yoldash.net

Ilmuwan Bongkar Identitas Sebenarnya Yeti, Simak Faktanya

Yeti yang diklaim tinggi besar, berbulu putih, dan berjalan dengan dua kaki, lama menjadi dongeng global. Identitas sebenarnya kini terbukti secara ilmiah.
Tulang yang jadi bukti valid identitas sebenarnya Yeti. (dok university at buffalo)

Jakarta, Indonesia --

Legenda tentang Yeti, makhluk yang digambarkan seperti kera putih besar yang berjalan dengan dua kaki di daerah pegunungan Himalaya, kini terbantahkan. Simak bukti ilmiahnya.

Yeti merupakan salah satu jenis cryptid, yang merupakan hewan spekulatif yang keberadaannya belum terbukti secara ilmiah, yang paling dicintai di dunia. Berdasarkan semua laporan saksi mata, bukti fisik binatang itu sulit dijabarkan.

Seperti Bigfoot, 'sepupu' spesiesnya asal Amerika, Yeti kini sudah diteliti para ahli lewat berbagai bagian yang diduga dari tubuhnya, seperti potongan rambut dan tulang, gigi dan kulit, sekarang analisis DNA.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

bukti yeti adalah beruangSampel rambut yang disebut membuktikan Yeti sebagai beruang. (dok university at buffalo)

Sembilan bagian di antaranya yang didapat dari Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet, termasuk rambut, kulit, gigi, tulang, dan kotoran, membuktikan bahwa Yeti merupakan hewan tua biasa.

ADVERTISEMENT

"Temuan kami sangat menyarankan bahwa dasar-dasar biologis dari legenda Yeti dapat ditemukan pada beruang lokal, dan penelitian kami menunjukkan bahwa genetika harus dapat mengungkap misteri lain yang serupa," kata ahli biologi Charlotte Lindqvist dari University Buffalo, dikutip dari situs resminya.

Penelitian jurnal Proceedings of the Royal Society B ini bukan yang pertama kali menganalisis DNA pada apa yang diyakini sebagai sampel rambut cryptid.

Lihat Juga :

Pada 2014, tim peneliti di Universitas Oxford, Inggris dan Museum Zoologi Lausanne, Swiss menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan bagaimana mereka menguji 37 sampel rambut dari seluruh dunia.

Itu adalah survei genetik pertama dari sampel "primata anomali" dan hasilnya serupa. Setiap sampel cocok dengan spesies yang diketahui dari beruang kutub, domba hingga manusia.

Lindqvist mengatakan penelitian itu didasarkan pada tes genetik yang lebih sederhana daripada penelitian yang dilakukan timnya. Oxford dan timnya menggunakan pengurutan RNA mitokondria.

Tim ahli menerapkan amplifikasi PCR, pengurutan mitokondria, perakitan genom mitokondria, dan analisis filogenik. Oxford tetap berhati-hati untuk mencatat bahwa kurangnya bukti bukanlah bukti ketiadaan "primata anomali".

"Daripada bertahan dalam pandangan bahwa mereka telah 'ditolak oleh sains', advokat dalam komunitas cryptozoology memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menghasilkan bukti yang meyakinkan untuk primata anomali dan sekarang memiliki sarana untuk melakukannya," tulis tim peneliti dari Oxford.

Hewan riil

Lindqvist menarik kesimpulan yang berbeda. Bahwa, sampel yeti memberikan bukti mitos cryptid kemungkinan berkembang dari hewan di dunia nyata.

Sama seperti okapi yang ditemukan pada 1901, ada pula laporan soal "unicorn Afrika", misalnya. Selain itu, ada kisah sisa-sisa megafauna Australia dari mitos Aborigin seperti Dingo Setan Raksasa.

"Jelas," ujar dia, "Sebagian besar legenda Yeti berkaitan dengan beruang."

Namun, penelitian ini memiliki aplikasi lain di luar penelitian cryptid - pengurutan DNA. Jika dibandingkan dengan hewan hidup atau modern, ini dapat memberikan beberapa wawasan tentang evolusi beruang yang terancam punah.

Dikutip dari ScienceAlert, tim mengurutkan DNA mitokondria dari 23 beruang Asia, termasuk sampel Yeti, dan membandingkannya dengan beruang lain di seluruh dunia.

Mereka menemukan beruang coklat Tibet berkerabat dekat dengan beruang Amerika. Namun, beruang Himalaya berasal dari garis keturunan evolusi berbeda yang terpisah sekitar 650 ribu tahun lalu atau selama zaman es.

Ini bisa terjadi ketika es secara signifikan mengubah lanskap, memisahkan kelompok beruang yang kemudian mengikuti jalur evolusi yang terpisah.

"Penelitian genetik lebih lanjut pada hewan langka dan sulit dipahami ini dapat membantu menjelaskan sejarah lingkungan di wilayah tersebut, serta sejarah evolusi beruang di seluruh dunia - dan sampel tambahan 'Yeti' dapat berkontribusi pada pekerjaan ini," kata Lindqvist.

[Gambas:Twitter]

[Gambas:Twitter]

(can/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat