yoldash.net

Mengapa Manusia Belum Bisa Temukan Tanda Kehidupan di Mars?

Manusia hingga kini belum dapat menemukan tanda kehidupan di Mars. Mengapa demikian?
Ilustrasi planet Mars. Para pakar hingga kini belum juga dapat menemukan tanda-tanda pasti terkait peluang adanya kehidupan di planet tersebut. (istockphoto/JoeLena)

Jakarta, Indonesia --

Alih-alih alasan yang njelimet, para pakar justru menilai ada alasan sederhana di balik belum berhasilnya manusia menemukan kehidupan di Mars. Apa itu?

Sebuah studi terbaru yang dilakukan di gurun tertua di Bumi menunjukkan, teknologi yang ada saat ini tidak selalu dapat mendeteksi tanda-tanda kehidupan. Para pakar pun berkesimpulan, jika di Bumi saja alat itu tidak mampu, apalagi di permukaan Mars?

Melansir Science Alert, studi ini dilakukan di gurun Atacama, Chile yang memiliki delta purba yang disebut Red Stone, berisikan pasir dan batuan yang kaya hematite dan batu lumpur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Secara geologis, wilayah tersebut punya kemiripan dengan beberapa bagian di Mars. Karena itulah, para pakar astrobiologi kerap menggunakan gurun ini sebagai model untuk planet tersebut.

Ketika para pakar di Chile menguji mineral di Red Stone dengan teknologi mutakhir yang ada saat ini, mereka menguak beberapa tanda misterius.

Hampir sembilan persen pengurutan genetika menggunakan Next Generation Sequencing masuk ke dalam kategori yang tidak dapat diklasifikasi. Sementara 4 persen dari pengurutan tersisa tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori yang lebih spesifik selain taksa yakni semisal ordo atau domain.

Para pakar dari Universidad Autónoma de Chile tersebut telah mempublikasikan hasil penelitian mereka di Nature Communications berjudul Dark microbiome and extremely low organics in Atacama fossil delta unveil Mars life detection limits.

Dalam artikelnya tersebut, para pakar menyatakan sampel dari Red Stone menunjukkan beberapa mikro organisme dengan tingkat ketidakpastian filogenetik tinggi yang tidak biasa. Para pakar menyebutnya dengan istilah "dark microbiome" atau mikrobioma gelap.

Mikrobioma gelap tersebut mungkin tersusun dari beragam spesies yang tidak ditemukan di tempat lain di Bumi.

Namun, para pakar juga menduga mikrobioma gelap tersebut merepresentasikan komunitas spesies mikrobial yang di zaman dahulu tinggal di Red Stone dan keturunannya tidak lagi dapat ditemukan di basis data pengurutan yang ada saat ini.

Selain mikrobioma gelap, para pakar juga menemukan mikro organisme purba "yang sulit dideteksi dengan peralatan laboratorium yang ada saat ini".

Lebih lanjut, para pakar juga menguji sampel di Red Stone dengan instrumen yang telah atau akan digunakan di Mars. Hasilnya, pendeteksian mikro organisme itu lebih sulit dilakukan.

Di sisi lain, para pakar sendiri menekankan pentingnya pemulangan sampel Mars untuk menguji hasil penelitian tersebut.

"Hasil penelitian kami menekankan pentingnya pemulangan sampel Mars ke Bumi untuk mengetahui, apakah kehidupan pernah ada di planet tersebut," tulis mereka.

Tahun lalu, wahana Perseverance menemukan 'tanda kuat' zat organik ketika berjalan-jalan di delta sungai purba di Mars. Sebelumnya, wahana Curiosity juga mengambil tanda molekul organik di gurun dan lumpur yang telah kering.

Kendati temuan itu menjanjikan, material organik bukanlah tanda pasti adanya kehidupan.

(lth/lth)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat