggunakan kamera berkecepatan tinggi untuk memantau perilaku capung, ngengat, dan serangga lainnya. Mereka menemukan sesuatu yang tidak terduga, yakni ngengat dan capung sebisa mungkin membelakangi cahaya.

Berdasarkan observasi itu, beberapa serangga terbang mendekati lampu untuk mengorientasikan diri mereka sendiri. Biasanya, terang berarti atas dan gelap berarti bawah.

"Sulit bagi mereka (serangga) untuk menggunakan gravitasi untuk mengetahui di mana tubuhnya. Itu karena mereka hanya seperti berenang di udara," kata Owens yang tidak terlibat dalam studi ini.

Lihat Juga :

Eksperimen Sondhi dan rekannya memang dapat menjelaskan mengapa serangga tetap berada di dekat lampu begitu mereka sampai di sana.

Namun, studi itu tak menjelaskan kenapa serangga menemukan cahaya dari jarak jauh, dengan beberapanya terjebak dan yang lain tidak.

Owens menambahkan capung sebisa mungkin membelakangi cahaya, namun tidak melingkarinya seperti ngengat. Untuk ngengat, Owens mengatakan "masih ada pertanyaan yang lebih besar soal mengapa mereka ada di sana."

Dia ingin menguji gagasan bahwa ngengat menggunakan Bulan sebagai kompas pada skala lanskap. Meskipun, dia mengatakan teori itu tidak disukai dalam konteks jarak dekat.

Keinginan Owens mungkin saja terjadi dalam waktu dekat lantaran keberadaan kamera yang lebih sensitif dan analis teknik. "Seluruh medan akhirnya mendapatkan alat yang bisa kita gunakan untuk mengeksplorasi pertanyaan ini," kata Owens.

Kurangi polusi cahaya

Sementara itu, temuan Sondhi mungkin mendukung gagasan bahwa "pencahayaan ke atas" merugikan serangga dan harus dihindari. "Jika Anda meletakkan lampu di lantai menghadap ke atas, mereka akan terbalik dan jatuh," kata Owens.

"Kurangi lampu, dan jangan arahkan ke atas," Sondhi sepakat.

Dia juga merekomendasikan untuk menggunakan lampu yang lebih merah ketimbang biru (mengingat cara serangga melihat), serta mematikan lampu luar jika memungkinkan.

Sondhi mengatakan jika "Anda mematikannya saat masih gelap, banyak dari mereka (serangga) akan pulih dan terbang."

Senada, Owens menyarankan, sebagai salah satu strategi pengurangan cahaya buatan, untuk makan malam dalam kegelapan.

"Saksikan Matahari terbenam, karena Matahari terbenam dengan kecepatan yang sama dengan mata Anda," katanya.

"Jika halaman rumah Anda gelap, lebih sedikit nyamuk yang akan menemukan jalan ke sana," tandasnya.

(lth/lth)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat