yoldash.net

Selama 250 Ribu Tahun, Ayah Rata-rata Lebih Tua 7 Tahun dari Ibu

Sepanjang sejarah manusia, jarak usia rata-rata antara ayah dan ibu rata-rata adalah 7 tahun. Bagaimana cara tahu tanpa survei terhadap manusia purba?
Ilustrasi. Ahli mengungkap rata-rata perbedaan usia pasangan selama ribuan tahun. (iStock/Irina Gutyryak)

Jakarta, Indonesia --

Ilmuwan mengungkap selama 250 ribu tahun terakhir usia rata-rata manusia memiliki anak adalah 26,9 tahun dengan jarak pasangan 7 tahun. Yang jelas, ayah Homo sapiens selalu lebih tua dari ibu.

Hal itu terungkap dalam studi yang dilakukan empat pakar dari Indiana University dan Baylor College of Medicine, AS, bertajuk 'Human generation times across the past 250,000 years' yang dimuat di jurnal ScienceAdvances.

"Analisis kami terhadap data seluruh genom mengungkapkan waktu reproduksi rata-rata selama 250.000 tahun terakhir [adalah] 26,9 tahun, dengan ayah secara konsisten lebih tua (30,7 tahun) daripada ibu (23,2 tahun)," demikian dikutip dari jurnal tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan mengaku menemukan cara untuk mengidentifikasi usia rata-rata saat pria dan wanita bereproduksi sepanjang sejarah evolusi manusia selama 250 ribu tahun dengan mempelajari mutasi DNA manusia modern.

ADVERTISEMENT

"Melalui penelitian kami pada manusia modern, kami melihat bahwa kami dapat memprediksi usia di mana orang memiliki anak dari jenis mutasi DNA yang mereka tinggalkan kepada anak-anak mereka," kata rekan penulis studi Matthew Hahn, ahli genom di University Bloomington, AS.

"Kami kemudian menerapkan model ini pada nenek moyang manusia kami untuk menentukan usia berapa nenek moyang kami melahirkan," sambungnya.

Namun, peneliti menemukan kesenjangan usia makin berkurang dalam 5.000 tahun terakhir. Perkiraan studi terbaru menunjukkan usia rata-rata perempuan menjadi orang tua saat ini menginjak usia 28 tahun.

Tren ini tampak sebagian besar didorong oleh wanita yang memiliki anak di usia yang lebih tua.

Selain peningkatan usia wanita menjadi ibu, penelitian ini menemukan konsistensi yang luar biasa dalam usia rata-rata orang tua baru sepanjang keberadaan spesies kita.

Tim peneliti melaporkan hal itu tidak meningkat terus sejak zaman prasejarah, meskipun berfluktuasi dari waktu ke waktu.

Usia rata-rata saat pembuahan tampaknya telah turun sekitar 10.000 tahun yang lalu, dan karena itu bertepatan dengan munculnya pertanian dan awal peradaban. Para peneliti mengatakan momentum itu terkait dengan pertumbuhan populasi yang cepat pada saat itu.

Rahasia genetik

Sejarah yang tercatat hanya mundur beberapa ribu tahun, dan informasi tingkat populasi yang luas seperti ini, dianggap sulit diperoleh dari bukti arkeologis saja.

Namun, rahasia nenek moyang kita juga bersembunyi di dalam diri kita masing-masing hari ini, dan begitulah Hahn dan rekan-rekannya menemukan cara menentukan usia orang tua jauh di masa lalu.

Studi itu, dikutip dari situs Indiana University, memanfaatkan penemuan tentang mutasi de novo - perubahan DNA yang memulai debutnya pada satu anggota keluarga, muncul secara spontan daripada diwariskan melalui silsilah keluarga.

Saat mengerjakan proyek lain yang melibatkan perubahan genetik dan orang tua baru-baru ini, para peneliti melihat pola yang menarik.

Berdasarkan data dari ribuan anak, pola dan jumlah mutasi baru yang terbentuk pada orang tua sebelum diwariskan kepada anaknya bergantung pada usia masing-masing orang tua saat pembuahan.

Hal ini memungkinkan para peneliti memperkirakan waktu generasi pria dan wanita yang terpisah selama 250 ribu tahun.

"Mutasi dari masa lalu ini terakumulasi pada setiap generasi dan ada pada manusia saat ini," kata rekan penulis studi dan ahli filogenetik Universitas Indiana, Richard Wang.

"Kami sekarang dapat mengidentifikasi mutasi ini, melihat bagaimana mereka berbeda antara orang tua laki-laki dan perempuan, dan bagaimana mereka berubah sebagai fungsi dari usia orang tua."

Penelitian sebelumnya juga telah menggunakan petunjuk genetik untuk memperkirakan panjang generasi dari waktu ke waktu.

Bedanya, studi-studi lampau mengandalkan perbandingan antara DNA modern dan sampel purba yang dirata-ratakan berdasarkan jenis kelamin dan selama 40.000 hingga 45.000 tahun terakhir.

"Kisah sejarah manusia digabungkan dari berbagai sumber: catatan tertulis, temuan arkeologi, fosil dan lain lain," kata Wang dikutip dari ScienceAlert.

"Genom kita, DNA yang ditemukan di setiap sel kita, menawarkan semacam manuskrip sejarah evolusi manusia," sambungnya.

Wang menjelaskan temuan dari analisis genetik mengonfirmasi beberapa hal yang mereka ketahui dari sumber lain, tetapi juga menawarkan pemahaman yang lebih kaya tentang demografi manusia purba.

(can/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat