yoldash.net

Gempa di Turki Bisa Picu Lindu lain di Dunia, Benarkah?

Gempa di Turki disebut bisa memicu gempa dahsyat di belahan dunia yang lain. Benarkah demikian?
Gempa di Turki pada Senin (6/2) disebut bisa memicu gempa dahsyat di area lain di dunia. (REUTERS/Umit Bektas)

Jakarta, Indonesia --

Gempa dengan magnitudo 7,8 yang terjadi di Turki pada Senin (6/2) disebut dapat memicu gempa di belahan dunia yang lain. Benarkah demikian?

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono membantah hal tersebut. Menurutnya, gempa itu memang dapat menyebabkan "meningkatnya aktivitas gempa tambahan di area yang sama".

Namun gempa tersebut tidak akan memicu gempa lain di dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gempa Turki ini memamng dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas gempa tambahan di area yg sama (aftershocks - off fault seismicity), tetapi sama sekali tidak akan memicu gempa dahsyat di tempat lain di dunia. Jangan otak -atik gathuk dengan teori rambutan gempa, yg tiada dasar," tulis Daryono lewat akun Twitternya @DaryonoBMKG.

Sebelumnya, gempa dengan magnitudo 7,8 terjadi di Turki pada Senin (6/2) dan menyebabkan kerusakan parah. Sekitar 500 orang meninggal dunia dan 3000 lainnya luka-luka.

Sejumlah pakar menyebut, gempa ini berdampak dahsyat karena episenternya yang dangkal. Kedalaman gempa yang terjadi pada Senin (6/2) pukul 01.17.36 GMT(pukul 08.17.36 WIB) ini mencapai 24,1 kilometer.

Selain itu, waktu gempa yang terjadi pada pagi hari juga menyebabkan banyaknya korban jiwa. Pasalnya, masih banyak orang berada di rumah ketika gempa tersebut terjadi.

Daryono mengungkapkan, salah satu dampak dari gempa magnitudo 7,8 itu adalah guncangan di daerah Turki Selatan yang berada di sebelah timur laut pusat gempa. Hal tersebut, kata Daryono, menjadi bukti gempa di Turki hanya meningkatkan aktivitas gempa di area yang sama.

"Guncangan gempa dahsyat Turki Selatan tjd di sebelah timur laut pusat gempa (epicenter), dekat kota Adiyman dan Malaya. Diperkuat data sebaran gempa susulan menjadi cerminan bahwa rekahan menyebar jauh ke timur laut, ini sesuai/konsisten dengan peta jalur Sesar Anatolia Timur," tulisnya.

Lebih lanjut, Daryono juga menolak mengomentari teori prediksi gempa yang diungkap Frank Hoogerbeets, periset di SSGEOS (Solar System Geometry Survey). Sebelumnya, Frank telah memprediksi gempa di wilayah Turki sebelum gempa itu terjadi.

"Masslahnya saya tidak percaya dengan prediksi gempa kak?mhn maaf," tulisnya.

Mengutip halaman resminya, SSGEOS merupakan institut riset asal Belanda yang memonitor relasi antara aktivitas benda luar angkasa dengan aktivitas seismik. SSGEOS meyakini adanya kaitan antara aktivitas luar angkasa dengan gempa yang terjadi.

Salah satunya mereka contohkan di gempa dengan magnitudo 6 yang terjadi di Pasifik Selatan pada 23 Juni 2014.

"Menggunakan simulasi perangkat lunak Solar System, sepertinya pda 23 Juni 2014, enam benda luar angkasa terlibat dalam konjungsi planet yang jika dikonversi menjadi berbentuk segitiga," tulisnya.

Namun, jika ditelusuri dalam akun twit Frank Hoogerbeets, sejumlah ahli telah membantah teori penyelarasan planet (planetary alignment). Seismolog, Martijn van den Ende meminta masyarakat dunia tidak percaya begitu saja dengan teori tersebut hanya karena kali ini terbukti tepat.

"Setiap orang yang membaca "prediksi" ini, mohon jangan dipercaya. Gempa bumi tidak dipicu oleh penyelarasan planet dan tidak ada metode ilmiah untuk memprediksi gempa bumi. Mohon berkonsultasi dengan seismolog asli jika Anda memiliki pertanyaan," tulisnya.

(lth/lth)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat