yoldash.net

Benarkah TikTok Mata-matai Pengguna?

Apa benar TikTok memata-matai pengguna dan membahayakan keamanan nasional seperti yang dirisaukan AS? Para pakar punya penjelasan.
Ilustrasi. Adakah bukti yang menunjukkan TikTok memata-matai pengguna? (AFP/OLIVIER DOULIERY)

Jakarta, Indonesia --

Kerisauan TikTok jadi alat mata-mata China sejauh ini masih belum didampingi bukti konkret meski potensinya ada. Pemerintah AS pun didorong lebih mengurusi penguatan undang-undang perlindungan data warga.

Pada Kamis (23/3) CEO TikTok Shou Chew memberi keterangan dalam rapat dengan Kongres AS selama lebih dari 5 jam terkait kecurigaan terhadap hubungan platform dengan pemerintah China.

Nampaknya, anggota parlemen AS tetap yakin bahwa TikTok adalah ancaman mendesak bagi keamanan nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah anggota parlemen menyatakan sangat skeptis tentang upaya TikTok untuk melindungi data pengguna AS dan meredakan kekhawatiran tentang hubungannya dengan China.

ADVERTISEMENT

Saat sidang berlangsung, Ketua DPR AS Kevin McCarthy mengaku mendukung undang-undang yang bakal secara efektif memblokir TikTok.

Sementara, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan TikTok harus "diakhiri dengan satu atau lain cara", dan Departemen Keuangan mengeluarkan pernyataan yang isinya sumpah untuk "menjaga keamanan nasional", tanpa menyebut nama TikTok.

Kekhawatiran tentang koneksi TikTok ke China itu pun memicu negara-negara lain, terutama konco AS, melarang aplikasi tersebut pada perangkat pemerintah.

Ketakutan tersebut telah menjadi salah satu faktor penyebab hubungan AS-China yang semakin tegang belakangan ini.

TikTok sendiri tidak beroperasi di China. Namun, pemerintah China menikmati pengaruh yang signifikan atas bisnis di bawah yurisdiksinya.

Secara tidak langsung, TikTok bisa saja dipaksa untuk bekerja sama dengan berbagai aktivitas keamanan, termasuk kemungkinan transfer data TikTok.

Saham induk TikTok, ByteDance, sendiri dimiliki oleh investor global (60 persen), pendiri perusahaan (20 persen), dan karyawan (20 persen).

"Bukannya kami tahu TikTok telah melakukan sesuatu, tetapi ketidakpercayaan terhadap China dan kesadaran spionase China telah meningkat," kata James Lewis, pakar keamanan informasi di Pusat Kajian Strategis dan Internasional.

Direktur keamanan siber Badan Keamanan Nasional (NSA) Rob Joyce mengatakan untuk mengartikulasikan masalah keamanannya tentang TikTok, dia menawarkan peringatan umum daripada tuduhan khusus.

"Orang-orang selalu mencari senjata api dalam teknologi ini, tapi saya mencirikannya lebih sebagai senapan yang terkokang," ujar dia.

Apa yang bikin AS khawatir?

Pemerintah AS mengaku khawatir China dapat menggunakan undang-undang keamanan nasional untuk mengakses sejumlah besar informasi pribadi yang dikumpulkan TikTok, seperti kebanyakan aplikasi media sosial, dari penggunanya di AS.

Undang-undang yang dipermasalahkan sangat luas, menurut para pakar hukum barat, China mewajibkan setiap organisasi atau warga negara untuk "mendukung, membantu, dan bekerja sama dengan pekerjaan intelijen negara.

Jika Beijing mendapatkan akses ke data pengguna TikTok, salah satu kekhawatirannya adalah informasi tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi peluang intelijen.

Misalnya, dengan membantu China mengungkap sifat buruk, kecenderungan, atau titik tekanan dari target negara yang hendak dimata-matai.

Bahkan jika banyak pengguna TikTok adalah remaja yang tampaknya tidak menyembunyikan apa pun, mungkin beberapa dari orang Amerika itu tumbuh menjadi pejabat pemerintah atau industri yang history di media sosialnya terbukti berguna bagi musuh asing.

Kekhawatiran lain adalah jika China memiliki pandangan tentang algoritma TikTok atau operasi bisnis, China dapat mencoba menekan perusahaan untuk membentuk apa yang dilihat pengguna di platform.

Baik dengan menghapus konten melalui penyensoran atau dengan mendorong konten dan propaganda pilihan kepada pengguna. Hal ini bisa berdampak besar pada pemilu AS, pembuatan kebijakan, dan wacana demokrasi lainnya.

Chew dalam sidang itu mengatakan bahwa pemerintah China tidak pernah meminta datanya dari TikTok, dan perusahaan akan menolak permintaan tersebut.

"Saya pikir banyak risiko yang ditunjukkan adalah risiko hipotetis dan teoretis," kata Chew.

"Saya belum melihat bukti apapun. Saya sangat menantikan diskusi di mana kita dapat berbicara tentang bukti dan kemudian kita dapat mengatasi kekhawatiran yang diangkat," sambungnya.

Deret isu

Pellaeon Lin, seorang peneliti yang berbasis di Taiwan di Lab Publik Universitas Toronto, dalam analisisnya 2021, mengungkap TikTok mengumpulkan informasi dalam jumlah yang hampir sama dengan Facebook atau Twitter.

Lin juga menilai TikTok mengambil cukup banyak data termasuk informasi video yang ditonton, komentar yang ditulis, pesan pribadi yang dikirim, dan geolokasi tepat, dan daftar kontak pengguna.

Kebijakan privasi TikTok juga mengklaim perusahaan mengumpulkan alamat email, nomor telepon, usia, riwayat pencarian dan penelusuran, informasi tentang apa yang ada di foto dan video yang pengguna unggah.

Jika Anda setuju, konten papan klip perangkat juga dapat menyalin dan menempelkan informasi ke dalam aplikasi.

Lin juga mengungkap kode sumber (source code) TikTok sangat mirip dengan platform kembarannya yang berbasis di China, Douyin. Menurutnya, itu menyiratkan kedua aplikasi dikembangkan dengan basis kode yang sama dan disesuaikan untuk pasar masing-masing.

Secara teoritis, kata dia, TikTok dapat memiliki "fitur tersembunyi yang melanggar privasi" yang dapat dihidupkan dan dimatikan dengan men-tweak kode servernya dan yang mungkin tidak diketahui publik.

Namun, keterbatasan percobaan rekayasa balik aplikasi membuatnya tidak mungkin untuk mengetahui apakah konfigurasi atau fitur tersebut benara ada.

Lin berandai-andai kekhawatiran AS itu bisa jadi nyata jika ada bukti berupa penggunaan protokol komunikasi yang tidak terenkripsi, percobaan akses daftar kontak atau data geolokasi tanpa izin, atau jika TikTok menghindari perlindungan privasi tingkat sistem yang dibangun di iOS atau Android.

Namun, dia tidak menemukan hal-hal semacam itu.

"Kami tidak menemukan kerentanan terbuka terkait protokol komunikasi mereka, kami juga tidak menemukan masalah keamanan terbuka di dalam aplikasi," kata Lin.

"Mengenai privasi, kami juga tidak melihat aplikasi TikTok menunjukkan perilaku yang mirip dengan malware," aku dia.

Kegagalan menghasilkan UU yang efektif lindungi warga di halaman berikutnya...

Belum Ada Bukti

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat